NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Kapten

Jerat Cinta Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / Menikahi tentara
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: keipouloe

Jhonatan Wijaya, seorang Kapten TNI yang dikenal kaku dan dingin, menyimpan rahasia tentang cinta pandangan pertamanya. Sembilan tahun lalu, ia bertemu dengan seorang gadis di sebuah acara Akmil dan langsung jatuh cinta, namun kehilangan jejaknya. Pencariannya selama bertahun-tahun sia-sia, dan ia pasrah.

Hidup Jhonatan kembali bergejolak saat ia bertemu kembali dengan gadis itu di rumah sahabatnya, Alvino Alfarisi, di sebuah batalyon di Jakarta. Gadis itu adalah Aresa, sepupu Alvino, seorang ahli telemetri dengan bayaran puluhan miliar yang kini ingin membangun bisnis kafe. Aresa, yang sama sekali tidak mengenal Jhonatan, terkejut dengan tatapan intensnya dan berusaha menghindar.

Jhonatan, yang telah menemukan takdirnya, tidak menyerah. Ia menggunakan dalih bisnis kafe untuk mendekati Aresa. Ketegangan memuncak saat mereka bertemu kembali. Aresa yang profesional dan dingin, berhadapan dengan Jhonatan yang tenang namun penuh dominasi. Dan kisah mereka berlanjut secara tak terduga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Jhonatan menyalakan mesin mobilnya kembali. Ia tahu, ia harus segera menemui Aresa lagi setelah deklarasi kebohongannya di depan keluarga. Ia memutar mobilnya, kembali menuju rumah sakit.

Setibanya, dengan langkah tergesa ia berjalan ke ruang rawat Aresa. Pintu terbuka, tetapi ruangan itu kosong. Ranjangnya sudah dirapikan. Jhonatan merasakan sedikit kepanikan. Ia segera keluar dan menghampiri resepsionis.

"Pasien atas nama Aresa apa sudah pulang?" tanya Jhonatan.

"Iya, pak" jawab resepsionis. "Beliau sudah dibawa pulang oleh kedua saudaranya beberapa jam lalu."

Jhonatan mendesis kesal. Ia menduga Aresa dibawa pulang ke apartemen kakaknya, Arian, karena yang ia tahu Aresa tinggal bersama Arian di Jakarta.

Jhonatan segera mengemudikan mobilnya ke alamat apartemen Arian. Saat tiba, ia langsung berjalan menuju lobi. Baru saja Jhonatan hendak masuk ke area lift, seorang satpam segera menghalangi jalannya.

"Selamat sore. Maaf pak, Anda tidak diizinkan masuk ke area unit," ujar satpam itu kaku.

"Loh kenapa.? Saya ingin bertemu dengan salah satu penghuni apartemen ini," kata Jhonatan dingin.

"Maaf, pak. Atas perintah salah satu penghuni, semua tamu tak terdaftar, terutama yang mencari Nona Aresa, dilarang masuk," jelas satpam itu.

Jhonatan menatap satpam itu dan menghela napas. Ia tahu persis siapa yang memberi perintah itu, sudah pasti Arian. Jhonatan mengingat sorot mata Arian saat di rumah sakit sangat dingin, waspada, dan sangat protektif. Dan jelas terlihat dimatanya jika ia tidak menyukai Jhonatan.

Jhonatan berbalik. Menghadapi satpam tidak akan ada gunanya. Ia harus mencari cara lain.

****

Frustrasi, akhirnya Jhonatan kembali ke rumah dinasnya. Ia berharap bisa istirahat sejenak untuk mendinginkan pikirannya, tetapi ia terlalu gelisah sebelum tahu keadaan Aresa.

Ia akhirnya pergi ke rumah Alvino, tetapi rumah Alvino kosong. Ia memutari lingkungan sekitar, kemudian ia melihat seorang prajurit junior yang sedang menyapu.

"Kamu lihat kapten Alvino?" tanya Jhonatan.

Prajurit itu memberi hormat. "Siap, Kapten. Hari ini sedang ada kegiatan rutin olahraga ibu-ibu Persit di lapangan voli. Kemungkinan besar Kapten Alvino sedang momong putranya di taman dekat sana."

Jhonatan berterima kasih dan segera menuju taman dekat lapangan voli. Ia menemukan Alvino duduk di bangku kayu, tertawa kecil sambil momong Gio yang sedang sibuk bermain tanah.

Jhonatan berjalan mendekat. Alvino menoleh, keterkejutan melintas di matanya sebelum ia tersenyum pada Jhonatan, lalu fokus lagi pada Gio yang kini asyik bermain tanah di bawah pengawasannya.

"Eh, Jo. Tumben kemari," sapa Alvino.

Jhonatan duduk di bangku kayu, menghela napas. "Ya. Mencari udara segar. Aku baru dari rumah sakit, ternyata Aresa sudah pulang."

Alvino mengangguk. "Iya, sudah pulang tadi siang, dia dibawa pulang Arian." Jawab Alvino

"Baguslah kalau begitu," kata Jhonatan, mencoba terdengar santai, padahal seluruh tubuhnya tegang. "Tadi aku sudah ke apartemen Arian, tapi aku dilarang masuk oleh satpam" tutur Jhonatan.

"Kenapa, apa Arian yang melarang mu,?" tanya Alvino, matanya masih fokus pada Gio.

"Mungkin,siapa lagi jika bukan dia," jawab Jhonatan.

"Arian memang seperti itu, dia sangat posesif ke Aresa. Memang ada keperluan apa kamu ingin menemui Aresa.?" Alvino bertahan balik.

Jhonatan menjawab lagi tapi nadanya lebih lunak dari biasanya. "Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja. Aku yang membawanya ke rumah sakit, sudah menjadi tanggung jawabku untuk memastikan kondisinya."

Alvino menghela napas panjang, menatap Jhonatan dengan penuh persahabatan. " Jo, dia baik-baik saja. Dia ada di tempat yang sangat aman. Sudah ada kami, para kakak-kakaknya, yang menjaganya. Tanggung jawabmu sudah selesai."

Alvino kemudian menatap Jhonatan dalam-dalam. "Dan soal tanggung jawab... Jhonatan, aku tahu kamu tidak pernah begini. Aku tanya sekali lagi, dari hati ke hati sebenarnya, apa yang kamu rasakan pada Aresa?"

Jhonatan menelan ludah. Ia tak mungkin jujur tentang perasaannya terhadap Aresa. "Aku hanya... terbebani. Aku harus bertemu dengannya, Vin. Aku harus bicara dengan nya."

Alvino menggeleng. "Tolong, biarkan dia istirahat Jo, dia nggak mau diganggu siapapun."

Jhonatan akhirnya berbalik, meninggalkan Alvino yang hanya bisa menatap punggung sahabatnya dengan kekhawatiran yang mendalam. Jhonatan tahu, memohon tidak akan berguna.

  ****

Jhonatan kembali ke rumah dinasnya. Ia berjalan masuk, melepas seragam lapangannya yang sudah kotor, dan berbaring di tempat tidur untuk beristirahat sebentar sebelum jadwal piket malamnya.

Dengan disiplin militer yang tertanam kuat, Jhonatan berhasil menekan kekacauan emosinya. Ia memejamkan mata, menyiapkan pikirannya untuk tugas-tugas yang menanti. Di lingkungan militer, ia adalah perwira yang profesional dan disiplin.

Tepat pukul 19.00, Jhonatan sudah berada di pos komando, memulai piketnya. Selama jam-jam itu, ia bekerja dengan ketelitian dan efisiensi yang luar biasa. Semua laporan diperiksa, semua jadwal diatur, dan dalam kesibukan tugas, Aresa benar-benar tergeser dari benaknya.

Namun, di tengah malam, saat suasana sudah lebih sepi, Letnan Kolonel Dedi, senior yang sangat dihormati, menghampirinya.

"Kapten Jhonatan," sapa Letkol Dedi, sambil menyodorkan secangkir kopi. "Kamu terlihat sangat banyak pikiran malam ini. Ada masalah?"

Jhonatan menerima cangkir kopi itu, sorot matanya kembali ke mode profesional. Ia bahkan tidak berkedip.

"Tidak ada, Letkol. Hanya laporan harian yang sedikit rumit. Saya baik-baik saja dan fokus pada tugas." jawab Jhonatan nadanya datar dan meyakinkan.

Letkol Dedi menatapnya dalam-dalam. "Baiklah. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan. Tapi ingat, Jhonatan. Kita tidak bisa membawa masalah pribadi ke dalam pos komando."

"Siap, mengerti Letkol," jawab Jhonatan.

       ****

Sementara itu, Sella yang sedang berada di klinik pribadinya. Baru saja menerima telepon dari seseorang yang ia tugaskan untuk mencari tahu tentang pasangan Jhonatan.

"Apa maksudmu.? kamu tidak bisa menemukan data yang jelas tentang wanita itu?" tanya Sella tajam.

"Maaf, Dokter Sella. Kami sudah menyelidiki gerak gerik beliau,  tidak ada indikasi dia menjalin hubungan dengan seseorang setelah perceraianya." jawab orang tersebut.

Sella menutup teleponnya dengan kesal. Ia bersandar di kursinya, ia berpikir keras. Jhonatan pasti berbohong. Tapi kebohongan itu harus dilindungi oleh fakta.

Sella mengingat saat di rumah Jessica. Jessica sempat bilang jika sebelum datang ke rumah Jessica, Jhonatan pergi ke rumah sakit terlebih dahulu. Dia menunda acara keluarga untuk pergi ke sana, "Pria itu hanya peduli pada dua hal, militer dan dirinya sendiri. Jika dia pergi ke rumah sakit, pasti bukan orang sembarangan sedang sakit, apa mungkin perempuan itu." Gumam sella dalam hati

Sella meraih ponselnya, menghubungi orang suruhannya lagi. "Tolong selidiki kegiatan Jhonatan pagi tadi, dan cek semua pasien wanita yang masuk dan keluar dari rumah sakit dalam 24 jam terakhir. Cari tahu siapa wanita yang dijenguk Jhonatan sebelum ia datang ke rumah kakaknya. Temukan segera wanita itu."

Sella tersenyum dingin. Pertarungan obsesi yang sesungguhnya baru saja dimulai.

1
Embhul82
💪 semangat 👍
Embhul82
menarik Thor
yu kak saling sapa mampir beri dukungN ke karyaku juga
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat
rokhatii: hehe tunggu aja kak🤭. konfliknya santai kok
total 1 replies
aisssssss
💪
aisssssss
👍
rokhatii
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!