Di kenal seorang pendiam dan tidak banyak bergaul membuatnya minder , sejak di usia belia seorang gadis desa sangat aktif dan sudah mengenal yang namanya jatuh cinta , apakah sekedar jatuh cinta saja atau sudah mengenal lebih dari sekedar cinta monyet ?
Dibalik kisah asmara ada sekelumit masalah pada sikap saudaranya yang membuatnya risih dan menjadi tertutup . lambat laun ia tahu siapa dirinya yang sebenarnya .
Mampukah ia menjalani kehidupan di luar sana tanpa ia sadari sudah terjebak dalam arus kehidupan dunia luar yang penuh dengan drama dan masalah ?
Apakah gadis yang dulu pendiam akan menjadi pendiam atau akan menjadi sosok yang lain ?
Yuk baca pelan-pelan dan berurutan agar tidak salah paham .jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Kabar Mengejutkan
Seorang pria datang bersama temannya duduk di seberang ketiga gadis desa , Ira , Desi dan Okta .
"Mas Erlan darimana ?' tanya Ira melihat Erlan duduk di seberang bersama Roni .
"Dari depan ," jawabnya bercanda .
"Orang nanya beneran jawabannya gitu ," sahut Ira kesal . “Benar kan dari depan , memangnya darimana lagi ," sahut Roni menimpali .
"Iya deh iya ,“ kata Ira melengos membuat dua temannya tertawa lain dengan dua pemuda desa tersebut cuek dan membahas pembicaraan masing-masing dengan santai .
Ketiga Ira , Desi dan Okta pulang melihat matahari hampir tenggelam di balik bukit pepohonan . "Mau kemana kalian ?" tanya Erlan melihat ketiga gadis beranjak pergi .
Ketiganya menoleh ke belakang ."Pulanglah ,Mas . Masa mau di situ terus ," jawab Okta . Ketiganya berbalik dan melanjutkan langkah .
Malam harinya Ira belajar menghadapi tes akhir semester kelas dua . Ia belajar dengan serius . Di kamar pribadinya ia membolak-balikkan buku lembar demi lembar tidak lama kemudian ia tertidur di meja belajar .
Tengah malam Ira bangun . "Pantesan badan ku pegal ternyata ketiduran ," katanya beranjak pindah ke tempat tidur tidak lupa ia memakai selimut .
Menjelang pagi Ira sudah bangun dan bersiap berangkat . Ibunya sudah berangkat ke sawah ,sedangkan kedua kakaknya sudah bangun dan masih di rumah belum berangkat bekerja .
Ira berjalan kaki menuju sekolah . "Ira kamu sudah belajar semalam ?" tanya Rea mengejar Ira dan berjalan disampingnya .
"Sudah tapi ketiduran ," jawab Ira . Mereka masuk ke dalam kelas .
"Kalian pada ngapain sih ?" tanya Ira melihat teman di kelas sedang ngobrol di meja guru .
"Kalian berdua nanti kalau soalnya sulit tolong bantu kita-kita ya ," kata Igun ketua kelas .
"Dih ogah amat , makanya belajar biar pintar ," sewot Rea berjalan menuju tempat duduknya diikuti Ira . "Pelit ," kata Igun ketus . Rea menatap sinis lalu mengalihkan pandangannya acuh .
Bel berbunyi semua siswa masuk dan tidak lama seorang guru pengawas masuk dan membagikan soal tes kepada siswa . Suasana kelas hening semua siswa mengerjakan soal dengan serius dan teliti .
Ada beberapa siswa yang sudah selesai mengerjakan keluar kelas dengan hati lega , sedangkan siswa yang masih di dalam kelas merasa kesulitan menjawab , mereka sangat pusing dan bingung .
Bel berbunyi siswa yang masih di dalam kelas segera mengerjakan soal sebisanya dan keluar kelas .Suasana kelas kembali riuh dengan suara siswa yang membahas soal tes tadi .
"Gimana kalian bisa tidak soal tadi ?" tanya Igun menatap satu per satu teman-temannya.
"Aku sih biasa saja soalnya pernah diajarkan sebelumnya tapi lihat saja nanti hasilnya ," jawab Tia yang berdiri di sebelah Igun .
"Kamu kan juara kelas jadi wajar lah kalau kamu paling bisa ," kata Ratna dengan wajah datar .
“Bilang saja iri ," sahut Wawan duduk di ujung paling depan .
“Bukan masalah iri atau tidak memang kenyataannya begitu ," sewot Ratna melirik Wawan . Sedangkan Wawan menjulurkan lidahnya dengan mengejek , Ratna tidak terima melempar gulungan kertas ke arahnya . Wawan tertawa senang karena lemparan Ratna tidak mengenainya .Ratna merasa kesal .
"Semoga saja nanti bisa ,“ kata Rea berdiri di depan Igun sambil melipat dada .
“Aamiin ," jawab siswa dengan serempak .
“Seperti paduan suara saja ," celetuk Bian . Blus ada wajah yang merona di balik kata-kata Bian . Ira melihat wajah sawo matang milik Bian merasa semakin dalam rasa sukanya .
“Ada apa dengan hatiku kenapa semakin kacau begini ?" batin Ira mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak ketahuan kalau sedang memperhatikannya dari tadi .
"Ira , kamu bisa tadi ?" tanya Rea melihat Ira yang sedang salah tingkah .
" Alhamdulillah," jawab Ira dengan gugup .
" Kamu kenapa ,Ra ?" tanya Ratna merasa heran dengan Ira .
“Tidak kenapa -kenapa ," jawab Ira beranjak keluar kelas menuju kantin . Rea dan Ratna saling menatap curiga .
"Kenapa sih dia , aneh banget ," tanya Ratna kepada Rea .
"Mana aku tahu ," jawab Rea sambil menaikkan bahu lalu meninggalkan kelas menuju kantin .
Rea melihat Ira duduk di kantin bersama Heni dan Fika ikut bergabung . “Wah kalian sudah beli makanan ya , kalau begitu aku akan beli dulu deh ," Rea berjalan ke warung membeli makanan dan minuman lalu berjalan kembali ke tempat teman-temannya.
“Soalnya sulit ya ,pusing aku mengingat jawabannya apa ," kata Fika memijat kepalanya .
" Bukan kamu saja kali yang pusing , aku juga ," kata Ira makan camilan .
"Besok mata pelatarannya apa ?" tanya Heni sambil minum jus alpukat .
“ Kalau tidak salah sih Matematika sama Bahasa Indonesia ," jawab Ira .
"Gimana kalau kita belajar kelompok ?"Fika memberi . “Kalau belajar kelompok kebanyakan ngobrol bukan belajar jadi malas ," kata Heni .
“Tidak juga , tergantung situasi lah ,“ sahut Rea . "Kamu belum ngerasain belajar kelompok bareng kita ," kata Heni .
“Jelas lah beda desa ," celetuk Ira .
"Berarti tidak jadi dong belajar kelompoknya ?" tanya Fika merasa kecewa . Semua geleng-geleng kepala tidak setuju .
"Ya sudah kalau begitu ," kata Fika kemudian .
bel berbunyi semua siswa masuk kelas mengerjakan soal mata pelajaran berikutnya . "Mulai susah lagi ,“ celetuk Igun ketika guru pengawas membagikan soal kepada siswa .
“Jamgan mengeluh ini tugas kalian dan harus di jawab , ingat nilai kalian untuk kenaikan kelas itu penting jadi kerjakan dengan sungguh-sungguh," pesan Guru pengawas .
Suasana kembali hening tidak ada suara obrolan atau bercanda seperti biasanya . Semua tenang dan serius mengerjakan soal tes semester .
Siswa yang sudah selesai mengerjakan boleh pulang lebih dulu . Menjelang bel berbunyi banyak siswa yang masih mengerjakan karena bagi mereka sangat sulit .
Siswa keluar dari kelas dengan perasaan lega ada juga yang menggerutu karena jawabannya salah bahkan ada yang keliru dan kebalik . Namanya juga soal tes tanpa di duga sebelumnya , bisa saja jebakan agar siswa mengerjakan dengan sungguh-sungguh.
Ira merasa senang bisa melewati hari ini dengan baik meskipun tidak tahu hasil akhir nilai nantinya . Di sepanjang perjalanan pulang Ira sendirian , ia selalu bersenandung ria menyemangati dirinya sendiri .
Sampai di rumah ia melihat ibunya duduk di kursi dapur bersama tetangganya yang sedang main ke rumahnya namanya Rumiyati . “Baru pulang ,Ra ?' tanya Rumiyati tersenyum melihat Ira masuk rumah lewat pintu dapur .
“Iya , Bude ," jawab Ira melewati sambil membungkukkan badan .
“Ira ," panggil Ibunya . Ira menoleh seperti ada sesuatu yang membuat hatinya bergetar . Sepersekian detik Ira melihat wajah dua orang perempuan paruh baya nampak serius .
"Iya ,Bu . Ada apa ?" tanya Ira berdiri tidak jauh dari ibunya .
"Bapakmu sudah tiada ," jawab ibunya dengan wajah sedih .
Deg
Jantung Ira berdenyut nyeri , ada rasa yang selama ini ia rindukan namun semua tidak ada harapan . "Meninggalnya karena apa ?" tanya Ira lagi airmatanya langsung jatuh .