NovelToon NovelToon
Bodyguard Om Hyper

Bodyguard Om Hyper

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Pengawal / Bercocok tanam / Romantis / Model / Playboy
Popularitas:19.4k
Nilai: 5
Nama Author: Pannery

"Lepasin om! Badan gue kecil, nanti kalau gue penyet gimana?!"

"Tidak sebelum kamu membantuku, ini berdiri gara-gara kamu ya."

Gissele seorang model cantik, blasteran, seksi mampus, dan populer sering diganggu oleh banyak pria. Demi keamanan Gissele, ayahnya mengutus seorang teman dari Italia untuk menjadi bodyguard.

Federico seorang pria matang yang sudah berumur harus tejebak bersama gadis remaja yang selalu menentangnya.

Bagaimana jadinya jika Om Hyper bertemu dengan Model Cantik anti pria?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pannery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cantik

Gissele langsung melongo, ia memikirkan adegan tak senonoh dalam film biru.

"Ih, om nih ngomong apa sih!” Gissele sewot sambil memalingkan wajah, pipinya merah padam. “Itu kan urusan om sendiri, jangan bawa-bawa gue!”

Federico hanya tertawa kecil, geli melihat reaksi gadis itu. “Tapi ini kan berdiri karna Nona,” ucapnya sambil melirik ke bawah lalu kembali menatap jalan, pura-pura serius.

“Yaudahlah, itu urusan Om sendiri. Makanya dikontrol dong!” Gissele membalas ketus, mencoba menahan senyum karena malu.

Mereka terus bercanda sepanjang perjalanan pulang, adu omongan dan lirikan genit yang berbalas, hingga akhirnya mobil berhenti di depan rumah.

Begitu sampai, Gissele langsung berlari ke atas tanpa melepas sepatunya, menaiki tangga dengan langkah cepat dan membuka pintu kamarnya. Ia menjatuhkan diri di atas kasur, wajahnya tenggelam dalam bantal.

"Anjirr cape banget.." Gissele mengambil nafas sambil menatap langit-langit.

“Biii! Bibii!” Panggilnya manja, berharap ada yang datang membantunya.

Tapi tidak ada jawaban. Rumah terasa sepi.

“Ih! Pada ke mana sih?” Gerutunya sambil berguling malas. “Kok nggak ada yang nyaut sih? Bii!!” Gissele terus memanggil pembantunya dan tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari balik pintu.

Federico muncul, bersandar di kusen pintu sambil menyilangkan tangan. “Ada apa, Nona?” Tanyanya santai.

Gissele mengangkat wajah dari bantal dan mendesah panjang. “Kok Om yang dateng? Bibi-bibi lain ke mana?"

Federico mengangkat bahu. “Mereka lagi sibuk beberes dan masak. Jadi, Nona ada perlu apa? Saya bisa menggantikan mereka untuk membantu.”

Gissele memandang Federico lama, lalu menunjuk lemari makeup di pojok kamar.

“Sini dong, Om… bantu bersihin muka gue. Gue beneran banget, males ngapa-ngapain…”

Federico tersenyum tipis, lalu melangkah masuk ke kamar, mengambil kapas dan botol micellar water dari meja rias.

“Baik, Nona." Pria itu selalu menuruti apa keinginan Gissele. Setelah mengambil barang-barang yang diperlukan, Federico duduk diatas kasur Gissele.

Pria itu menatap Gissele sejenak laku menepuk pahanya. "Tiduran disini, Nona."

Dengan terpaksa Gissele mengikuti instruksi pria itu. Tubuhnya direbahkan diatas paha yang keras.

"Bersihin yang bener." Kata Gissele lagi.

"Iya.. siap, Nona."

Federico mulai membersihkan sisa makeup di pipi Gissele dengan lembut. Walau jari pria itu lebih besar dan kasar, sentuhannya terasa pelan.

Gissele hanya mendengus, matanya tetap terpejam. Ia sedang menikmati suasana bersantainya, nafasnya bahkan menjadi teratur, tanda bahwa ia sangat nyaman dengan sentuhan lembut Federico.

Wajahnya tanpa ekspresi, tapi justru dari dekat seperti ini, Federico bisa melihat dengan jelas.

Kulitnya putih mulu, garis rahang gadis itu lembut, bulu matanya yang panjang, dan bibir mungil yang kini tak lagi dilapisi lipstik, tampak pink alami dan memikat.

Federico terdiam sejenak.

Wajah Gissele… terlalu cantik dan bibirnya terlihat menggoda. Karna terlalu memperhatikan kecantikan gadis itu, tangan Federico mendadak diam, ia terpaku.

“Kenapa diem?” Bisik Gissele tiba-tiba, matanya masih terpejam.

Federico tersenyum samar. “Oh ya! Saya cuma menikmati pemandangan indah dari jarak dekat.”.

Gissele membuka sebelah matanya dan tertawa kecil. “Apasih Om gombalannya bapak-bapak babget haha.”

Federico hanya terkekeh, lalu melanjutkan membersihkan bagian dahi dan hidung Gissele dengan pelan. Tapi di dalam dadanya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Waktu berlalu dalam diam yang anehnya hangat. Gerakan tangan Federico yang menyentuh wajah Gissele semakin lambat, lebih lembut… hampir seperti belaian.

Gissele, yang semula hanya ingin cepat-cepat dibersihkan wajahnya, kini tak bisa menahan kenyamanan yang mengalir dari setiap sentuhan pria itu.

Kelopak mata Gissele semakin berat, napasnya melambat. Dan dalam beberapa menit, tanpa sadar, ia mulai terlelap di pangkuan Federico.

Federico menatap gadis itu lama. Matanya tak bergeser sedikit pun dari wajah Gissele—wajah yang kini polos tanpa riasan, begitu damai dalam lelapnya, dengan bibir yang sedikit terbuka karena nafas yang tenang.

Federico nyaris tak percaya bahwa gadis ini, yang biasanya penuh protes dan keengganan, kini bersandar padanya tanpa perlawanan.

Hatinya bergetar, tapi bukan karena naf su semata. Perlahan… sangat perlahan, Federico membungkukkan tubuhnya.

Wajah pria iru mendekat, nafas mereka hampir menyatu.

Dan kemudian, Federico mengecup bibir pink Gissele.

Rasanya..

Lembut.

Hangat.

Bukan kecupan penuh hasrat, tapi seperti peluk bisu yang dituangkan lewat sentuhan. Ia menutup mata sesaat, meresapi momen yang terasa terlalu nyata untuk sekadar fantasi.

Namun…

Mata Gissele mendadak terbuka. Ternyata ia belum sepenuhnya tidur. Dan kini, matanya menatap Federico dari jarak yang terlalu dekat.

Bibir mereka masih bersentuhan, dan Federico baru sadar, tapi tak menjauh. Ia justru tersenyum kecil.

“Nona…” bisiknya, suaranya rendah dan berat. “Nona cantik sekali.”

Gissele membeku. Jantungnya seperti dipukul keras dari dalam. Ia tak tahu harus marah, malu, atau—

Dug. Dug. Dug.

Bunyi itu menggema keras di telinganya. Tapi anehnya, ia tak mendorong Federico. Ia hanya menatap pria itu dalam diam.

"Om.."

Ketegangan tak sempat larut lebih lama, sebab tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di lorong.

Tok. Tok.

“Maaf, Non…” Bibi pembantu muncul di ambang pintu, sedikit terengah karna tampaknya ia buru-buru naik tangga. “Ada yang datang, dia maksa ketemu, Nona."

Gissele membuka matanya lebar, seolah tersadar dari mimpi yang terlalu dekat dengan kenyataan. Ia duduk tegak dan segera turun dari pangkuan Federico.

“Siapa?” Tanyanya cepat, jantungnya masih belum stabil—entah karena ciuman barusan atau kejutan ini.

“Dia membawa bunga…”

Federico bangkit dari tempat tidur. Matanya menyipit. Ia tak suka kejutan, apalagi yang datang membawa bunga ke rumah Gissele tiba-tiba begini.

Gissele melangkah keluar kamar. Tubuhnya sedikit gemetar—dan bukan karena dingin.

"Saya temani, Nona." Federico jelas mengikuti gadis itu untuk menjaganya.

Dan di sana, di ruang tamu, berdiri seseorang yang tak asing.

“Dion?” Gissele terpaku. Suaranya pelan, nyaris tak percaya.

Lelaki itu berdiri santai dengan jaket kulitnya. Di tangannya, seikat bunga lili putih dan mawar merah tampak mencolok di antara cahaya matahari yang masuk dari jendela.

“Hai, sayang,” ucap Dion, suaranya serak dan terdengar menjijikkan bagi Gissele.

Gissele langsung mengepal tangannya, "Kenapa lo kesini lagi?" Geramnya dengan jelas lalu ia membelalakan mata. "KAN GUE BILANG JANGAN BICARA SAMA GUE LAGI! GUE NGGAK SUDI NGOBROL DAN NERIMA APAPUN DARI LO!"

Gissele jelas berteriak dengan keras, para pembantu pun ketakutan karna Gissele benar-benar marah. Federico juga menatap pria itu dengan sinis, tangannya mengepal kuat, bersiap untuk menghajarnya.

"Santai dong sayang, kamu kan suka bunga ini.. aku kesini buat ngucapin selamat karna iklan yang kamu bintangin bagus banget.."

Gissele berdecih, "Cuih, nggak usah banyak basa-basi, PERGI LO!"

"Biar saya tangani, Nona." Federico langsung maju, "Dion seperti yang sudah Nona katakan, lebih baik kamu-"

"Kenapa sih kalian terus mengusir tuan muda?" Mendadak suara dari arah lain menyahut mereka.

Dia seorang wanita berpakaian jas. Ternyata sedaritadi dia ada di depan pintu, mendengar semua percakapan mereka.

"Siapa lagi ini?" Gerutu Gissele.

"Dia bodyguard utusan Ibuku, kalau Om macam-macam samaku nanti Om berurusan sama Ib-"

BUGHH!! 

Tanpa peringatan, Federico meninju keras wajah Dion. Matanya menatap tajam, melampiaskan tinju itu seperti emosinya.

"Persetan dengan Ibumu, ini hal yang pantas kamu dapatkan." Geram Federico dan semuanya sontak melongo.

1
Rizki Septina
bagus ,, lanjut up min . banyakin episode
Nona Sifa
heehee mau nya si om di keluarin
Elmi Varida
wkwkwkkkk...🤣🤣salah sasaran si Federico🤣🤣
Dyah Rahmawati
lanjuut😘
Dyah Rahmawati
giseel ...ooh giseel 😘😘😀
..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!