Kata siapa skripsi membuat mahasiswa stres? Bagi Aluna justru skripsi membawa banyak pelajaran berharga dalam hidup sebelum menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Mengambil tema tentang trend childfree membuat Aluna sadar pentingnya financial sebelum menjalankan sebuah pernikahan, dan pada akhirnya hasil penelitian skripsi Aluna mempengaruhi pola pikirnya dalam menentukan siapa calon suaminya nanti. Ikuti kisah Aluna dalam mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Semoga suka 🤩🤩🤩.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RESPON BERBEDA
Setelah dari CFD, Aluna mentraktir Abi sebagai ucapan terimakasih telah menjadi penarik pengunjung lewat main gitar dan banyolannya. Tak bisa dipungkiri, hasil hari ini lebih banyak dari biasanya.
"Gue bayarin deh, Lun!"
"Makan atau pulang?" tanya Aluna mengancam. Mumpung dirinya yang ngajak, kalau Abi tetap ingin traktir Aluna lebih baik pulang. Terpaksa Abi mengiyakan. Harga diri sebagai cowok mendadak menciut ketika Aluna yang membayar. "Harga diri gue meluncur sampai nyungsep di selokan," omel Abi saat keduanya sudah masuk mobil, menuju ke kos Aluna.
Gadis itu tertawa saja, paham sekali mengapa Abi ngomel. "Kan gue traktir karena lo udah mau bantuin gue. Apa mau gue bayar jasa promosi?" tawar Aluna, tak ada niatan untuk merendahkan Abi, murni sebagai ucapan terimakasih.
"Ogah!" ucap Abi sewot, Aluna masih sewot. "Bintang 5 ya, Mbak!" ledek Abi setelah menerima uang pengantaran layaknya taksi online. Aluna makin tertawa saja. Sedangkan Abi menggeleng hebat. Gadis itu sangat mandiri, dan tak mau bergantung dengan teman. Apa kabar dirinya yang sangat tergantung pada orang tuanya? Mungkin Aluna memang diciptakan hanya sebatas teman bagi Abi, bukan untuk dimiliki sebagai pasangan.
Setelah merapikan barang dagangan ke tempat semula, Aluna segera cuci kaki, lalu merebahkan diri di kasur, membuka chat yang masuk. Ada yang dari customer, ada yang dari mama yang mengingatkan makan, ada juga dari Abi, pesan itu berupa foto sebelum pulang CFD, Aluna iseng mengunggah ke status WA dengan menyertai caption Katanya sih anak buah 😄.
Baru juga mengunggah status, chat dari sang adik masuk. Pacar baru ya?
Bukan.
Heleh ngaku deh. Gue bilangin sama mama.
Bilangin aja gak takut.
Bisa kale dikasih uang tutup mulut.
Dih ogah. Duit lo lebih banyak.
Banyakan lo lah, Mbak Weker.
Panggil Weker gue timpuk lo.
You capa?
Emang Bintang menyebalkan sekali, pikirannya minta duit mulu ke kakaknya. Padahal hadiah dari kejuaraan lomba renang dan voli juga banyak, sok-sok an gak punya uang. Memang adik seluruh dunia begitu ya, malas banget mengeluarkan uang kalau ada kakaknya. Dasar.
Aluna tertawa lebar saat sang mama melakukan panggilan video. "Mbak kata adik kamu punya pacar?" tanya mama Mbi tanpa mengucap salam.
"Enggak, Ma. Dia cuma teman."
"Teman gitu kamu bilang pacar?" suara mama sedang mengomeli Bintang. Aluna tertawa saja bisa dibayangkan sang adik pasti kena jiwit oleh mama Mbi.
"Kalau pacar gak mungkin lah mau diajak jualan, apalagi dia anak orang kaya. Punya rumah sakit jiwa juga," jelas Aluna meyakinkan pada sang mama latar belakang Abi.
"Loh kaya dong ya."
"Kaya sih kaya tapi manjanya naudzubillah, Ma. Hidupnya cuma buat tidur sama pup aja kali, selebihnya harus disuruh dulu sama orang tuanya," ucap Aluna sangat terbuka pada sang mama. Urusan apapun Aluna akan jujur pada sang mama, karena menurut Aluna kalau ada masalah yang bisa membantu nanti hanya keluarga. Sehingga tak ada yang perlu disembunyikan Aluna dari mama dan papanya.
"Bisa cerita kayak gitu berarti dekat dong?" tanya mama Arimbi.
"Ya kan teman satu kelas, sering satu kelompok juga. Wajar lah tahu kebiasaannya."
"Heleh, boong tuh Ma," terdengar suara sang adik ikut campur.
"Suka-suka lo deh, Tang!" sewot Aluna. Arimbi tersenyum saja mendengar perdebatan Aluna dan Bintang, ingat saja seperti waktu masih muda juga begitu dengan Sadewa.
"Kalau memang punya rasa, mama sarankan gak usah pacaran ya, Mbak. Langsung diajak ke rumah, agar mama dan papa tahu dia serius gak sama kamu. Mama dan papa sih gak masalah kalau memang kamu bertemu jodoh sekarang. Toh mama dan papa juga selesai skripsi langsung nikah." Arimbi tertawa melihat ekspresi sang putri yang jengah bila pembahasan nikah muda. Mungkin Aluna berprinsip seperti dirinya dulu, tak ada rencana menikah muda. Tapi jodoh siapa yang tahu?
Berbeda dengan orang tua Aluna, Abi malah kena semprot oleh sang papa. Ternyata ada kolega papa yang memotret Abi saat di CFD tadi, dan langsung mengirimkan pada papa Abi. Pemuda itu masuk rumah dengan bersiul sembari memutar kunci mobil, bahagia lah bisa bertemu dan makan bareng sama Aluna.
"Dari mana?" tanya papa dengan menatap tajam pada sang putra, sedangkan mama hanya diam sembari minum teh hijau.
"Ketemu teman, Pa!" ucap Abi sembari duduk di sofa depan beliau, dan langsung mencicipi kue lapis legit. Main comot saja tanpa melihat ekspresi marah sang papa.
"Teman atau pacar?" desak sang papa menuntut kejujuran Abi. Tentu saja pemuda itu berdecak sebal, sekali saja langsung percaya dengan Abi emang sesusah itu ya? Selalu ada kecurigaan.
"Teman lah, emang kenapa sih?" tanya Abi tak suka terlalu diatur juga urusan berteman.
"Selama ini mama gak pernah batasi kamu dalam hal apapun, tapi kalau pasangan mama akan ikut campur. Perempuan itu gak masuk kriteria calon menantu keluarga kita," jelas mama tegas. Abi hanya tersenyum sinis.
"Kamu ini bikin malu saja, anak pemilik rumah sakit, kok bisa jualan gelang begitu. Papa menyuruh kamu sukses bukan dengan barang receh," makin nyelekit saja ucapan papa.
"Tenang saja, Pa. Dia sudah menolak Abi kok, tahu gak karena apa, karena Abi anak laki-laki yang hidupnya terlalu diatur oleh orang tuanya. Kalah dengan dia, seorang gadis tangguh yang diberikan kepercayaan oleh orang tuanya untuk handle hidup dirinya sendiri. Kalau Abi jadian sama dia juga kasihan dianya sih, nanti mama dan ikut campur dalam hubungan kita."
"Dia cewek miskin, makanya disuruh handle hidupnya oleh orang tuanya," sahut mama tak terima dengan penjelasan sang putra, terdengar memuji perempuan itu dan menyalahkan didikan mama dan papanya sendiri.
"Jauhi dia, lagaknya aja sok jualan, palingan nanti porotin kamu," lanjut papa kemudian beranjak pergi. Sudah muak dengan kelakuan putra bungsunya ini. Sampai mau lulus kuliah tak ada prestasi yang membuat beliau bangga.
Papa Abi pun merenung, apa mungkin ini karma telah menelantarkan putra sulungnya? Sehingga Abi jadi anak yang tak punya greget untuk maju. "Gimana kabar kalian?" Beliau ingat betul, saat perceraian itu dia hanya memberikan uang 200 juta kepada sang istri sebagai bekal hidup, uang segitu untuk menghidupi putra sulungnya sampai sekarang mungkin tak cukup, tapi mau bagaimana lagi saat itu jiwa egois papa Abi juga masih tinggi.
Perpisahan mereka, bukan karena tak cinta tapi ternyata hidup dengan pasangan yang gap nya terlalu jauh itu juga masalah. Menurut beliau, mantan istrinya itu terlalu perhitungan sehingga pengembangan bisnis sedikit terhambat. Papa Abi itu ingin all in ke bisnis, tapi mantan istrinya itu ingin pembagian uang sesuai porsi saja. Pertengkaran terus terjadi dan lebih baik memang berpisah. Papa Abi pun kembali ke keluarga dengan syarat tidak ada hubungan dengan mantan istri dan anaknya, kemudian papa Abi menghandle rumah sakit Jiwa dan beberapa toko ritel milik kakek Abi.
dipertemukan disaat yg tepat...
balas, "calon suami kamu"...😂
kebanyakan yg diliat orang itu, pas enaknya aja...
mereka ngga tau aja pas lagi nyari2 Customer itu kaya apa.
kadang nawarin saudara atau teman, tapi mintanya harga "saudara" 🤭🤦🏻♀️
bener2 labil 🤦🏻♀️😂🤣🤣...