Karya ini orisinal, bukan buatan AI sama sekali. Konten *** Kencana adalah sang kakak yang ingin menikah beberapa waktu lagi. Namun kejadian tak terduga malah membalikkan keadaan. Laut Bening Xhabiru, menggantikannya menjadi istri pria dingin berusia 30 tahun yang bahkan belum pernah berciuman dengan wanita lain sebelumnya. Akankah mereka bahagia dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Air Chery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Uni dan Masalahnya
Di sebuah ruangan kerja yang penuh dengan buku - buku. Uni berdiri dengan wajah marahnya. Tangannya mengepal sempurna karena menahan amarah besar. Ia sudah benar - benar muak dengan permasalahan ia dan daddynya sedari dulu hanya lah karena terus - menerus soal perjodohan bisnis.
“Daddy, aku nggak tertarik dengan satupun laki - laki yang Daddy tunjukkan itu! Biarkan aku memilih laki - laki untuk diriku sendiri, Dad!” Uni meninggikan suaranya.
“Mereka semua sudah Daddy siapkan untuk kamu dan Daddy juga mempersilakan kamu untuk memilih salah satu dari mereka. Ini demi kebaikan kamu,” kata Daddy juga bersikeras.
“Demi kebaikanku? Demi kebaikanku Daddy bilang! Sayangnya aku nggak pernah merasa Daddy melakukan ini karena ingin anaknya merasa bahagia. Daddy melakukan perjodohan ini karena agar perusahaan ayah kuat, kan! Daddy ingin aku jadi jembatan perusahaan kita untuk naik ke level atas dengan menikahi anak dari orang - orang tinggi itu. Aku tahu niat Daddy! Aku capek, Dad!” sentak Uni.
“Jika hidupmu tidak bergantung di perusahaan kamu bisa apa? Hah! Kita semua bisa apa? Turuti saja perintah Daddy!”
“Nggak! Aku akan buktikan kalau aku bisa hidup sendiri bahkan tanpa dengan bergantung di perusahaan ayah itu!” Uni membalikkan badannya dan melengos pergi meninggal daddy.
“Uni! Uni!” Sekeras apapun dia meneriaki anaknya, Uni benar - benar tidak memperdulikannya lagi.
Dua anak dan ayah yang selalu berdebat dari hal kecil sampai dengan hal besar. Uni adalah anak tunggal yang dibesarkan tanpa seorang ibu. Ibunya meninggal ketika melahirkannya.
Tidak mudah baginya menghadapi dunia tanpa kasih sayang seorang ibu. Dari itu ketika bertemu dengan ibu dari sahabatnya, Bening, ia merasa di sayang dan diperlakukan seperti anaknya sendiri. beginikah rasanya memiliki ibu kandung?
Ayahnya berwatak keras dan pekerja keras. Perusahaan logam warisan keluarganya ia pertahankan mati - matian.
Uni merasakan kasih sayang ayahnya. Tapi kadang ayahnya terlampau keras menata hidup anaknya sudah mulai beranjak dewasa itu.
...🥮🥮🥮...
Sudah setengah hari Uni masuk dan keluar dari mobilnya. Mengecek setiap apertemen yang menurutnya nyaman untuk dijadikan tempat tinggalnya nanti. Ia sudah meyakinkan dirinya, ia tidak akan pulang ke rumah jika daddy masih bersikeras ingin menjodohkannya hanya karena kekayaan.
Akhirnya Uni melabuhkan pilihannya pada apartemen besar di jalan HM. Arsyad. Melihat isi apartemen ia tersenyum puas. Ruangannya besar dengan satu kamar dan sedikit perabotan rumah tangga yang tersedia di sana.
“Aku harus membeli sofa, lemari lagi untuk pasang di sana,” kata Uni sambil menunjukkan jarinya di dinding kosong. “Oh, meja makan juga, sprei baru juga pastinya,” imbuhnya bermonolog.
Tidak sampai menunggu berhari - hari. Furnitur - furnitur itu sudah di bawa oleh pihak departemen pengiriman hari itu juga. Bening memesan semuanya lewat aplikasi online di ponselnya.
“Oh sofa, diletakkan di situ saja, Mas,” tunjuk Uni mengarahkan.
Seorang pria menatap heran karena di sebelah apartemennya sedang ramai dengan orang - orang yang tengah berlalu lalang membawa perabotan.
“Ada ada? Ramai sekali suaranya. Wah!tetangga baru mu repot - repot sekali,” kata pria yang baru muncul dari dalam apartemen.
“Semoga tetangga baru ini tidak merepotkan,” balasnya lalu masuk dalam apartamen miliknya.
...🍨🍨🍨...
Hari sudah terang menembus dinding kaca di kamar Bening dan menerjang Bening yang masih tertidur.
Bening mengerjapkan matanya tidak tahan dengan terangnya langit. Ternyata ia lupa tadi malam untuk menutup gorden kamarnya. Tapi syukurlah, ia jadi terbangun karenanya. Bening meraih ponselnya dan terhenyak ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.17 wib. Bening bergegas bangkit dan langsung menuju kamar mandi. Ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu lalu memasak untuk sarapannya.
“Ah, gue lupa bawa kimono. Malas sekali rasanya harus keluar. Pakai handuk ini saja deh,” ujar Bening seraya bercekak pinggang di depan handuk kecil berwarna putih yang terlipat rapi di kamar mandinya.
Ia menyikat gigi dan membersihkan seluruh tubuhnya dengan sedikit tergesa - gesa. Bening tak ingin terlambat pergi ke kantor. Perjalanannya menuju kantor memakan waktu satu jam empat puluh lima menit.
Tanpa sempat mengeringkan rambutnya lagi, Bening keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk kecil yang melingkar di dadanya. Handuk itu hanya menutupi sampai dengan atas pahanya.
Bening berjalan sambil memainkan rambutnya yang masih basah, sehingga ia tidak menyadari jika Segara sedang tengah menyusun makanan di atas meja kerja Bening. Segara memalingkan wajahnya ke arah Bening yang baru saja selesai mandi itu. Ia terpaku melihat istrinya yang begitu memikat.
“Uwaaaaaaaa!!”
Bening menjerit karena begitu terkejut melihat Segara yang berdiri di sana. Bening serba salah ingin menutupi dirinya. Ia meringkukkan tubuhnya di dinding.
“Bapak ngapain di sini, sih!” pekiknya.
Segara menarik selimut dan berjalan mendekati Bening. Jantung Bening seperti ingin meledak. Ia seperti merasakan sorot balik kejadian di hotel lagi.
Segara menutupi tubuh Bening dengan selimut tebal. Ia tidak ingin keluar karena ia merasa harus menjelaskan pada Bening terlebih dahulu.
“Aku sudah menunggumu di meja makan tapi kamu tidak datang juga. Dari itu aku memutuskan untuk mengantarnya ke sini dan juga aku ingin memeriksa keadaanmu. Aku sudah mengetuk pintu tapi tak ada tanggapan. Lain kali kunci pintu kamarmu. Dan makanlah sarapanmu sebelum dingin. Lalu ini bekal untukmu yang harus kamu bawa ke kantor,” jelas Segara. Bening mengangguk kecil.
Segara meninggalkan kamar Bening. Tersisa Bening yang masih belum reda dengan deguban di dadanya. Ia cepat mengambil kimono dan mengenakannya. Ia harus memakan sarapan terlebih dahulu.
Omelet dan kentang tumbuk yang sudah dihias indah di atas piring putih. Juga ada kotak bekal steinless di sebelah kanan. Dan segelas susu putih lagi di samping kiri piring itu. Bening tersenyum melihat melihatnya.
Ia mulai memakan makanannya. Seperti biasanya, masakan Segara selalu saja lezat dan cocok di lidahnya.
Ia mengingat kembali kejadian di mana Segara menutupi tubuhnya dengan selimut.
“Dia menghormati perempuan,” gumam Bening seraya tersenyum.
Lalu senyuman itu berubah kembali dengan ekspresi marahnya. Bagaimanapun laki - laki itu cabul, pikirnya. Mengapa ia bisa tersenyum hanya karena disogok Segara dengan sebuah makanan.
...🍰🍰🍰...
Uni sudah bermalam di apartemennya. Pertama kali ia merasakan tinggal sendirian dan akan memilih kebebasannya sendiri juga. Uni mengucek - ucek matanya dan menguap dengan lebar.
Ia berjalan keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum. Uni mengelus perutnya yang mulai terasa lapar. Ia sampai lupa makan kemarin lantaran teramat sibuk menyusun perabotannya.
Uni memutuskan keluar dari apartemen dan berniat mencari makanan instan di bawah. Ia tidak mau menunggu terlalu lama jika harus pesan makanan lewat online.
“Brugh!!” Uni menabrak seseorang. Ia memijat dahinya yang sedikit terasa sakit karena dada bidang lelaki yang ditabraknya.
“Ha! Shaka, lo kok di sini?”
“Apartemen saya di sini,” kata Shaka seraya menunjuk pintunya yang bersebelahan dengan pintu milik Uni.
“Oh ya? Kita tetangga rupanya, syukurlah kita bisa jadi teman dekat sekarang,” kata Uni sembari memasang senyum manisnya.
“Saya rasa tidak perlu, saya pergi dulu,” kata Shaka yang beranjak pergi meninggalkan Uni.
Uni menghela nafas kasar. Ia tidak pernah ditolak begini. Bahkan hanya sebatas teman saja laki - laki itu tidak mau. Uni melipat tangannya dan mendengus kesal.
...🍫🍫🍫...
...Karya Orisinal bukan Hasil AI...