Olivia adalah seorang Desainer terkenal di abad ke-21, saat acara penghargaan dirinya dia tidak sengaja mengalami insiden kecelakaan di tempat acara sampai akhirnya dirinya meninggal dunia. Namun, bukannya dia pergi ke alam baka arwahnya justru terlempar ke zaman di era 80-an, memasuki tubuh istri seorang tentara yang Antagonis. Di komplek militer dia sering membuat onar sampai membuat banyak orang yang tidak menyukai dirinya. Lantas bagaimana jika Olivia masuk kedalam tubuh wanita tersebut, apakah Olivia akan bertahan? atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Jendral Rakha
Vano memacu mobil cepat yang bisa ia kendalikan. Namun,jalanan yang terjal memaksa laju mereka tidak stabil. Di kursi belakang, Putri Ayu mengigil menahan rasa sakit, tubuhnya bersandar pada mama mertuanya , sementara Anggun terus mengelus perut Ayu dengan lembut.
"Ayu tarik nafas, hembuskan perlahan. fokus ke bayimu," bisik Anggun di telinganya." Mbak tahu kamu kuat. Jangan biarkan apa pun menyakitinya.
Ayu menggigil, tapi kali ini ia menuruti perkataan Anggun. Pundaknya menurun perlahan Nafasnya tidak lagi terputus-putus seperti tadi.Putri Ayu yang sejak tadi berteriak, tiba-tiba terdiam. Tatapannya turun ke perutnya yang menegang.
"Bayiku." suaranya bergetar
Air matanya mengalir di pipinya."Maafkan Mama Nak, mama hampir saja mencelakakanmu," gumam Putri Ayu dengan suara yang tertahan merasa bersalah dengan sikapnya yang hampir saja membahayakan kehamilannya.
Perlahan Putri Ayu mulai tenang, rasa sakit itu mereda dengan sendirinya. Nafasnya mulai teratur dengan normal.
"Apakah masih sakit?" tanya mama mertua dengan lembut.
Putri Ayu hanya menggelengkan kepala dan semua yang berada di dalam mobil menghela nafas lega.
Beni tersenyum masam."Hah Syukurlah Yu. Kak Beni tadi hampir mati berdiri."
Putri Ayu menjawab dengan senyum tipis." Aku bikin kalian semua takut, Ya?"
Beni menoleh ke belakang sembari tersenyum lega." Asal kamu selamat itu sudah cukup Yu buat kami semua."
Anggun yang tahu kondisi Putri Ayu hanya tersenyum lalu menariknya kedalam pelukannya.
"Jangan lakukan hal bodoh lagi, Kamu harus hidup, Yu. Demi anak-anakmu."
Sesampainya di rumah sakit, Beni langsung turun dan membuka pintu mobil.
"Ayo turun, biar kak Beni bantu," katanya sambil mengangkat Ayu Dangan hati-hati. Ia mengantar Ayu ke ruang periksa, sementara dokter yang menyambut Ayu tampak terkejut.
" Ayu jadi kau benar sudah tidak bersama Jendral lagi?" tanya Dokter tanpa pikir panjang.
Beni langsung memotong, suaranya tegas " Siapa Bilang dokter? Dia masih istri Jendral Rakha hanya saja kebetulan saat ini dia sedang bertugas.
Dokter itu menghela nafas menatap Putri Ayu.Dia sempat ragu, tapi akhirnya berkata pelan." Ada yang perlu kamu tahu, Ayu... Sebelum kamu datang, jendral Rakha sempat mengantar seorang pasien Seorang wanita hamil."
"Apa?"
Deg
Ayu membeku. Sorot matanya terlihat kosong. Tidak ada amarah dalam dirinya hanya kehampaan yang menusuk dalam hatinya.Ruangan langsung terasa lebih dingin. Ayu, mematung, bibirnya bergetar tapi tidak ada suara yang keluar.
"Ayu...." Panggil Beni dengan cemas.
"Kak jangan khawatir. Aku masih bisa berdiri," jawab Putri Ayu, suaranya datar retak. Tapi, tangannya menggenggam selimut begitu kuat hingga ruas jarinya memutih.
Putri Ayu menatap Dokter itu lalu memintanya untuk segera di periksa." Dok cepat periksa bagaimana kondisi anak saya, tadi aku terus saja merasakan sakit yang sangat luar biasa bahkan lebih sakit dari sebelumnya."
Dokter itu menatap Putri Ayu dengan tatapan iba dan juga kasihan." Ayu kamu baik-baik saja, kamu itu hanya mengalami kontraksi palsu, salah satu pemicunya yaitu akibat tekanan emosional. Kamu harus menjaga dirimu dan bayimu Ayu."
"Kamu lebih baik di rawat saja di sini Yu, karena sepertinya sebentar lagi kamu akan segera melahirkan."
"Iya dok tolong rawat saya di sini, lebih cepat lebih baik," kata Ayu sembari menganggukan kepala.
♧♧♧♧
Sementara itu.Jauh di ujung lorong seorang Pria yang memakai seragam militer berdiri mematung dengan wajah pucat, menatap kearah ruangan yang saat ini tertutup dengan rapat. Dia menatap ke arah rekan kerjanya dan juga kedua orang tuanya yang saat ini sedang menunggu kabar istrinya Putri Ayu.
" Ayu maafkan aku, Aku telah mengecewakan," gumam jendral Rakha dengan pelan.
Wajahnya terlihat begitu banyak beban dalam pikirannya. Terlihat begitu tenang tapi pada kenyataannya otak dan pikirannya sedang berjalan.
"Ayu aku janji akan segera kembali, membereskan semua masalah ini dan kembali kepada kamu." Entah apa yang berada di dalam pikiran jendral Rakha. Dia begitu sangat tega meninggalkan anak dan istrinya dalam keadaan seperti ini.
Namun, janji itu hanya suara di kepalanya. Kakinya justru melangkah mengikuti seorang wanita hamil yang baru saja keluar dari ruangannya.
"Jendral Ayo kita pulang, orang tuaku sudah menunggumu," kata Novi dengan lembut.
Jendral Rakha menghela nafas panjang."Novi, " suara Jendral Rakha rendah dan berat," Aku bilang, aku akan bertanggung jawab. Tapi bukan berarti aku bisa menghapus kenyataan bahwa aku sudah beristri." kata Jendral Rakha dengan tegas.
Andai saja waktu itu Dokter Novi tidak ikut bertugas mungkin dia tidak akan pernah mengalami kejadian seperti ini.
"Novi seharusnya kamu mengerti, aku sudah memiliki istri dan sebentar lagi akan mempunyai seorang anak," gumam Jendral Rakha dengan nada tegas melototkan matanya menatap Dokter Novi yang berdiri di sampingnya dengan perut yang sudah membuncit.
Novi menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
" Kenapa kamu biarkan aku berharap, Jendral?"
Rakha menunduk." Karena aku manusia Novi. Aku juga salah."
" Terus bagaimana dengan bayi ini Jendral?" tanya Novi sembari memegangi berut buncitnya.
"Novi, itu salahmu sendiri, lagian aku bisa menjadi ayah untuk anakmu tapi aku tidak bisa menikahimu apalagi menjadikan mu sebagai istriku," pungkas Jendral Rakha.
Dokter Novi menggelengkan kepalanya dengan kuat." Jendral kenapa kamu tega sekali kepadaku, tidak ingatkah kamu tentang kenangan kita dulu?"
Jendral Rakha memejamkan mata, wajahnya menegang seolah berdua." Novi, Jangan sekarang...."
" Jendral jika aku dicintai hanya karena kasian buat apa hati diciptakan untuk merasakan rasa nyaman dan rasa sakit ketika hanya diterima karena pandangan bukan karena rasa cinta yang ingin diungkapkan."
"Ah sudahlah ayo kita pergi sekarang, kita akan bahas masalah ini nanti di rumah," kata Jendral Rakha akhirnya, merangkul bahu Novi dengan erat agar tidak terjatuh membawanya pergi meninggalkan rumah sakit itu.
Namun, tanpa mereka berdua sadari dari kejauhan Putri Ayu memperhatikan interaksi mereka berdua menyaksikan semuanya. Di sudut lorong, Putri Ayu berdiri sambil memegangi pintu. Nafasnya tersengal, bukan karena dia sakit tapi karena hatinya pecah dan hancur.
" Jendral Aku mengenal mu tanpa sengaja, untuk melupakanmu saja hampir membuatku gila. Namun, siapa yang akan menyangka wajahmu yang seindah senja,
bisa membuat luka sedalam Samudra."
Ayu memejamkan mata untuk pertama kalinya ia meras benar-benar sendirian. Bahkan Jendral Rakha seorang yang sangat dia percaya, seseorang yang mungkin Ayu anggap adalah sebagai pelindungnya justru telah menorehkan luka yang paling dalam untuknya.
Wajah yang dulu seperti senja baginya, yang selalu memberikan ketenangan, kehangatan dan keindahan. Kini berubah menjadi sesuatu yang mampu melukai dirinya sedalam samudra.
" Jendral, bagaimana seseorang yang begitu aku cintai bisa menjadi seseorang yang paling menyakitiku?"