NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Jadi Bebek

Reinkarnasi Jadi Bebek

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Perperangan / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: yuyuka manawari

Siapa sangka, kematian konyol karena mesin penjual minuman bisa menjadi awal petualangan terbesar dalam hidup… atau tepatnya, setelah hidup.

Ketika bangun, ia bukan lagi manusia, melainkan seekor bebek rawa level 1 yang lemah, basah, dan jadi incaran santapan semua makhluk di sekitarnya.

Namun, dunia ini bukan dunia biasa. Ada sistem, evolusi, guild, perang antarspesies, bahkan campur tangan Dewa RNG yang senang mengacak nasib semua makhluk.

Dengan kecerdikan, sedikit keberuntungan, dan banyak teriakan kwek yang tidak selalu berguna, ia membentuk Guild Featherstorm dan mulai menantang hukum alam, serta hukum para dewa.

Dari seekor bebek yang hanya ingin bertahan hidup, ia perlahan menjadi penguasa rawa, memimpin pasukan unggas, dan… mungkin saja, ancaman terbesar bagi seluruh dunia.

Karena kadang, yang paling berbahaya bukan naga, bukan iblis… tapi bebek yang punya dendam..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuyuka manawari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14: Kamu Tahu Siapa Adikku?

Tubuhku melesat ke depan, menghantam udara dengan kecepatan singkat. Aku menubruk langsung ke arah dada Kapten Kokok.

Burung jago itu sempat terperangah, pupil matanya mengecil. Namun refleksnya lebih cepat daripada perkiraanku. Dengan satu loncatan ringan ke samping, dia berhasil menghindar. Sayap kanannya berkibar kuat, menghasilkan hembusan angin keras.

“Ugh—!” Tubuhku terdorong mundur beberapa langkah. Tanah lembap di bawah kakiku tergores, meninggalkan bekas paruh-paruh lumpur. Dadaku naik-turun, aku mengibaskan sayap untuk menyeimbangkan diri.

Tidak main-main… dia bukan musuh sembarangan.

Kapten Kokok terkekeh, suaranya serak bercampur nada mengejek. “Gerakanmu cepat juga, tapi kekuatanmu masih terlalu ringan untuk melawanku!”

Tanpa memberi jeda, dia menukik. Paruh tajamnya mengarah langsung ke wajahku. Sinar matahari pagi memantul di ujung paruh itu, membuatnya tampak seperti tombak yang akan menembus daging.

Aku mendengus pendek. Tak ada waktu ragu.

[Skill Aktif: Teriakan Resah]

“KWEK!!!”

Teriakanku menggema keras, menusuk telinga. Getarannya memantul di pepohonan sekitar. Burung-burung kecil yang bertengger panik beterbangan, dedaunan berguguran dari ranting. Kapten Kokok terhuyung sesaat, kepalanya terangkat seolah suara itu memukul telinganya dari dalam.

Kesempatan!

Aku menekan tubuh ke depan, memanfaatkan kelengahan itu.

[Skill Aktif: Sword Peck]

Paruhku menyambar lurus, secepat kilat. Srak! ujungnya menggores bulu tebal di leher Kapten Kokok, meninggalkan garis merah samar.

“Argh!” Kapten Kokok mundur setapak, matanya melebar marah. “Brengsek… seekor bebek berani melukaiku?”

Aku tidak berhenti. Kakiku menghentak tanah, tubuhku maju sekali lagi. Namun kali ini dia sudah bersiap. Sayapnya terbentang penuh, bayangannya menutupi pandanganku.

“Brak!”

Tubuhku tertubruk keras, terlontar ke tanah. Dadaku menghantam lumpur basah, udara seolah keluar semua dari paru-paru. Sesak. Aku terbatuk, paruhku kotor oleh tanah.

Kapten Kokok segera menekan tubuhku dengan cakar kasarnya. Tekanannya berat, membuat dadaku semakin terhimpit. Nafas tertahan, aku merasakan ujung cakarnya hampir menusuk kulit.

“Hanya sampai di sini keberanianmu, bebek remeh,” katanya dengan suara dingin.

Aku menggertakkan paruh. Tidak. Aku belum selesai.

Dengan sisa tenaga, aku merenggut kendali tubuhku. Sayapku mengepak, lalu aku meluncur rendah ke samping, melepaskan diri dari tekanannya. Nafasku kasar, tapi mataku menajam.

[Skill Aktif: Silent Walk]

Kakiku melangkah ringan di atas tanah basah. Suara langkahku hampir lenyap, hanya menyisakan sedikit riak lumpur. Aku bergerak memutari batang-batang pohon, menyembunyikan keberadaanku.

Kapten Kokok berputar di tempat, paruhnya berdecak kesal. Matanya menoleh cepat ke kanan dan kiri. “Dasar pengecut! Jangan bersembunyi, keluar kau, bebek hina!” teriaknya.

Aku menahan nafas, mengendap semakin dekat.

Satu langkah lagi. Sekarang.

Aku menerobos dari samping.

[Skill Aktif: Silent Peck]

Paruhku menghantam keras ke arah lehernya, tepat di sisi yang terbuka.

“Khak!” Kapten Kokok tercekik. Tubuhnya terhuyung, sayapnya mengepak kacau mencoba menjaga keseimbangan. Namun tubuh besar itu akhirnya jatuh berlutut ke tanah. Nafasnya memburu, dada naik turun kasar.

Aku berdiri tegak di hadapannya. Nafasku sendiri tidak stabil, tapi tubuhku masih bisa menopang. Lumpur menempel di bulu dadaku, terasa dingin, tapi aku tidak peduli.

Aku menatap lurus pada matanya yang mulai meredup oleh rasa sakit dan amarah. Dengan paruh yang masih bergetar oleh sisa serangan, aku berkata pelan, suaraku nyaris serak:

“Sudah berakhir.” Suaraku terdengar pelan, tapi penuh tekanan.

“Tu-tunggu, tolong a-ampuni diriku.” Kapten Kokok yang biasanya congkak kini bersuara dengan nada bergetar.

Bulunya kusut, tubuhnya penuh luka, dan paruhnya gemetar setiap kali mencoba bicara. “Ak-aku tidak ingin mati, tolong ampuni diriku. Aku t-tidak akan mengganggumu lagi, aku janji!”

Aku hanya menatapnya dengan mata menyipit, lalu tertawa kecil. “Lihatlah dirimu sekarang. Pada saat memperkosa Jamila, apakah kau juga akan meminta maaf dengan wajah seperti ini?” Suaraku meledek, dingin, dan penuh ejekan.

Kapten Kokok menggertakkan paruhnya. “Sialan…”

Aku mendekat selangkah. “Aku bisa memaafkanmu. Tapi ada syaratnya. Merangkaklah padaku… dan cium kakiku. Kalau kau lakukan itu, aku janji akan memaafkanmu.”

“Bangsa—”

“Mau atau tidak?” ucapku sinis, mengeraskan nada.

Kapten Kokok memandangku dengan tatapan benci bercampur putus asa. Napasnya terengah, lalu dengan gerakan berat, ia mulai merangkak di atas tanah becek yang penuh lumpur dan bercampur darahnya sendiri. Aku tertawa keras, tak bisa menahan diri melihat sosok gagah yang dulu menyombongkan diri kini seperti serangga yang diinjak.

Sampai akhirnya, ia tiba di kakiku. Dengan tangan bergetar, ia menunduk lalu mencium kaki kecilku yang penuh lumpur. Suaranya pecah saat berbisik, “Ampuni diriku… maafkan aku… a-aku tidak ingin mati.”

Aku menunduk sedikit, tatapanku menusuk lurus ke matanya. “Lihat mataku, Kapten Kokok,” ucapku pelan namun tegas.

Ia mendongak ragu, dan tepat saat tatapan kami bertemu, aku mengangkat kaki lalu menginjak wajahnya.

“TIDAK MAU!” teriaknya histeris.

Aku tertawa keras, suaraku menggema di rawa.

Aku tertawa hebat

[Skill Aktif: Sword Peck]

Dengan gerakan cepat, paruhku menyambar, memotong kedua kakinya. Darah langsung muncrat, membasahi tanah. Teriakan Kapten Kokok memecah udara. “BANGSAT!!”

Aku menunduk, menatap kakinya yang terpotong. “Eh, kenapa? Sakit, ya?” ucapku datar sambil menyendok lumpur lalu menekankannya ke luka terbuka itu. “Sini-sini, aku tambahkan sedikit bumbu. Supaya lebih ‘lezat’.”

“ARGH! HENTIKAN, BANGSAT!” jeritnya, tubuhnya menggeliat liar menahan sakit. Ia mencoba bangkit, tapi tak bisa. Akhirnya hanya bisa merangkak, menyeret tubuhnya sendiri yang semakin berlumur darah.

Aku berjalan pelan di belakangnya. Mataku tak pernah lepas dari tubuhnya yang semakin panik.

“Bagaimana bisa ini terjadi…” gumamnya di sela isak dan teriakannya. “Seenggok bebek… tidak, aku tidak mau mati!”

Aku terus melangkah, hingga akhirnya aku sudah berada tepat di hadapannya lagi. Kapten Kokok mengangkat kepalanya, matanya membelalak, napasnya memburu.

Ia seperti kehilangan akal.

“A-ap-apa yang kau inginkan?! Aku akan memberinya! Semuanya!” teriaknya terbata-bata, bulu di lehernya basah oleh keringat dan darah.

Aku menyeringai. “Hmm… apa yaaa…” kataku sambil berpura-pura berpikir, seolah waktu di sekitar kami berhenti.

Ia menelan ludah, wajahnya penuh ketakutan.

“Kalau begitu…” ucapku akhirnya, pelan dan menyeramkan. “Bagaimana kalau aku mencongkel matamu, memotong sayapmu, mengambil paruhmu…”

Kapten Kokok menegang, bulu-bulunya berdiri, matanya melotot.

“…memotong dan memutilasi tubuhmu…” lanjutku. Aku sengaja menekankan setiap kata, membuatnya semakin menggigil. “…dan kemudian memberikannya kepada para babi.”

“Bangsat!!” teriaknya sekuat tenaga, berusaha menyembunyikan rasa takut. “Apa kau tidak tahu siapa adikku, hah?! Kalau kau berani menyentuhku, adikku akan—”

Aku mendekat, memotong ucapannya dengan suara dingin. “Tidak.”

[Skill Aktif: Sword Peck]

Suara benturan tajam terdengar, lalu kepalanya terlempar ke tanah hutan yang kering. Tubuh yang tadi masih berdiri kini ambruk tanpa daya, meninggalkan darah yang meresap ke tanah lembap.

[+150 XP]

Aku mengatur napas. “Kwek… akhirnya selesai.” Suaraku terdengar serak, tapi juga puas.

Suara sistem kembali terdengar:

[Lvel Anda Meningkat]

“WOAH, AKU LEVEL UP!” teriakku spontan sambil mengibas-ngibaskan sayap.

[Level 13 → Level 14]

[Persyaratan Evolusi Dibuka]

[Anda akan berevolusi]

Aku terdiam. “Disini? Sekarang juga?”

Belum sempat kuambil keputusan, cahaya hitam pekat tiba-tiba menyelimuti tubuhku. Cahaya itu tidak hanya menutupi kulit, tapi juga membuat pandangan sekitarku lenyap, seperti tenggelam dalam kegelapan tanpa dasar.

Dadaku terasa panas, bulu-bulu di tubuhku mulai berubah. Dari putih polos, perlahan memucat lalu menjadi abu-abu gelap, hingga akhirnya pekat seperti arang. Saat kuperhatikan lebih detail, teksturnya berbeda, lebih kasar tapi juga lebih kuat, seolah tidak mudah robek.

Di ujung sayapku, beberapa helai bulu memanjang lebih runcing, mirip pisau tipis yang tajam. Aku menggerakkan sayap, terdengar suara berdesing ringan.

“Astaga… ini bukan bulu biasa,” gumamku. Nafasku kini lebih dalam, setiap tarikan udara membuat dadaku seperti dipenuhi energi baru yang terus melonjak. Otot-otot kecil di kaki terasa lebih padat, dan aku merasa bisa melompat lebih tinggi kapan saja.

Suara sistem mengumumkan hasilnya dengan nada tegas:

[Evolusi Berhasil: Bebek Iblis Lv.14]

[Skill Baru Anda Berevolusi]

Mataku membelalak. “Skill?”

Tulisan baru bermunculan satu per satu di hadapanku:

[Teriakan Resah → Dark Quack]

[Sword Peck → Blood Peck]

[Duck Dash → Night Glide]

[Intimidasi Palsu → Tekanan Iblis]

“Semua skill awalanku berevolusi!” Aku terkejut, bulu di leherku berdiri karena semangat yang mengalir deras. “Apakah ada skill baru juga? Sistem, tolong perlihatkan semua keterangan skill yang sudah berevolusi.”

Suara notifikasi terdengar jelas, dan satu per satu deskripsi terurai:

[Dark Quack – Teriakan bebek yang menghasilkan gelombang kejut mental, mampu menurunkan semangat dan fokus lawan. Musuh dengan level lebih rendah punya peluang 30% untuk kabur.]

[Night Glide – Gerakan cepat membuat tubuh pengguna menambahkan Agi sebesar 30 selama 10 detik. Jika digunakan di area dengan pencahayaan rendah, akan menambahkan gerakan dan kelincahan sebesar 10 kali lipat.]

[Tekanan Iblis – Mengeluarkan aura iblis yang menekan jiwa musuh, membuat mereka merasa ditindas. Musuh dengan mental lebih lemah bisa langsung lumpuh selama 5 detik.]

[Blood Peck – Serangan tusukan cepat dengan paruh, menembus perlindungan tipis dan keras. Menyembuhkan luka kecil di tubuh pengguna jika berhasil menembus target.]

Aku membacanya satu per satu dengan mata lebar. Nafasku tercekat, lalu berubah menjadi tawa kecil yang tak bisa kucegah. “Kwek… kwek… semua skill yang berevolusi terdengar kuat! Aku benar-benar tidak sabar untuk mencobanya.”

Kedua sayapku mengepak ringan. Ada rasa bangga yang tak bisa disembunyikan, seperti tubuhku akhirnya benar-benar cocok untuk dunia keras ini.

“Sedikit demi sedikit, aku akan mencapai tujuanku,” ucapku pelan. Suara itu terdengar mantap, tidak lagi ragu seperti dulu.

Aku merasakan tubuhku bergetar bukan karena takut, melainkan karena antusiasme yang sulit dijelaskan. Lidahku terasa kering, seolah tubuhku haus akan pertarungan berikutnya.

“Ah… rasanya kekuatanku bertambah banyak sekali.” Aku menggerakkan leher ke kiri dan ke kanan, terdengar suara sendi yang retak kecil. Rasa berat di tubuh hilang, berganti dengan kelincahan baru.

Aku mengangkat kepala dan berkata dengan lantang, “Sistem, perlihatkan Statistik-ku.”

[Memuat Statistik…]

Layar transparan perlahan terbentuk di hadapanku, menampilkan semua detail angka yang selama ini kucari. Tubuhku tegang, jantung berdetak lebih cepat, dan mataku tak berkedip menunggu hasilnya.

[Statistik Bebek lv 14/ Nama: XXXX]

[Jenis: Bebek Iblis]

STR: 21

AGI: 36

INT: 24

LUCK: 16

[Skill: Silent Walk, Silent Peck, Dark Quack, Night Glide, Blood Peck, Tekanan Iblis]

“GILA!” teriakku spontan, mataku hampir tak berkedip menatap panel sistem yang baru saja muncul di depan wajahku.

Angka-angka yang tertera di sana membuat bulu di leherku berdiri. “Statku sekarang benar-benar luar biasa kuatnya.”

Dadaku naik-turun cepat. Nafasku keluar bersama suara kwek kecil yang tak bisa kucegah. Rasanya ada sesuatu yang mendidih di dalam tubuhku. Otot-otot kecil di sayapku bergetar, paruhku bergerak seakan tak sabar mencoba sesuatu.

“Aku jadi ingin menguji kekuatanku.” gumamku sambil melirik sekeliling. Pandanganku tertuju pada sebuah pohon besar di tepi rawa. Batangnya tebal, menjulang tinggi, kulit kayunya berlapis-lapis kasar dengan lumut hijau menempel di beberapa sisi.

“Ke pohon aja deh. Cocok buat uji coba.”

Aku mengambil satu langkah maju. Dengan satu tarikan napas panjang, aku mengaktifkan Blood Peck.

Aura gelap tipis langsung mengelilingi paruhku. Rasanya dingin dan tajam, seakan energi itu ingin meledak kapan saja. Aku melompat kecil ke depan, lalu menghantamkan paruhku ke batang pohon.

DUP!

Getarannya memantul ke tubuhku. Seketika, batang pohon setebal tiga kali lipat tubuhku itu retak. Dari titik yang kupatuk, muncul sebuah lubang tembus ke sisi seberang pohon.

Aku menoleh, mataku membelalak. Lubangnya tidak besar, ukurannya hanya sebanding dengan paruhku, tapi tetap saja, itu tembus lurus! Aku bisa melihat cahaya samar menembus dari sisi lainnya.

“Sekuat itu!” seruku, dada terasa penuh kebanggaan. Aku berputar sedikit, mengamati hasil perbuatanku dari berbagai sudut. Bulu sayapku berkibar kecil terkena angin rawa yang lembap.

“Kalau begini… aku jadi penasaran,” bisikku pelan, mata menyipit penuh antusias. “Apa yang akan terjadi kalau aku menggunakan ini pada makhluk hidup?”

 “Sekuat itu!” Ucapku bangga. “Aku jadi penasaran apa yang terjadi jika aku lakukan ke makhluk hidup.”

Aku menggelengkan kepala, menenangkan diri. “Tidak sekarang. Masih siang. Aku ingin berkeliling dulu untuk melihat yang lain.”

Aku melangkah keluar dari bawah pohon. Suara serangga rawa terdengar nyaring dari berbagai arah, bercampur dengan suara air yang menetes dari dedaunan lebar. Cahaya matahari berusaha menembus kanopi pohon-pohon tinggi, tapi hanya sedikit yang berhasil mencapai dasar rawa. Suasananya tetap lembap dan agak gelap.

Namun, sebelum sempat aku melangkah lebih jauh, layar sistem tiba-tiba berkedip. Sebuah pesan baru muncul di hadapanku.

[Peringatan – Dungeon Instan Terbuka]

Aku membeku sesaat. Mataku membesar membaca tulisan itu. “Dungeon lagi? Tapi sekarang instan? Apa maksudnya?”

Panel berikutnya segera muncul, seolah sistem mendengar pertanyaanku.

[Kegagalan mengikuti instruksi akan menurunkan Status Avatar]

“Tak perlu memaksaku begitu, sistem.” Aku terkekeh kecil, meski di dalam hati ada rasa tak nyaman. “Aku memang sudah penasaran dengan kekuatanku. Jadi, mari kita lihat apa maksudmu.”

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menjaga fokus. “Tolong berikan detailnya,” kataku dengan suara tegas.

Segera, panel baru terbuka, menampilkan informasi tambahan:

[Dungeon Instan]

[Level Disarankan: 10–35]

[Lokasi: Tengah Hutan Rawa Gelap, dikelilingi pohon tinggi dan semak lebat]

[Kegagalan atau penolakan akan menurunkan Status Avatar secara drastis, beberapa kemampuan bisa terkunci sementara]

Aku menatap tulisan terakhir cukup lama. Helaan napas keluar dari paruhku. “Uhhh… kejam sekali kalau sampai dikunci.” Suaraku pelan, nyaris seperti gumaman.

Aku menengadah, menatap celah cahaya di atas dedaunan. “Baiklah… Dungeon, aku datang!”

1
Anyelir
kasihan bebek
Anyelir
wow, itu nanti sebelum di up kakak cek lagi nggak?
yuyuka: sampai 150 Chap masih outline kasar kak, jadi penulisannya belum🤗
total 1 replies
Anyelir
ini terhitung curang kan?
yuyuka: eh makasi udah mampir hehe

aku jawab ya: bukan curang lagi itu mah hahaha
total 1 replies
POELA
🥶🥶
yuyuka
keluarkan emot dingin kalian🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE: 🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶🥶
total 1 replies
yuyuka
🥶🥶🥶🥶
Mencoba bertanya tdk
lagu dark aria langsung berkumandang🥶🥶
yuyuka: jadi solo leveling dong wkwkwkw
total 1 replies
Mencoba bertanya tdk
🥶🥶
FANTASY IS MY LIFE
bro...
Mencoba bertanya tdk
dingin banget atmin🥶
FANTASY IS MY LIFE: sigma bgt🥶
total 1 replies
FANTASY IS MY LIFE
ini kapan upnya dah?
yuyuka: ga crazy up jg gw mah ttp sigma🥶🥶
total 1 replies
Leo
Aku mampir, semangat Thor🔥
yuyuka: makasi uda mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir lagi/Slight/
yuyuka: arigatou udah mampir
total 1 replies
Demon king Hizuzu
mampir
yuyuka: /Tongue/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!