NovelToon NovelToon
“Suara Hatiku Jadi Takdir Istana”

“Suara Hatiku Jadi Takdir Istana”

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Bullying dan Balas Dendam / Pembaca Pikiran
Popularitas:17.9k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Lian, gadis modern, mati kesetrum gara-gara kesal membaca novel kolosal. Ia terbangun sebagai Selir An, tokoh wanita malang yang ditindas suaminya yang gila kekuasaan. Namun Lian tak sama dengan Selir An asli—ia bisa melihat kilasan masa depan dan mendengar pikiran orang, sementara orang tulus justru bisa mendengar suara hatinya tanpa ia sadari. Setiap ia membatin pedas atau konyol, ada saja yang tercengang karena mendengarnya jelas. Dengan mulut blak-blakan, kepintaran mendadak, dan kekuatan aneh itu, Lian mengubah jalan cerita. Dari selir buangan, ia perlahan menemukan jodoh sejatinya di luar istana.

ayo ikuti kisahnya, dan temukan keseruan dan kelucuan di dalamnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14

Api kecil di gubuk reyot itu berderak pelan. Asap tipis naik ke udara, bercampur dengan aroma ramuan herbal yang direbus Lian dalam panci tanah liat. Malam turun perlahan, membawa dingin yang menusuk. Hutan di luar gubuk semakin sepi, hanya terdengar suara serangga dan angin yang meniup dedaunan.

Lian duduk di bangku kayu yang sudah retak, tubuh mungilnya condong ke depan. Matanya fokus pada ramuan, tapi hatinya masih belum tenang.

"Aku benar-benar bodoh. Pergi sendirian tanpa bilang siapa pun, lalu menemukan pria misterius penuh luka. Kalau dia orang jahat bagaimana? Tapi wajahnya… hm, tidak tampak jahat, lebih seperti seorang pahlawan yang disakiti dunia. Ah, apa yang kupikirkan?!"

Ia mendesah, menggigit bibir.

Sementara itu, pria misterius itu yang sudah dibaringkan di atas tikar jerami memang tampak lemah, tapi sesekali matanya melirik ke arah Lian. Ia sebenarnya belum tidur. Ia mendengar jelas isi hati gadis itu, sesuatu yang selama ini tidak pernah dialaminya.

“Pahlawan yang disakiti dunia?” gumamnya dalam hati. “Hah… sudah lama tidak ada yang memandangku begitu.”

Ia ingin tertawa, tapi rasa sakit di dadanya membuatnya hanya mampu menghela napas pendek.

---

Ramuan mendidih. Lian mengambil mangkuk tanah liat, menuang cairan pekat berwarna cokelat kehijauan. Bau pahit menyengat hidung.

Ia membawa mangkuk itu mendekati pria misterius. “Hei, bangun. Kau harus minum ini kalau tidak ingin mati konyol.”

Pria itu membuka mata samar. “Hmm… baunya saja sudah membuatku ingin mati.”

“Jangan banyak bicara.” Lian mendengus. “Ayo, buka mulutmu.”

Pria itu menatap Lian dengan mata berkilat nakal. “Biasanya wanita cantik menyuapi dengan lembut. Kenapa kau seperti menyuapi musuh?”

Lian mengangkat alis. “Kalau kau tidak mau, aku bisa siramkan sekaligus ke wajahmu.”

Mata pria itu melebar. “Hei, hei, jangan bercanda seperti itu!”

Dengan terpaksa, ia membuka mulut. Lian menyuapkan ramuan perlahan. Seperti dugaan, wajah pria itu langsung meringis.

“Pait… pahit sekali! Kau yakin ini obat, bukan racun?”ujar pria itu sembari menahan pahit

Lian menahan tawa. “Kalau racun, kau sudah mati sejak tadi. Minum saja, nanti aku beri sepotong buah kering untuk menghilangkan rasa pahit.”

Pria itu terdiam, lalu patuh menelan. Setelah mangkuk kosong, Lian mengeluarkan buah merah kecil dari tasnya dan menyodorkannya.

“Ini, kunyah.”

Pria itu menggigit, dan wajahnya sedikit lebih lega. “Hm… manis. Ternyata kau bisa juga bersikap lembut.”

Lian mendelik. “Jangan terlalu berharap. Aku tabib, bukan perawat pribadi.”

Namun dalam hati, ia tertawa kecil.

"Pria ini bahkan setengah mati pun masih bisa bercanda. Apa dia selalu begini? Atau hanya pura-pura kuat? Entahlah, tapi ada sesuatu yang… hangat darinya." *uj*ar Lian dalang

Pria itu lagi-lagi terdiam mendengar isi hatinya. Pipinya yang pucat sedikit bersemu.

---

Beberapa saat kemudian, api unggun mulai redup. Lian menambahkan kayu, lalu duduk bersandar pada dinding kayu rapuh. Matanya menatap langit-langit gubuk.

Pria itu bersuara pelan, “Kenapa kau sendirian di hutan? Gadis seperti dirimu seharusnya tidak berkeliaran tanpa pengawal.”

Lian melirik sekilas. “Aku bosan selalu dijaga. Aku hanya ingin bebas, mencari tanaman obat, menghirup udara segar. Lagipula, kalau aku tidak pergi sendirian, aku tidak akan menemukanmu.”

Pria itu tersenyum samar. “Jadi aku boleh berterima kasih karena kau kabur dari pengawasan?”

“Kau sebaiknya berterima kasih karena aku menyelamatkan nyawamu,” balas Lian ketus.

Keheningan turun sebentar. Hanya suara jangkrik menemani.

Pria itu akhirnya bertanya, “Namamu siapa?”

Lian menimbang sejenak, lalu menjawab, “Orang memanggilku Nyonya An. Kau bisa panggil aku Lian.”

“Lian…” pria itu mengulang pelan, seakan mencicipi rasa di lidahnya. “Nama yang indah.”

Lian menunduk, pura-pura merapikan kain balutan di tangannya agar pipinya yang merona tidak terlihat.

Dalam hati, ia berkata, "Aneh sekali… pria ini baru pertama kali kulihat, tapi seolah sudah akrab. Kenapa aku tidak merasa takut?"

Dan lagi-lagi, pria itu mendengar isi hatinya. Kali ini ia benar-benar tertegun.

“Wanita ini… terlalu polos. Kalau aku orang jahat, ia sudah celaka. Tapi justru itu yang membuatnya…” ia tidak melanjutkan pikirannya, hanya menghela napas panjang.

---

Tengah malam, suara perut keroncongan memecah keheningan. Lian menoleh kaget. Pria itu menutup wajah dengan tangan, malu.

“Itu… perutku.” ujar pria itu pelan sembari menahan malu

Lian terbahak. “Astaga, bahkan saat hampir mati pun kau masih bisa lapar?”

“Aku memang hampir mati kelaparan,” balas pria itu dengan nada bercanda.

Lian menggeleng sambil tersenyum. Ia mengeluarkan roti kering dari tas kecilnya. “Ini saja yang kupunya. Kau mau?”

Pria itu mengangguk cepat, lalu mengambilnya. Tapi saat menggigit, roti itu begitu keras hingga ia meringis.

“Keras sekali! Apa ini roti atau batu kali?” tanya pria itu

Lian menahan tawa, menepuk dahinya. “Itu memang sudah lama kusimpan. Kalau tidak suka, jangan makan.”

“Tunggu, tunggu, aku tidak bilang tidak suka!” Pria itu buru-buru menggigit lagi, meski wajahnya jelas kesulitan.

Lian akhirnya tak tahan, tertawa sampai matanya berkaca-kaca. “Aku belum pernah melihat orang makan roti sekeras batu sambil tetap tersenyum begitu.”

Pria itu menatapnya lama, lalu ikut tertawa. Suara tawa mereka bergema di gubuk reyot itu, hangat di tengah dinginnya malam.

---

Setelah makan, pria itu mulai mengantuk. Namun sebelum menutup mata, ia menatap Lian. “Kau tidak takut aku berbahaya?”

Lian menghela napas, menatap api. “Entah kenapa, aku percaya padamu. Mungkin naluri tabibku… atau mungkin hatiku berkata begitu.”

Isi hati Lian pun bergema:

"Aku tidak tahu siapa dia, tapi saat menatap matanya, aku merasa aman. Padahal aku sudah lama tidak percaya pada siapa pun, terutama pria…"

Pria itu merasakan suara itu menusuk ke dadanya. Ia menggenggam kain selimut yang menutup tubuhnya, menahan gejolak aneh di hatinya.

“Aku berutang nyawa padamu, Lian,” katanya lirih. “Mulai saat ini, ke mana pun aku pergi, aku akan ingat malam ini.”

Lian menoleh, menatapnya sebentar, lalu tersenyum samar. “Tidurlah. Kalau kau bicara terlalu banyak, lukamu bisa terbuka lagi.”

Ia berdiri, menambahkan kayu ke api, lalu duduk bersandar di sudut gubuk. Perlahan, matanya terpejam, tenggelam dalam tidur ringan.

Pria itu masih menatapnya, wajahnya lembut. “Wanita ini… seperti cahaya dalam gelapku.”

Ia menutup mata, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia tidur dengan perasaan tenang.

---

Malam itu, di gubuk reyot di dalam hutan, dua jiwa yang terluka bertemu tanpa sengaja. Dan di antara api kecil, ramuan pahit, dan roti sekeras batu, benih takdir baru mulai tumbuh, meski mereka sendiri belum menyadarinya.

Bersambung…

1
Cindy
lanjut kak
Srimulyani
wah cinta segiempat Cen Yun banyak saingan
hani chaq
orang licik ga akan bertahan lama karna bakal termakan balik dengan kelicikannya
hani chaq
jodohnya kian dekat.....ayo semangat berjuang setiap keburukan pastilah akan kalah
hani chaq
emang seorang yg kuat harus berjodoh ma yg lebih hebat
hani chaq
masih menjadi teka teki siapa jodoh pedang langit
hani chaq
ini baru tambah asik.mantap polllll..... pokoknya
hani chaq
jgn biarkan ke4 org itu ada yg hilang.ayo.....kalian bisa
hani chaq
ayolah chen....ajari lian bela diri.seenggaknya bisa buat lebih bermanfaat
nara 🇮🇩 🇹🇼
bearti lian tak berjodoh denga kaisar liu ning,,kalau lian ketemu dengan pemilik pedang langit feng xuan,,
hani chaq
sayang sekali yg cewek2 pd ga bisa bertarung
hani chaq
benar2 jodohnya lian
kaylla salsabella
wah kasihan nanti Liu ning klu kian nikah sma pewaris satu nya
Tiara Bella
makasih Thor up nya....sangat menghibur berasa nnton dracin.... semangat ya
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
berada selalu disisi nya untuk menuju kebahagiaan
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
wahhh, seperti harapan ku dong /Applaud/
seorang kaisar yang sangat berwibawa yang akan menjadi jodoh nya Lian
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
Lian bobo' cantik, sementara keluarga nya kelimpungan nyariin /Facepalm/
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
penyesalan mu telat raja, Lian udah menutup hati nya untuk istana xu
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
kabulin dong yang mulai, biar Lian bisa buat gebrakan baru
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
pintar, Lian sang jenius baru muncul 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!