Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
“Berhenti atau saya benar-benar melupakan siapa Anda,Tuan." Ucap Nico mengangkat senjatanya.
Erlan dan Arion menghentikan langkahnya, tetap tenang, namun selalu waspada.
Nico dan Lexi menatap tajam dengan wajah datar nan dingin itu, sembari menodongkan moncong pistolnya ke arah Ayah dan anak itu.
Anak buah Erlan juga melakukan hal yang sama, mereka saling menodongkan senjata.
Baik Nico maupun Lexi tidak mengizinkan Erlan masuk kedalam markas besar yang didirikan oleh Arsen. bagi mereka Erlan adalah musuh yang sudah menghabisi Arsen, ketua dari The Silent Reapers.
“Sialan kalian menantang kami!!" Edgar yang kesabarannya setipis tisu pun hendak menyerang, akan tetapi ditarik kembali oleh Erlan.
“Diam lah, kita datang bukan untuk menyerang, aku hanya ingin mengunjungi makam putraku" Pinta Erlan.
Sudah beberapa bulan sejak kematian Arsen, keluarga besarnya tidak diizinkan untuk datang melihat makan Arsen, hanya disaat pemakaman saja mereka diperbolehkan datang, setelah itu Nico memperketat penjagaan. Siapapun tidak bisa masuk dalam keadaan selamat.
Bahkan Gabriel sampai masuk rumah sakit karena memaksa masuk dan terkena tembak di lengannya.
“Erlan, sampai kapan kamu harus bersabar, mereka tidak akan mengizinkan kita masuk dengan cara baik-baik." Edgar tidak bisa terima begitu saja, dia juga ingin melihat kembali kuburan Arsen, menabur bunga dan mengirim doa.
“Uncle, tenanglah, Arsen tidak akan suka kalau kita menyakiti mereka." Timpal Arion.
Edgar menoleh dan berdecak. “Tapi kita keluarganya dan mereka hanya orang lain, kita... "
“Keluarga?" Lexi menekan kata keluarga dengan tawa menggelegar.
“Keluarga!! kalian dengar.. Hey pria itu mengatakan dia keluarga Tuan kita.. apa kalian semua dengar?" Lexi kembali tertawa melihat kearah anak buahnya yang juga tertawa. Tawa meledek kalimat Edgar.
Erlan memejamkan matanya, rahangnya mengeras dengan kedua tangan mengepal, bukan marah melainkan rasa sesal yang semakin dalam, dia seorang ketua Klan yang memiliki organisasi kedua terbesar setelah Arsen yang menjadi pertama.
Dia menjadi bahan tertawaan karena memang pantas, dia mengabaikan putranya sendiri dan membunuhnya dengan tangannya sendiri, lalu sekarang datang dengan rasa penyesalan dan mengaku keluarga? LUCU sekali, pantas kalau mereka tertawa.
“Nico, kedatangan kami kemari bukan.. "
“Pulanglah pria tua, jangan sampai saya melupakan anda sebagai Ayah dari Arsen." Lexi menyela kalimat Arion, dia sebenarnya sudah tidak tahan lagi dan ingin menembak tepat di kening pria itu.
“Kami menahan diri hanya karena Arsen tidak mengizinkan kami melukai keluarganya, sayangnya keluarga yang dia lindungi sangat tidak tau diri." Lanjut Lexi. Jika tidak mengingat pesan Arsen, mungkin Nico dan Lexi sudah menyerang Erlan.
Erlan menghela nafas pelan, dia hanya ingin berdamai dengan keadaan dan rasa sesalnya. Ingin melihat kembali kuburan putranya, Namun kedatangannya sama sekali tidak diterima oleh kedua sahabat Arsen.
Bahkan kata maaf yang keluar dari mulut Arion membuat anak buah Arsen tertawa, kenapa baru sekarang mereka datang setelah Arsen tiada. Mereka tidak butuh kata maaf, yang mereka butuhkan adalah Arsen.
“Bisakah kata maaf Anda mengembalikan Arsen ku?" Lexi sedikit memiringkan kepala, menatap dalam Arion yang terpaku mendengar kata ‘Arsen ku' sesayang itukah mereka pada anak yang tidak di anggap oleh keluarganya sendiri?
“Tidak ada kata maaf yang bisa mengembalikan keadaan seperti semula, Anda sudah membuang Arsen dan menganggapnya tidak berguna, maka tetaplah seperti itu, jangan mengubah apapun setelah Anda membunuhnya. kalaupun Anda menyesal itu sudah menjadi konsekuensinya." Setiap kalimat yang Lexi ucapkan bagaikan belati yang langsung menusuk jantungnya.
Erlan tidak bisa menjawab apapun hanya menatap penuh penyesalan, sementara Arion dia memejamkan matanya, kenapa baru sekarang menyadari jika dia sangat menyayangi Arsen.
Bukan Lexi, tetapi Nico yang membuat mereka tidak bisa menemukan apapun, pria muda itu tidak mudah dijebol pertahanannya.
Pemuda yang tidak banyak bicara, tetapi kesetiaannya sama sekali tidak bisa diragukan, bahkan dia tidak memberikan celah pada Arion untuk menyaingi perusahaan Arsen. Tender-tender besar selalu dia menangkan.
“Kata maaf memang tidak bisa mengembalikan apapun, semua orang memiliki kesempatan kedua dan... ”
“Apa kalian memberikan kesempatan kedua pada Arsen? Aku hanya memakai cara yang kalian lakukan pada Arsen, jadi pergilah." Nico menarik sudut bibirnya.
Erlan melirik kearah Arion dan melihat laser tepat didada putranya. Tidak ingin kehilangan lagi, Erlan mengalah dan menarik mundur.
***
“Dad, are you oke?" Tanya Arion.
Erlan mengangguk. “Iya, Daddy baik-baik saja, bagaimana dengan perusahaanmu?" Jawabnya.
“Tanpa aku menjelaskan Daddy pasti sudah tau sendiri jawabannya, LexSen grup yang memenangkan tender itu." Helaan nafas panjang keluar dari bibir tebalnya.
“Kamu butuh bantuan?"
Arion menggelengkan kepala. “Apa aku terlihat tidak berguna Dad?"
Erlan menepuk pelan pundak putranya, sejak munculnya LexSen grup. Arion seperti patah taring.
“Tidak, kalau kamu tak berguna, mana mungkin perusahaan Opa masih berdiri sampai sekarang." Ucapnya agar sang putra tidak putus asa.
Arion tersenyum tipis, Ayahnya hanya mengucapkan kata-kata penenang saja. “Kenyataannya aku ada dibawah Arsen, sekalipun dia sudah tiada aku tetap tidak bisa mengalahkannya." Ucapnya pelan.
“Bukan aku yang membuat perusahaan Opa tetap berdiri, tetapi Arsen, dia yang selama ini berada dibalik layar." Lanjut Arion. Pantas saja apa yang dia kerjakan sangat mudah mendapatkan hasil. mudah mendapatkan investor, mereka setuju bekerjasama tanpa membaca berkas dan langsung tanda tangan.
Dia pikir itu karena kecerdasannya, ternyata semua ada dalam kendali Arsen, ketika pemuda itu berada di puncak kekecewaan, semua ditarik mundur dan gong Arion tidak ada apa-apanya tanpa Arsen.
Erlan tidak menyangkal setelah mengetahui kebenarannya dan pengakuan salah satu investor, jika bukan karena mereka tidak akan melakukan kerja sama dengan mudah. Terlebih keuntungan yang mereka dapat tidak sesuai dengan perjanjian.
“Kamu pasti bisa, tetaplah berusaha."
**
“Sialan!! kau selalu merebut milikku!!" Seru Lexi berkacak pinggang menatap horor Nico yang mengambil paksa minumannya.
“Jangan terlalu banyak minum, belajarlah dengan benar, ketika dia kembali dan kamu masih seperti ini, aku yakin dia akan membuang mu." Jawabnya sembari menginjak batang rokok yang dia rebut dari Lexi.
“Ck, kapan dia kembali, aku merindukannya."
Nico mengangkat kedua bahunya, menjatuhkan bokongnya di sofa panjang, memijat pangkal hidungnya.
“Apa kamu lelah?" Tanya Lexi.
Nico menganggukkan kepalanya. “Aku manusia bukan robot."
“Kalau begitu, apa kita harus mencari ketua untuk klan ini?"
“Cari saja, kalau kamu sudah bosan hidup." Nico memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
Lexi meringis. “Aku hanya bercanda. Oh ya.. Kapan kita menemuinya lagi? aku benar-benar merindukannya, banyak hal ingin aku ceritakan padanya."
Nico membuka matanya dan menoleh kearah Lexi, dia tersenyum tipis, lalu mengusap kepala sang adik.
“Kamu lebih menyayanginya daripada aku yang jelas-jelas kakak kandungmu" Ucapnya
“Dia memberikan aku banyak uang. tentu saja aku harus menyayanginya" Jawabnya yang membuat Nico tersenyum gemas.
“Kita tidak bisa pergi, wanita itu terus mengawasi kita."
“Ck, aku akan membunuhnya."
***
bukannya banyak punya anak buah dan bisa dengan mudah cari informasi? yang ada nanti Erlan, Gabriel dan seluruh keluarga akan menyesal, karena sudah negatif thinking sama Arsen.