NovelToon NovelToon
Jati Pengantin Keramat

Jati Pengantin Keramat

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Tumbal
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Gendhis Banuwati, wanita berusia 20 tahun itu tidak percaya dengan penyakit yang dialami sang Ayah saat ini. Joko Rekso, dinyatakan mengalami gangguan mental, usai menebang 2 pohon jati di ujung desanya.

Hal di luar nalar pun terjadi. Begitu jati itu di tebang, darah segar mengalir dari batangnya.

"KEMBALIKAN TUBUH KAMI KE TEMPAT SEMULA!"

Dalam mimpi itu, Pak Joko diminta untuk mengembalikan kayu yang sudah ia tebang ke tempat semula. Pihak keluarga sempat tak percaya. Mereka hanya menganggap itu layaknya bunga tidur saja.

Akan tetapi, 1 minggu semenjak kejadian itu ... Joko benar-benar mendapat balak atas ulahnya. Ia tetiba menjadi ling lung, bahkan sampai lupa dengan jati dirinya sendiri.

2 teman Pak Joko yang tak lain, Mukti dan Arman ... Mereka juga sama menjadi gila.

Semenjak itu, Gendhis berniat mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan tempat yang di juluki dengan TANAH KERAMAT itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jati Keramat 9

Di antara para warga, Gendhis bak sekuntum bunga mawar yang baru saja merekah. Wajahnya yang cantik, serta kulitnya yang bersih, bahkan senyum manis yang membahana, hal itu membuat beberapa tatap mata yanh memandang enggan sekali berkedip.

Meskipun pada saat itu jarang sekali orang yang memakai parfum, namun bau tubuh Gendhis begitu harum. Ia sering meracik rempah-rempah kuno peninggalan Neneknya, yang ia letalan dalam kantung kecil, dan selalu ia gantungkan di dalam pakaian dalamnya.

"Gendhis ... Baru kelihatan saja," celetuk seorang pria bernama Pri, yang tetiba menurunkan sabitnya, ketika sedang menebang rerumputan liar.

Pria diselah Pri juga ikut penasaran. Ia lemparkan batu bata yang saat ini ia genggam ke depanya. "Mbak Gendhis ... Mau kerja bakti juga? Ayo sini, sama Aa' Bima!"

Gendhis hanya mampu tertunduk segan, "Permisi, mari semua!" ia yang agak pemalu itu, kini langsung menarik lengan Nita untuk di ajaknya berjalan lagi.

Para beberapa orang semuanya berpencar. Ada yang sibuk menebangi ranting-ranting pohon, ada pula yang membersihkan selogan di samping gapura.

Warga Desa Sendang tampak kompak, sangat semangat tanpa lelah.

Gendhis sudah berdiri agak berjarak dari tempat Nandaka. Pria berusia 25 tahun itu tampak sibuk membakar dedaunan kering di belakang pohon besar.

"Ndis, kamu lihatin Mas Nanda, ya?" Tangan Narni menyadarkan lamunan Gendhis, di tarik-tarinya lengan mulus itu. Sementara sorot mata Nita, tidak lari dari pandangan di sebrang.

Gendhis masih membeku di tempat. Kalimat Nita bagaikan kicauan burung yang tiada artinya. Sorot mata itu penuh cinta, namun juga luka yang membekas.

'Tega sekali Mas Nanda bermesraan dengan wanita lian. Padahal, aku selalu setia, dan menolak setiap pria yang mendekat.' Kalimat itu bersua dalam hati Gendhis.

Nandaka yang di sebrang reflek menoleh. Wajah tampanya bertambah dua kali lipat, kala senyum manis terukir simpul di sudut bibirnya.

"Gendhis ...." Serunya lirih. Langkahnya bergerak liar, dengan semangat membara.

Bukanya tersanjung mendapat tatapan penuh cinta. Gendhis malah membalikan badan. Wajahnya mendadak sendu penuh kecewa. Dengan mantab, ia berlalu.

Nita menatap bingung. "Ndis, tungguin aku!" teriaknya.

Nandaka menatap tak percaya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa sang pujaan hati tak menghiraukannya lagi? Kalimat itu terasa ambigu terlontar. Nandaka cukup lama bergeming dalam senyap.

"Mas Nanda ...." Panggil Mbok Sri yang baru tiba.

"Ada apa, Mbok?!" Jawabnya.

"Pak Lurah tadi telfon, Mas Nanda di suruh jemput ke kota!" Timpalnya lagi.

Nanda mengangguk. Sorot matanya masih menatap Gendhis yang kini ikut Ibu-Ibu mencabuti rerumputan liar. Karena ada hal yang lebih penting, jadi Nandaka segera pergi dari sana.

Gendhis dari kejauhan menatap kecewa. Rupanya sang kekasih tak sampai menghampirinya. Entah mungkin, ada sesuatu yang lebih menarik daripada sebuah penjelasan. Gendhis terima hal itu.

"Kamu ada masalah dengan Mas Nanda, Ndis!" Bisik Narni namun cukup di dengar oleh orang sekitarnya.

Gendhis melototkan mata tajam. Seakan ia tengah melempar sebuah kalimat 'Diam Narni!' sebagai isyarat.

"Ndis, katanya kamu mau di jodohkan dengan putranya juragan Wisnu, ya?" Seru Ibu-Ibu yang kini juga duduk berjongkok di sebelah Gendhis.

Pendengaran Gendhis tak kalah terkejut. Ia sampai memicingkan matanya, "Putranya Pak Wisnu ada 2, Bu! Memangnya siapa? Orang saya saja nggak kenal sama anaknya Juragan."

Wanita berambut ikal yang baru saja mendekat ikut menimpali, "Itu lo, Ndis ... Yang baru saja masuk PNS! Lha saya juga dengar sendiri dari Bu Ima."

Bu Ima sendiri adalah istrinya Juragan Wisnu, orang terkaya di desa Sendang Wangi.

Narni kembali menyenggol lengan Gendhis. Sorot mata itu seakan menguak kebenaran yang berdesus dalam Desa itu.

Gendhis menggelengkan kepala cepat. Bagaimana bisa akan di lamar, sementara kenal saja mereka tidak.

Dari arah sebrang, tiba-tiba ada suara pekikan orang yang sedang meminta tolong dengan keras.

"Hei ... Tolong! Arman pingsan!" Teriak seorang pria yang berada di sebelah Arman, sedang menggosok dinding tembok gapura yang berlumut.

Semua orang bangkit. Ia saling tatap dengan wajah gusarnya. Tak halnya juga bagian Ibu-Ibu. "Ayo ... Kita lihat si Arman!" kata Ibu-ibu tadi.

Gendhis dan Narni juga ikut bangkit. Ia segera melihat keadaan Arman, karena pria itu adalag adik kandung Pak Joko.

"Pamanmu sakit, Ndis?" Tanya Narni sambil mengimbangi jalan Gendhis.

Gendhis berjalan cepat sambil menjawab, "Aku juga nggak tahu, Ndis! Atau mungkin lagi nggak enak badan ya! Soalnya Bapak di rumah juga lagi demam!"

Disana sudah ada Mukti, Ayah Narni. Mukti adik dari Bu Siti, Ibunya Gendhis. "Pak ... Paman Arman kenapa?" tanya Narni kepada Mukti.

"Nggak tahu, Nar! Kamu cepat pulang, beri tahu Bulek Wina, karena ini mau di bawa ke puskesmas!"

Narni dan Gendhis segera berjalan cepat kembali ke desa untuk memberi tahu keluarga Arman, perihal pingsannya itu.

***

Nandaka membawa mobil kijang, untuk menjemput kedua orang tuanya di terminal kota.

Dalam perjalanan itu, bukanya ia tengah merasa bahagia akan bertemu kedua orang tuanya. Di benak Nanda, ia masih memikirkan beberapa kejanggalan yang ia temukan beberapa jam lalu.

Bagaimana bisa kelebihanya itu seakan sirna, ketika memasuki Desa Waru Ireng. Dan lagi, Nandaka seolah terhipnotis kecantikan Garini, hingga mampu mengalahkan keteguhan jiwanya.

Dan belum masalah Gendhis yang menjauhinya. Beberapa masalah itu hingga kini belum juga terselesaikan.

Seorang pria memakai kemeja batik yang di padukan celana kain hitam mengkilap, serta topi bulat yang menutupi kepala sebagian putinya. Lalu, kacamata hitam bertengker di hidung mancung itu, kini sudah melambaikan tangan kala melihat mobil sang putra mendekat.

Dialah Pak Woyo. Lurah Desa Sendang Wangi.

Sementara wanita setengah baya yang mengenakan setelan gamis panjang, dengan balutan selendang yang menutup sebagian kepalanya itu, kini tersenyum hangat, bahkan nyaris menangis akibat rasa rindu yang menyerbak.

Namanya Bu Asih. Istri pertama Pak Woyo.

"Katanya Bapak pulang besok?" Kata Nandaka setelah turun.

"Rencananya, Nda! Tapi pekerjaan Bapak di luar jatah jam di tentukan. Makanya Bapak dapat pulang dengan cepat!" Sahut Bu Asih sambil menyerahkan tas besarnya.

"Sudah, ayo kita pulang! Bapak sudah capek!" Pak Woyo menatap keduanya secara acuh, lalu segera masuk ke dalam mobil.

Nanda membuka pintu belakang, agar memudahkan sang Ibu untuk masuk terlebih dahulu. Begitu memastikan Bu Asih duduk dengan nyaman, baru lah Nandaka melajukan kembali mobilnya.

"Tadi ada kerja bakti di desa, Pak," Kata Nanda menoleh sang Ayah sekilas.

Pak Woyo hanya mengangguk lemah. Sambil menyesap once rokok itu, ia menjawab, "Pak Ahmad sudah memberi tahu bapak sebelumnya." Asap rokok itu menyembul terbang terbawa keluar oleh angin

1
Lucas
seru banget lo ceritanya
Septi.sari: Kak terimaaksih🙏❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!