Bismillah,
Kisah ini sekuel dari Pengobat Luka Hati Sang Letnan (Kisah Maslahat).
Ikuti FB Lina Zascia Amandia
WA 089520229628
Patah hati karena cinta dan hampir saja bunuh diri. Nyawa Aika hampir saja melayang, kalau saja tidak ada seorang pria arogan dan kasar menolongnya.
"Gila, kamu mau bunuh diri? Patah hati karena lelaki. Lelaki mana yang telah menghamilimu, biar aku kejar supaya menikahimu?" Serka Lahat menarik tubuh gadis itu ke dalam mobil bututnya.
Mobil itu berlari kencang menuju sebuah klinik. Tidak disangka penemuan itu, benar-benar merubah hidup Maslahat yang monoton dan betah membujang.
Lalu apa yang membuat Maslahat berubah, menemukan jodohnya, atau justru menikahi gadis putus asa yang diduganya hamil oleh pacarnya atau mendapat jodoh lain yang lebih baik? Temukan jawababnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Negatif
"Menikahi Aika? Kenapa Bapak dan Ibu tidak bicarakan lebih dulu pada Aika? Apakah pendapat Aika tidak penting?" Aika terduduk dan menangis di kursi dapur.
"Nak Lahat hanya ingin membantu saja tidak lebih. Lagipula, dia bilang kalau selama setahun kamu meminta cerai, dia siap melepaskan."
"Bapak dan Ibu keterlaluan, Mbak Aiko juga sama saja. Kalian sudah menjerumuskan aku ke jurang kesedihan yang lebih dalam dari sebelumnya kalau kaya gini." Aika masih protes dan terisak di sana. Keputusan yang diambil kedua orang tuanya yang menyetujui penawaran Lahat, sungguh keterlaluan.
"Kenapa kalian tidak langsung katakan pada Aika kalau laki-laki sangar itu punya niat itu? Lagipula, siapa yang mau menikah dengannya, Aika tidak mau," tolak Aika keras.
"Kami bukan tidak mau bicara padamu, tapi kamu yang selalu menghindari kami. Bahkan kakakmu meminta kamu tes urin saja untuk meyakinkan bapak dan ibu, kamu tidak mau. Padahal hari itu, kami hanya ingin memastikan kalau kamu positif atau negatif. Tadinya kami juga akan mengacu pada hasil tes urin, sebelum menerima penawaran Nak Lahat. Tapi ternyata kamu menolak tes itu dan selalu menghindari kami," tegas Pak Andi.
"Kalian keterlaluan, padahal aku sama sekali tidak hamil. Sini, mana tespek itu, akan aku buktikan kalau aku tidak hamil," pinta Aika pada Aiko. Aika menangis dan marah. Sementara Aiko segera berlari karena sang adik sudah menuju kamarnya.
Beberapa saat kemudian, Aika sudah muncul dari kamarnya, dengan wajah yang merah menyala ia membawa benda pipih di tangannya, kemudian ia perlihatkan pada seisi rumah.
"Kalian lihat, tespek ini garis satu, itu artinya ini hasilnya negatif. Dan Aika sama sekali tidak hamil. Bapak dan Ibu segera batalkan niat pria sangar itu. Aika tidak mau menikah dengannya," ujar Aika keras.
Pak Andi dan Bu Andini serta Aiko tercengang melihat hasil tes yang ternyata negatif. Dalam hati bersyukur karena memang itu yang mereka harapkan. Tapi, yang jadi masalah sekarang adalah, Lahat sudah mendaftarkan pernikahan itu sampai ke kedinasan.
"Tapi, kami tidak bisa menolaknya, Ai. Dia sudah mendaftarkan pengajuan nikah ke kantornya," ujar Pak Andi menatap Aika dalam.
"Kantor, kantor apaan? Kantor bangunan? Kenapa Bapak dan Ibu tidak berpikir panjang dulu sebelum memutuskan, asal terima saja. Bagaiman kalau pria sangar itu adalah seorang mafia? Hanya gara-gara saat itu dia menggunakan celana loreng tentara, lantas Bapak dan Ibu percaya begitu saja." Aika berlalu setelah ia protes kepada kedua orang tuanya atas keputusan mereka yang menerima begitu saja tawaran Lahat.
Aika menghempas tubuhnya di kasur, keputusan orang tuanya yang menerima tawaran Lahat, sungguh mengusik hatinya. Aika tidak bisa diam begitu saja, ia harus bicara pada Lahat kenapa pria itu menawarkan pernikahan untuk menutup aibnya, sementara dirinya tidak sedang hamil?
"Aku ingin bertemu, di kafe biasa." Aika mengirimkan pesan WA pada Lahat. Tanpa menunggu balasan, Aika langsung pergi dan bergegas menuju motornya.
Motornya menderu meninggalkan halaman rumah. Pak Andi dan Bu Andini serta Aiko yang sejak tadi masih di dapur, tersentak dan bermaksud mengejar Aika. Sayang, Aika sudah tidak terlihat, motornya sudah jauh.
"Ke mana anak itu? Bapak jadi was-was," ucap Pak Andi.
"Jangan-jangan mau menemui Nak Lahat, coba hubungi Nak Lahat, Pak. Kalau pun Aika tidak menemui Nak Lahat, setidaknya Nak Lahat tahu kalau Aika saat ini sedang pergi dalam keadaan marah," usul Bu Andini. Pak Andi mengikuti saran istrinya, dia segera menghubungi Lahat.
Sementara itu, Lahat yang memang sedang berada di luar rumah, tiba-tiba menerima pesan WA dari Aika yang memintanya bertemu di kafe Taplak. Lalu selang lima menit, diapun menerima sebuah panggilan dari ayahnya Aika.
"Iya, Pak. Kebetulan barusan saya mendapat pesan dari Aika, dia minta bertemu dengan saya di kafe Taplak. Saya baru saja mau bergegas ke kafe, kebetulan saya sedang berada di luar rumah, baru selesai dari bengkel. Baik, saya akan berusaha tenang menghadapi Aika." Lahat menyudahi panggilan itu, kemudian dia segera bergegas menuju mobilnya yang sudah diperbaiki catnya yang sebelumnya mengelupas.
Mobil Lahat berjalan menuju kafe Taplak yang tidak begitu jauh dari bengkel mobil langganannya.
Lahat mencari motor milik Aika, dan sepertinya motor gadis itu belum sampai. Dia segera memasuki kafe sebelum Aika tiba di parkiran. Sepuluh menit kemudian, Aika baru tiba, Lahat sudah membidiknya dengan kamera Hp nya yang lumayan keren. Dia mengikuti Aika yang saat ini sedang memasuki kafe lewat Hp nya.
Aika langsung menuju meja yang ditempati Lahat, dia sedikit tersentak melihat Lahat sudah tiba di kafe, padahal dia baru saja menghubunginya, tapi kenapa justru Lahat sudah tiba lebih dulu?
Aika duduk tanpa basi-basi, mukanya ditekuk tidak berseri. "Hai, akhirnya kamu mau bertemu dengan aku."
Aika mendengus mendengar basa-basi Lahat, dia bukan mau basa-basi, melainkan mau membatalkan penawaran Lahat.
"Apa kabar, kamu baik-baik saja, kan, Dik? Kamu mau pesan apa?" Lahat menatap Aika penuh perhatian. Akan tetapi Aika berusaha memalingkan muka setiap Lahat menatapnya.
"Aku bukan mau basa-basi sama Abang. Tapi, aku mau batalkan penawaran Abang yang ingin menikahi aku untuk menutupi aib aku. Sayangnya, niat Abang itu tidak beralasan, sebab aku sama sekali tidak hamil, kalau tidak percaya, ini buktinya," jabar Aika seraya menyodorkan sebuah benda kecil ke hadapan Lahat.
Lahat mengerutkan keningnya dalam, dia meraih benda itu lalu dilihatnya. Keningnya masih mengkerut, sebab dia tidak mengerti benda apa yang diberikan Aika.
"Itu adalah tes kehamilan, tadi aku sudah dites urin dan hasilnya garis satu, artinya aku tidak hamil, alias negatif hamil. Jadi, niat Abang yang ingin menikahiku karena aibku, kini tidak beralasan dan tidak berlaku lagi. Lagipula aku tidak mau menikah dengan Abang," tegas Aika. Lahat sedikit tercengang, tapi kemudian dia bersikap datar dan santai.
"Oh, syukurlah kalau kamu negatif hamil, itu artinya keluargamu terbebas dari aib. Tapi, bukan berarti kamu dan pacar kamu tidak bersentuhan bukan?"
"Apa maksud Abang?" Aika mendesis, sangat geram dengan kalimat yang dilontarkan Lahat barusan, seolah masih meragukannya.
"Tidak ada maksud. Dan sayangnya, pengajuan nikah itu tidak bisa dibatalkan. Karena aku sudah susah payah mendaftarkan pernikahan kita ke kedinasan," tukas Lahat datar membuat Aika muak.
"Kedinasan, dinas hutan? Pokoknya aku tidak mau menikah dengan kamu, titik."
"Ya terserah, aku juga tetap pada pendirianku. Karena aku tidak bisa semudah itu mencabut pengajuanku. Kamu akan susah jodoh jika nanti membatalkan pernikahan itu," balas Lahat menakuti.
"Kamu tidak berhak mengatur hidup aku. Kamu bukan siapa-siapa aku," dengus Aika kesal.
"Anggap saja kamu balas budi karena aku pernah menyelamatkan nyawamu yang hampir melayang karena mau bunuh diri," tukas Lahat santai.
"Jangan memaksa, bahkan kamu tidak pantas berada di samping aku."
"Kita lihat saja nanti, bahkan nanti kamu akan memintaku untuk mencintaimu. Ingat itu," tegas Lahat membuat Aika terdiam.