NovelToon NovelToon
Diselingkuhi Tunangan, Dinikahi Mas Mantan

Diselingkuhi Tunangan, Dinikahi Mas Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Kehidupan di Kantor / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:49.8k
Nilai: 5
Nama Author: Deshika Widya

"Biar saya yang menikahi Dira, Om."
"Apa? Gak bisa! Aku gak mau!"
***
Niat hati menerima dan bertunangan dengan Adnan adalah untuk membuat hati sang mantan panas, Indira malah mengalami nasib nahas. Menjelang pernikahan yang tinggal menghitung hari, Adnan malah kedapatan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Di saat yang bersamaan Rada—mantan kekasihnya, datang menawarkan diri untuk menjadi pengganti Adnan. Indira jelas menolak keras karena masih memiliki dendam, tetapi kedua orang tuanya malah mendukung sang mantan.
Apa yang harus Indira lakukan? Lantas, apa yang akan terjadi jika ia dan Rada benar-benar menjadi pasangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deshika Widya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beri Aku Waktu

"Kok, Rada belum pulang juga, sih?" gumam Indira pelan sambil menatap layar ponselnya yang sudah berkali-kali ia nyalakan dan matikan.

Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 9 malam, tapi Rada belum juga pulang.

Sejak pria itu pergi sore tadi, Indira sudah merasa tidak tenang. Namun, ia berpikir positif bahwa mungkin sang suami hanya ingin menyendiri dan butuh waktu untuk meredakan perasaannya yang kacau.

Sayangnya, semakin malam rasa cemas dalam hati Indira semakin menjadi. Apalagi nomor Rada tidak bisa dihubungi sama sekali. Sudah tiga kali ia mencoba menelepon dan semuanya gagal total.

"Kamu ke mana sih, Rad?" gumamnya resah.

Wanita itu berdiri dari duduknya dan melangkah menuju jendela ruang tamu. Membuka tirai sedikit, lalu matanya menyapu pelataran rumah yang masih sepi. Belum ada tanda-tanda kepulangan sang suami.

Ia menghela napas dalam, berusaha membuang resah, tapi tak bisa. Hingga di tengah keresahan akan ketidakpastian keberadaan Rada, ia teringat pada seseorang.

Rendi. Ya, kenapa Indira tidak mencoba menghubungi pria itu?

"Tapi, apa Rendi gak akan curiga kalau malam-malam gini aku nanyain Rada? Ya ampun ... yang dia tahu, kan, aku istri orang!"

Ck! Indira jadi makin bingung sekarang.

"Gak, gak bisa. Aku gak boleh gegabah," ucapnya setelah menimbang cukup lama.

Sekali lagi Indira menatap ke halaman sebelum kembali ke sofa. Ia duduk dengan posisi melipat kaki dan memeluk lutut. Rasa lapar mulai menyerang perutnya yang sedari tadi belum terisi. Namun, ia merasa malas untuk makan seorang sendiri.

Apa karena ia sudah terbiasa ditemani Rada?

"Tuhan ... kenapa semunya jadi serumit ini sekarang?" keluh wanita itu.

Ia coba meraih ponsel dan menghubungi kontak sang suami. Namun, masih belum bisa dihubungi. Sementara perutnya semakin melilit meminta diisi.

"Makan dulu aja, deh," putusnya, benar-benar sudah tak tahan. Ia pun bangkit dan melangkah pelan menuju ruang makan.

Di ruangan yang biasanya diisi oleh dua orang, kini ia hanya sendirian. Rasanya sangat sunyi seperti tak ada kehidupan. Bahkan, makanan yang ia masukkan ke mulut pun terasa hambar.

"Gimana aku bisa tenang kalau kamu bahkan gak kasih kabar, Rad?" gumamnya setelah memutuskan mengakhiri aktivitas makannya meski baru memasukkan 3 suap nasi.

Biarlah. Yang penting perutnya sedikit terisi.

Setelah menggeser piring, Indira kembali menatap ponsel yang ia letakkan di meja. Berharap Rada akan menghubungi atau setidaknya mengirim pesan meski hanya 1 kali. Akan tetapi, sejauh ini layar benda pipih di tangannya tetap sunyi.

Sementara itu, di sebuah kafe yang tak jauh dari kompleks perumahan, Rada duduk sendirian di pojok ruangan. Meja bundar kecil yang dipenuhi pantulan lampu gantung berwarna hangat menjadi tempat pelariannya malam ini.

Tadi selepas keluar rumah, ia sempat mampir ke rumah sakit untuk menjenguk mama Indira. Kondisi wanita itu masih belum sepenuhnya pulih, tapi sudah diperbolehkan pulang esok hari.

"Gak udah bawa Dira ke sini. Dia pasti lelah habis kerja. Setelah ini kamu juga istirahat dan pulang, ya," ucap Weni kala Rada duduk di kursi ruangan rawat.

Pria itu hanya mengangguk. Beruntung Bagus dan Weni tidak bertanya lebih ketika ia mengatakan hanya bisa datang sendiri.

Cukup 20 menit Rada menghabiskan waktu di sana. Setelahnya, ia kembali menyetir tanpa tujuan pasti. Hingga akhirnya laju mobil berhenti di kafe ini.

Pikirannya kalut. Perasaannya tak karuan.

"Sampai kapan begini terus?" bisiknya lirih.

Menyembunyikan status pernikahannya dari keluarga besar Nuswantara memang keputusan yang diambil bersama demi kebaikan. Namun, makin hari Rada merasa tekanan itu semakin besar. Apalagi, setelah ia tahu jika kemungkinan sang istri disukai oleh Revan.

Ya, meski pun Revan tahu bahwa Indira memang sudah menikah, tapi dari gelagat dan sorot matanya, Rada bisa membaca jika pria itu memiliki keinginan gila pada Indira.

Mungkin semacam keinginan untuk memiliki meski wanita itu sudah menjadi milik orang lain. Dan sungguh, Rada tak nyaman dengan itu.

Rada memejamkan mata, lalu menghela napas panjang. Ia tahu Indira pasti khawatir sekarang. Namun, rasanya ia belum sanggup untuk pulang.

"Maafin aku, Dir ...."

***

Langkah kaki Rada begitu pelan ketika memasuki rumah. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh malam. Namun, lampu ruang tamu masih menyala.

"Apa di sana ada Dira?" gumamnya yang kemudian melangkah pelan menuju ruang tamu.

Dan benar saja. Ternyata Indira ada di sana. Wanita itu tampak tertidur di sofa.

Seketika dada Rada terasa sesak.

"Apa kamu di sana buat tunggu aku, Dir?" bisiknya yang hanya terdengar oleh diri sendiri.

Pelan-pelan ia melangkah mendekat, lalu duduk di sisi sofa yang masih kosong. Matanya menatap wajah sang istri lekat.

"Maaf, Sayang ...."

Sekali lagi Rada menatap wajah sang istri yang terlihat lelah. Perlahan, ia menyibak rambut yang menutupi pipi Indira, tapi tampaknya malah mengganggu hingga wanita itu menggeliat pelan.

Mata Indria terbuka perlahan, dan wajah suaminya langsung jelas di hadapan.

"Rad?" panggilnya dengan suara serak, nyaris seperti bisikan. Segera ia mengganti posisi jadi duduk di samping sang suami.

"Ya ampun ... kamu ke mana aja, sih, Rad? Kenapa pulangnya malem banget?" omelnya. Lelah sekali ia menunggu pria itu sejak tadi.

"Ponselnya juga kenapa gak bisa di—"

"Lowbat," jawab Rada singkat yang berhasil memotong ucapan istrinya.

"Sekarang pindah tidur di kamar, ya? Aku mau bersih-bersih badan dulu," kata pria itu lagi yang kemudian bangkit.

Akan tetapi, sebelum pria itu melangkah, Indira berhasil menahan tangannya.

"Kamu dari mana?"

Hening. Hanya suara detik jarum jam yang terdengar.

Indira menarik napas dalam. "Kamu kenapa, sih?" tanyanya lirih. "Masih mikirin Pak Revan?"

Rada masih tak menjawab.

"Aku harus apa, Rad?" tanya Indira lagi dengan suara yang mulai bergetar.

"Kamu gak perlu lakuin apa-apa," jawab pria itu yang kemudian melepas cekalan Indira perlahan.

Rada melangkah menuju kamar. Namun, Indira tidak tinggal diam. Ia langsung mengikuti dari belakang.

Begitu sang suami masuk kamar dan berjalan menuju lemari, Indira segera menahan langkahnya.

"Kamu marah sama aku?" tanyanya sambil berdiri di depan sang suami.

Rada menghela napas pelan. "Tidur, Dir. Ini udah malam," ucapnya tenang tanpa mau menatap ke depan.

Indira tidak bergeming. Ia menangkupkan kedua tangannya di rahang Rada, lalu mengarahkan pandangan pria itu padanya.

"Kamu gak mau jujur, Rad?" todongnya.

Rada mengerutkan kening. "Jujur apa lagi, sih?"

"Kamu sengaja pergi buat hindarin aku, kan?"

Rada kembali diam, membuat tatapan Indira seketika menajam. "Kenapa, Rad? Aku salah apa sampai kamu kayak gini?"

Bukannya menjawab, pria itu malah menunduk. Tidak ada satu pun kata yang bisa ia ucapkan. Diamnya seolah jawaban dari semua tuduhan Indira.

Pelan-pelan, Rada meraih bahu istrinya dan memindahkan tubuh wanita itu dari depan lemari. Lalu ia membuka pintu lemari, mengambil piyama, dan langsung masuk ke kamar mandi tanpa berkata lagi.

Indira masih berdiri di tempatnya. Bahunya gemetar, matanya memerah menahan air mata agar tidak jatuh. Ia menatap pintu kamar mandi yang kini tertutup, lalu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat sembari menahan sesak.

Sungguh, sejak dulu ia tak suka diperlakukan seperti ini.

Beberapa menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Rada keluar dengan rambut yang sedikit basah dan kaus tipis yang membungkus tubuhnya. Ia berhenti sejenak ketika melihat Indira masih berdiri di tempat yang sama.

Akan tetapi, tidak ada kata yang keluar dari bibirnya. Ia hanya menatap sang istri sejenak, lalu melangkah ke sisi ranjang dan merebahkan tubuhnya di sana dengan posisi memunggungi wanita itu.

Indira masih mematung. Kemudian, perlahan ia melangkah mendekat dan duduk di sisi ranjang, menatap punggung Rada.

"Rad …," panggilnya pelan.

Tak ada jawaban.

Indira tahu, Rada tidak ingin membahas apa pun malam ini. Tapi, rasanya terlalu sesak jika ia harus menyimpan semuanya sendiri.

Meski begitu, ia tetap tak bisa memaksa sang suami.

Perlahan, wanita itu berbaring di sisi tempat tidur, cukup berjarak dari tubuh sang suami. Matanya menatap langit-langit kamar, bibirnya bergetar mencoba menahan isakan.

Sementara Rada yang sejak tadi memejamkan mata, tahu betul bahwa wanita di sampingnya tengah menangis dalam diam. Namun, ia pun tak tahu harus melakukan apa sekarang.

'Tolong kasih aku waktu, Dir ....'

1
neny
tebak2 buah manggis,,yg bs nebak orang nya manis,,🤭,kak othor ath ya,,kan yg tau cuma kak othor,, wkwkwk,,lanjut kak othor 💪😘
Deshika Widya: hehehe bisa aja nih😘
total 1 replies
Siti Zaid
Dira kemana author..jangan bikin Rada kecewa dan marah ya...Dira hilang kenapa kakak yang susah hati🤔
Deshika Widya: Lagi jajan cilok dulu dia
total 1 replies
Wardi's
gk mau 2 episode gitu kk othor..
Deshika Widya: Masih ngap2an ini
total 1 replies
Ir
wahh malah di gantung
Deshika Widya: yg gantung itu lebih ..... (isi sendiri)
total 1 replies
Teh Euis Tea
si revan mungkin yg manggil dirra
Deshika Widya: atuh itu mah auto bahaya😬
total 1 replies
Wardi's
rumi.. ya pst rumi..
Deshika Widya: masa sih?
total 1 replies
Maya Sari
bikin penasaran aze
Deshika Widya: Harus😋
total 1 replies
Bun cie
dira di culik???
Deshika Widya: Weh, jangan atuh😭
total 1 replies
partini
demit yg manggil Thor 😁
Deshika Widya: Bahaya dong🤣
total 1 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Deshika Widya: Asiiap Kakak
total 1 replies
Wardi's
rada ternyata anak CEO., semenjak ortubya meninggal perusahaannya dipegang sama om & tantenya., dari surat wasiat mendiang Ayahnya., perusahaan akan di berikan setelah rada memiliki keturunan.,

ayo thor ksh rada anak😀😅
Deshika Widya: eng ing eng
total 1 replies
Wardi's
rada jualan cilok dragon aja😀😅
Deshika Widya: cilok pakai naga maksudnya?😆
total 1 replies
Ir
udah di bilang buka bisnis pop Ice pada ga percaya lhoo, ntar modalnya hutang sama BRI aja
Deshika Widya: takut Dira yang disuruh jadi jaminan😭
total 1 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Deshika Widya: asiiap Kakak
total 1 replies
Teh Euis Tea
semangat dong kalian ber2 pasti bisa kerja lg klu ga kalian bikin usaha kecil2an, gpp untung dikit jg, klu usahanya ga maju cubit aj othornya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Deshika Widya: aduh, takut🤣🤣🤣
total 1 replies
Maya Sari
udah kalean bikin perusahaan z berdua ,,nanti modalnya otor yg kasih 🤣🤣🤣🤣
Maya Sari: aku terima beres z tor 🤣🤣
total 2 replies
Siti Zaid
Tidak mengapa Dira dan Rada...nanti author carikan kerja...ya kan author😀🤭
Deshika Widya: Mau kusuruh jadi Abang Bakso aja biar kalian dpt bakso gratis🤣
total 1 replies
Bun cie
semamgat rada dan dira kalian pasti bisa💪💪💪 ayo ciptaka lap kerja yg nyaman u kalian ber2
Deshika Widya: Yuhuu
Besok mau jualan cireng aja katanya🤣
total 1 replies
Titin Hartanti
bikin usaha sendr aja bang Rada
Deshika Widya: Jualan cilok gimana?
total 1 replies
Pur Windasari
biasanya KLO di perusahaan nyata yg gak boleh kan KLO msuk tp uu
Deshika Widya: uu apa? undang-undang kah maksudnya?🫠
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!