NovelToon NovelToon
Kisah Pengalaman Horor

Kisah Pengalaman Horor

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: butet shakirah

cerita ini adalah kumpulan kisah nyata yang di ambil dari pengalaman horor yang dia alami langsung oleh para narasumber


-"Based On truth stories"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon butet shakirah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Begu Ganjang

Udara malam di perkebunan sawit Riau terasa dingin menusuk tulang. Jam menunjukkan pukul 00.00. Ridho, seorang pria dewasa dengan tubuh tegap namun sedikit kurus, tengah bergelantungan di ketinggian tiga meter, memperbaiki mesin pengolah tandan buah segar (TBS) yang bermasalah. Cahaya lampu penerangan yang redup hanya mampu menerangi sebagian kecil area kerja, meninggalkan sebagian besar perkebunan dalam gelap gulita. Bau khas sawit dan tanah basah memenuhi hidungnya. Ini adalah pekerjaan malam yang biasa, namun malam ini terasa berbeda.

Tangannya cekatan mengencangkan baut terakhir. Ia menarik napas lega, bersiap untuk turun. Namun, pandangannya tertuju pada sesuatu di kejauhan. Di antara deretan pohon sawit yang menjulang tinggi, tiga sosok hitam berdiri tegak. Bukan pohon, bukan bayangan biasa. Sosok-sosok itu tampak tinggi, jauh lebih tinggi dari pohon sawit dewasa, hampir mencapai 3,5 meter. Siluetnya samar-samar, namun Ridho bisa merasakan aura dingin dan mencekam yang terpancar dari mereka. Mata mereka, sekilas terlihat merah menyala dalam gelap.

Rasa takut yang menusuk jantungnya membuat tubuh Ridho bergetar. Kulitnya merinding. Ia tak pernah percaya pada cerita-cerita mistis, namun pemandangan di hadapannya terlalu nyata untuk diabaikan. Sosok-sosok hitam itu, dengan gerakan yang lambat dan angker, seakan-akan sedang memperhatikannya. Ridho merasa terpantau, terancam.

Dengan gerakan tangan gemetaran, ia segera turun dari mesin. Langkah kakinya tergesa-gesa, jantungnya berdebar-debar seperti drum yang dipukul keras. Ia harus menjauh dari tempat itu. Ia harus menceritakan ini kepada seseorang.

Andre, temannya sesama pekerja, adalah orang pertama yang terlintas di pikirannya. Ridho bergegas menuju pondok tempat Andre biasanya beristirahat. Sesampainya di sana, ia mendapati Andre sedang duduk santai, menikmati gorengan yang baru dibelinya. Wajahnya tampak tenang dan damai, kontras dengan ketakutan yang masih mencengkeram Ridho.

"Dre... Dre...," panggil Ridho terbata-bata, napasnya tersenggal-senggal.

Andre menoleh, heran melihat wajah pucat dan ketakutan Ridho. "Ada apa, Dho? Kamu kenapa? Kok pucat banget?" tanyanya sambil mengunyah gorengan.

Ridho menceritakan semuanya, dari awal hingga akhir. Ia menggambarkan sosok-sosok hitam tinggi besar itu dengan detail, berusaha melukiskan rasa ngeri yang ia rasakan. Andre mendengarkan dengan saksama, raut wajahnya berubah dari heran menjadi serius.

"Aku melihat sesuatu yang aneh," Ridho menjawab, suaranya bergetar. "Tiga sosok hitam yang sangat tinggi, seperti sedang mengawasi aku."

Andre terlihat skeptis, tapi dia tidak langsung menolak cerita Ridho. "Coba ceritakan lebih detail," Andre meminta, sambil memperhatikan sekeliling dengan waspada.

Ridho mengambil napas dalam-dalam dan mencoba menjelaskan apa yang dilihatnya. "Mereka sangat tinggi, hampir 3,5 meter. Mata mereka... aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, tapi aku merasa mereka sedang melihatku."

Andre mengangguk, "Aku pernah mendengar cerita tentang sosok Begu Ganjang. Konon katanya, sosok itu hitam, mata merah, dan sangat tinggi. Beberapa orang di daerah sini percaya bahwa Begu Ganjang bisa muncul di malam hari dan mengancam manusia."

Ridho merasa semakin takut. "Apa kamu percaya?" dia bertanya, suaranya hampir berbisik.

Andre tidak langsung menjawab. "Aku tidak tahu pasti, tapi aku tahu bahwa beberapa orang di daerah sini sangat percaya pada cerita itu. Mungkin kamu hanya lelah dan melihat halusinasi, tapi mungkin juga..."

Andre menjelaskan tentang Begu Ganjang, legenda makhluk halus yang konon menghuni hutan-hutan di Sumatera Utara. Makhluk ini digambarkan sebagai sosok tinggi besar, berkulit hitam legam, dengan mata merah menyala. Kisah-kisah tentang Begu Ganjang seringkali dikaitkan dengan kejadian-kejadian aneh dan menakutkan di perkebunan sawit. Mendengar penjelasan Andre, rasa takut Ridho semakin menjadi-jadi. Ia yakin, sosok-sosok hitam yang dilihatnya adalah Begu Ganjang. Bayangan sosok-sosok itu terus menghantui pikirannya.

Mereka berdua berbincang panjang hingga fajar menyingsing. Mereka mencoba menganalisis apa yang terjadi, mencari penjelasan logis, namun tetap saja rasa takut dan misteri yang menyelimuti mereka.

Keesokan harinya, Ridho merasa tidak enak badan. Tubuhnya terasa panas, kepalanya pusing. Demam. Demam yang tak kunjung sembuh. Tujuh hari lamanya ia terbaring di tempat tidur, demam tinggi menggigil hebat. Dokter hanya memberikan obat penurun panas dan istirahat total. Namun, Ridho merasa ada yang lebih dari sekadar demam biasa.

Ia merasa lelah, fisik dan mentalnya terbebani. Bayangan Begu Ganjang terus menghantuinya, bahkan dalam mimpinya. Ia merasa seperti dihantui oleh sesuatu yang tak kasat mata, sesuatu yang menyeramkan dan penuh misteri.

Setelah sembuh dari demam, Ridho kembali bekerja, namun ia tak pernah melupakan kejadian malam itu. Ia merasa ada sesuatu yang telah berubah dalam dirinya. Ia lebih waspada, lebih sensitif terhadap hal-hal di sekitarnya. Ia juga lebih sering berdoa, memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kisah Ridho dan pertemuannya dengan Begu Ganjang menjadi cerita yang melegenda di kalangan pekerja perkebunan sawit. Cerita itu menjadi pengingat akan misteri yang tersembunyi di balik keindahan alam Riau, sebuah pengingat akan keberadaan dunia lain yang mungkin tak terlihat oleh mata telanjang, namun nyata adanya. Kisah itu juga menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya kehati-hatian dan keimanan, terutama ketika berhadapan dengan hal-hal yang berada di luar batas pemahaman manusia.

Beberapa bulan kemudian, Ridho memutuskan untuk pindah kerja. Ia merasa tidak nyaman lagi bekerja di perkebunan sawit tersebut. Bayangan Begu Ganjang masih menghantui pikirannya, namun ia berusaha untuk tetap tegar dan menjalani hidup dengan penuh keyakinan. Ia membawa pengalaman tersebut sebagai sebuah pelajaran hidup yang berharga, sebuah kisah yang akan selalu dikenangnya, dan sebuah misteri yang mungkin tak akan pernah terpecahkan. Namun, satu hal yang pasti, ia tak akan pernah melupakan malam itu, malam di mana ia bertemu dengan bayangan-bayangan hitam di tengah kebun sawit yang sunyi. Malam di mana ia bertemu dengan Begu Ganjang.

Bertahun-tahun berlalu. Ridho telah meninggalkan pekerjaan di perkebunan sawit dan memulai hidup baru di Pekanbaru. Ia bekerja sebagai mekanik di sebuah bengkel kecil, jauh dari bayangan-bayangan menakutkan masa lalunya. Namun, kenangan tentang malam itu masih terukir jelas di benaknya. Terkadang, di tengah kesunyian malam, ia masih bisa merasakan kembali hawa dingin dan aura mencekam yang menyertainya saat itu.

Suatu hari, saat sedang memperbaiki mesin di bengkel, ia bertemu dengan seorang kakek tua yang tampak bijaksana. Kakek itu memiliki mata yang tajam dan aura yang tenang. Mereka terlibat percakapan panjang, dan Ridho tanpa sengaja menceritakan pengalamannya di perkebunan sawit.

Kakek itu mendengarkan dengan penuh perhatian. Setelah Ridho selesai bercerita, kakek itu tersenyum, senyum yang penuh makna. "Begu Ganjang," katanya pelan, "makhluk itu memang ada, namun ia bukanlah makhluk yang jahat. Ia hanya penjaga hutan, penjaga keseimbangan alam."

Ridho tercengang. Ia tak pernah mendengar penjelasan seperti itu sebelumnya. Selalu saja Begu Ganjang digambarkan sebagai sosok yang menakutkan dan menyeramkan.

Datuk itu melanjutkan, "Begu Ganjang hanya akan muncul kepada mereka yang mengganggu keseimbangan alam. Mungkin, saat itu, tanpa kamu sadari, kamu telah melakukan sesuatu yang mengganggu keseimbangan alam di perkebunan sawit tersebut. Itulah sebabnya ia muncul dan mengingatkanmu."

Ridho merenung. Ia mencoba mengingat kembali aktivitasnya di perkebunan sawit. Ia teringat bahwa beberapa hari sebelum kejadian, ia pernah membuang sampah sembarangan di sekitar area mesin. Ia juga pernah melihat beberapa rekan kerjanya membakar sampah plastik secara sembarangan.

"Mungkin datuk benar," gumam Ridho. "Mungkin aku telah mengganggu keseimbangan alam."

Datuk itu mengangguk. "Alam memiliki caranya sendiri untuk mengingatkan manusia. Begu Ganjang hanyalah salah satu manifestasinya. Yang terpenting adalah kita harus menghormati alam dan menjaga keseimbangannya."

Pertemuan dengan kakek tua itu mengubah pandangan Ridho tentang Begu Ganjang. Ia menyadari bahwa alam memiliki kekuatan yang tak terduga, dan manusia harus hidup selaras dengan alam. Ia menyesali kesalahannya di masa lalu dan berjanji untuk selalu menjaga kelestarian alam.

Sejak saat itu, Ridho hidup lebih damai. Bayangan Begu Ganjang masih terkadang muncul dalam pikirannya, namun ia tidak lagi merasa takut. Ia menganggapnya sebagai pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan menghormati ciptaan Tuhan. Ia juga sering menceritakan kisah pertemuannya dengan Begu Ganjang kepada orang lain, sebagai pelajaran berharga tentang hubungan manusia dengan alam. Kisah Ridho dan Begu Ganjang menjadi sebuah legenda baru di Pekanbaru, sebuah legenda yang mengajarkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam dan menghormati misteri yang tersembunyi di dalamnya.

1
butet shakirah
mohon dukungannya dan Terima kasih readers
Siti Nurhalimah
👻😱so creepy
saijou
Jelasin dong!
butet shakirah: jelasin bagian part apa kak?
total 1 replies
Anonymous
lanjutkan thor penasaran cerita asli lainnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!