(Season 1-2)
"Bagaimana rasanya jika seorang tuan muda yang dingin dan sombong menikahimu? Dan dia mencintaimu sejak usiamu masih 12 tahun"
Berkisah tentang pencarian cinta masa kecil seorang laki-laki yang memiliki segalanya,
harta, tahta dan kekuasaan berada dalam genggaman tangannya.
Laki-laki yang juga bersinggungan langsung dengan dunia hitam.
dengan seorang gadis biasa bernama Freya yang kehilangan segalanya diusia belia. Freya kehilangan kedua orang tua, perusahaan, bahkan harus diusir dari rumahnya sendiri dan tinggal di rumah pamannya yang seperti neraka.
Sampai suatu malam, karena kesalahan bodohnya melempar sebuah botol dan merusak mobil mewah seorang laki-laki.
Freya dipaksa masuk ke dalam mobil seorang lelaki yang menyebut dirinya Louis Wijaya.
“Paman. Kemana kau akan membawaku?” teriak Freya.
Apa yang akan terjadi pada Freya?
Bisakah Louis menaklukan hati wanita yang telah lama melupakannya?
Ikuti terus kisah mereka.
Memiliki alur maju - mundur, harap pembaca bersabar mengikuti cerita ini.
Update Senin - Sabtu.
Follow
IG : @roseelily16
Fb : RoseeLily
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham
Belum sempat Freya mengambil langkah pertama, kalimat yang diucapkan Mona terasa mengiris-iris hatinya. “Tunggu sebentar, jadi kamu adalah mainan baru Louis?” Mona bertanya dengan tatapan mata tajam menelisik lebih dalam seolah merendahkan Freya.
Freya menghela napas, berat. Ia hanya mampu membatin tanpa mampu menyuarakan.
Aku ini manusia, dan aku bukan mainan laki-laki itu, tidak ada wanita yang ingin menjadi mainan siapa pun. Begitu pun dengan diriku.
Mona bangkit dari tempat duduknya, berjalan mendekati Freya. “Dengarkan aku baik-baik. Apa pun yang terjadi di antara kau dan Louis. Itu tidak akan mengubah keadaan apa pun. Faktanya aku adalah tunangan Louis. Dalam waktu dekat kami akan melangsungkan pesta pernikahan." Mona tersenyum, menaikkan alisnya dan kembali menyapukkan pandangan ke arah Freya.
"Jadi aku rasa Louis hanya mempermainkan dirimu saja. Dia hanya merasa bosan dan ingin bermain-main dengan mainan barunya. Dan kamu tentu tahu, setelah Louis bosan denganmu dia akan mencampakanmu. Jadi biarkan aku memberimu saran, sebelum Louis mencampakanmu bukankah lebih baik kau tahu diri dan pergi dari sini” Mona mengatakan kalimat pedas tanpa basa basi, tangannya bergerak menyapu salah satu bagian pundak Freya.
Aku mungkin belum tahu apa tujuan Louis mengurungku di sini. Entah itu alasan hutang piutang, atau ada alsan lain yang belum aku ketahui. Tetapi jika dia sudah memiliki tunangan dan akan segera menikah untuk apa dia memintaku tinggal di sini? untuk apa dia mencuri ciuman pertamaku? untuk apa dia begitu baik padaku? Apa dia pikir aku ini bodoh?
Terjadi suatu pergulatan di hati Freya, segala prasangka berkecamuk di dalam dadanya.
Freya berusaha mengendalikan perasaannya, mengumpulkan sisa kekuatannya. Dia tidak ingin terlihat bodoh di mata Mona, sudah cukup dengan Louis dan tidak ada lagi yang bisa merendahkannya. Freya mengangkat tangannya untuk menangkis tangan Mona
“Mona, apa tujuanmu mengatakan hal ini padaku? Aku tidak memiliki keberanian yang cukup besar untuk bisa berada di sisi Louis, berdiri di samping Louis bukanlah hal yang bisa aku lakukan. Seperti kalimat yang baru kau ucapkan, mungkin saat ini Louis hanya merasa bosan dan ingin bermain-main denganku." Freya menundukkan kepalanya, dipikirkan sekeras apa pun, faktanya Freya tidak menemukan alasan yang tepat tentang keberadaannya.
Freya kembali mengangkat kepalanya, menatap tajam dan pandangan matanya jatuh pada bola mata Mona. "Tetapi aku tidak bisa berbuat apa pun. Perlu kau ketahui, sampai saat ini Louis belum merasa bosan dengan wanita sepertiku. Bukankah jika dia belum bosan itu artinya aku akan terus berada di sisi Louis?” Freya tersenyum, meski di sudut hatinya ia merasakan kepedihan yang dalam. Menyangkal dirinya sebagai mainan Louis hanya akan membuat posisinya semakin terpojok.
Ciiih, rupanya wanita ini pintar juga. Kita lihat saja, berapa lama kau bisa bertahan di rumah ini. Dan siapa yang akan menang dalam pertempuran ini? Batin Mona.
“Sepertinya tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, aku lelah dan ingin istirahat.” Freya memutar tubuhnya, mengayun langkah dan ingin segera berlalu pergi meninggalkan Mona .
“Tunggu! Bukankah kau hanya wanita peliharaan Louis? Kau tentu tahu kedudukanmu tidak lebih tinggi dariku? Kau bahkan lebih rendah dari sekadar wanita peliharaan. Jadi, kau tidak pantas menginjakkan kaki kotormu di kamar utama.” Sekali lagi, tiada habisnya kalimat yang diucapka Mona membuat hati Freya seperti dihujani bebatuan besar, teramat menyakitkan untuk bisa digambarkan. Freya menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, lenguhan napasnya terdengar cukup jelas.
Sudahlah tidak ada gunanya berurusan dengan wanita seperti Mona. Mungkin mengalah adalah cara terbaik yang bisa aku lakukan. Batin Freya.
“Apakah arah pembicaraanmu adalah sebuah kamar di mana Louis bisa menumpahkan hasratnya? Jika yang kau maksud adalah kamar itu, aku dengan suka rela memberikan kamar itu padamu. Bagiku yang hanya wanita peliharaan ini, tidak peduli di tempatkan di mana pun, hasilnya akan tetap sama. Wanita yang dihinakan." Freya kembali memutar tubuhnya, berjalan mendekati Mona yang masih duduk sembari menyilangkan kakinya.
"Lagi pula, bukankah kau adalah calon Nyonya di rumah ini, Mona? Bagaimana mungkin aku bisa bersaing denganmu, dari awal tempatku memang bukan di kamar itu.” Kata Freya.
Mendengar kalimat yang dilontarkan Freya tentu membuat Mona bahagia. Ia bangkit dari tempat duduknya, melangkah dengan bangga melewati Freya dan memasuki kamar utama.
Kenapa masalah di rumah ini tidak ada habisnya? Aku bukan hanya dihinakan oleh alasan yang tidak pasti, tetapi dihinakan dengan panggilan wanita peliharaan. Harus sekuat apa lagi hatiku menghadapi semua ini, Tuhan? Batin Freya.
Freya berjalan gontai, kalimat hinaan dan makian yang dilontarkan Mona membuat hatinya dipenuhi kesedihan. Seluruh tenaganya terkuras habis, seluruh tulangnya terasa ditarik paksa. Freya hanya bisa membatin, terua membatin sampai mungkin tiba masanya ia tidak bisa lagi membatin. Freya meraih handle pintu, menekan dan membuka salah satu pintu kamar tamu. Melangkah masuk dan menghilang di balik pintu kamar.
Dadanya terasa sesak, pandangan matanya kabur, tubuhya teramat lelah. Terlebih dengan hatinya yang mulai merasa tidak berdaya. Setalah menutup pintu kamar, Ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur berukukuran kecil. tiga kali lipat lebih kecil dari ranjang di kamar utama. Perlahan Freya memejamkan matanya, tidak membutuhkan waktu lama Freya sudah terlelap di alam bawah sadarnya.
Waktu terus bergerak tanpa peduli derita yang dialami Freya. Tidak ada kompromi untuk menuju pergantian hari. Waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Louis telah kembali dari kantornya. Seperti biasanya, rutinitas yang harus dilakukan para pelayan, menyambut kedatangan Louis.
"Selamat malam Tuan Muda"
Louis hanya mengangguk pelan, mengibaskan tangan seraya memberi isyarat agar para pelayan segera menghilang dari pandangan matanya.
Aku sangat merindukkannya, sedang apakah gadis kecilku? Batin Louis.
Tergesa Louis menaiki satu-persatu anak tangga, ingin segera berhambur menjatuhkan kecupan manja di pipi gadis kesayangannya. Ia meraih gagang pintu dan membukanya perlahan.
Begitu pintu kamar terbuka Louis mendapati lampu kamar yang sudah dalam keadaan mati. Ia berjalan perlahan, sedikit berjinjit agar tidak menimbulkan suara. Louis tidak ingin langkah kakinya membangunkan Freya. Louis meletakkan tas kerjanya di atas kursi panjang yang terletak di samping ranjang. Satu-persatu ia menanggalkan pakaian yang dikenakannya, menampakkan dada bidang dengan otot kekar yang bisa membuat wanita menelan ludah jika melihat keindahan tubuh Louis. Ia melangkah ke dalam kamar mandi, mengisi bak mandi dengan air hangat segera setelah terisi ia menenggelamkan tubuhnya. Melepaskan semua peluh yang menempel di seluruh pori-piri tubuhnya.
Di tempat lain, setelah melewati waktu tidur yang cukup panjang Freya terbangun dari tidurnya. Masih dalam posisi telentang ia mencoba mengumpulkan kesadarannya, Freya mengerjapkan mata beberapa kali. Segera bangkit dari posisi, membawa tubuhnya untuk bersandar di kepala ranjang.
"Astaga jam berapa ini?" Freya bergumam di sela-sela kesadarannya yang belum terkumpul sepenuhnya. Ia melemparkan pandangan matanya, menyapu sisi-sisi kamar dan mendapati jarum jam yang menunjukkan angka tujuh. Freya terperanjat, dalam benaknya Louis pasti sudah pulang. Dan dia harus berada di dalam kamar, jika tidak Freya tidak bisa membayangkan akan seperti apa kemarahan Louis.
Freya keluar dari dalam kamar, berhambur mendekati anak tangga. Sedikit berlari untuk menaiki satu-persatu anak tangga.
Di waktu yang bersamaan, Louis selesai dengan urusan membersihkan tubuhya. Ia melingkarkan handuk di pinggangnya, menampakakkan tubuh kekar dan dada bidangnya. Louis melangkah mendekati ranjang, mengambil posisi duduk di tepi ranjang.
“Apa tidurmu begitu nyenyak sampai tidak menyadari keberadaanku?” Louis bertanya sembari tangannya bergerak untuk menghidupkan lampu kamar.
Setelah lampu kamar dihidupkan, Mona beringsut, bangkit dari ranjang dan menjatuhkan tubuhnya di dalam pelukkan Louis.
Di waktu yang sama Freya sudah berada tepat di depan pintu kamar utama. Meraih gagang pintu dan membuka pintu kamar itu, Freya mendapati Mona yang hanya menggunakan lingerie sedang memeluk tubuh Louis yang masih setengah basah dan hanya dibalut handuk dari bagian pinggang kebawah.
“Pa...paman.” Suaranya lirih, terbata seperti tercekat.
Freya menutup kembali pintu kamar. Berlari sekuat tenaga menuruni anak tangga, masuk ke dalam kamar dan mengunci rapat pintu kamar. Ia berhambur, menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Freya membenamkan wajahnya di atas bantal, ia terisak, dadanya terasa sesak. Tapi kenapa? Kenapa hatinya harus merasa sakit? Bukankah hal yang wajar jika seorang laki-laki berduaan di dalam kamar dengan calon istrinya? Mengapa hatinya harus merasa sesakit ini?
Memangnya aku ini siapa? Aku Cuma salah satu mainannya. Mainan yang harus siap menanggung beban, jika dia bosan maka beban terberatnya adalah dicampakan.
\=\=\=>Bersambung 💕💕
aku bc ulng di thn 2025/Sob/