SANG PENJAGA

...~•Happy Reading•~...

Mendengar ancaman Jacob, Frans tidak berani berlari. Dia tahu maksud Jacob dengan timah panas. Jika dia berlari, akan memberikan alasan untuk ditembak.

Dia juga tidak bisa berlari, karena menahan sakit di lengan dan kaki. Dan anggota Jacob sudah berdiri di halaman bagaikan pagar besi.

Dia berbalik dan sujud di depan Jacob sambil mengangkat kedua tangan yang di tautkan di atas kepala sambil memohon maaf. Sehingga darah dari lengan mengalir ke bahunya.

"Maaf, Pak. Saya hanya bermaksud mengancam. Tapi karena dia melawan, jadi ketusuk." Frans coba mengurangi kemarahan Jacob yang dia ingat di kantor polisi. Dia tahu, tidak ada polisi yang melihat saat dia belari mendekati Raymond.

"Hanya bermaksud mengancam? Tunggu bilang itu di kantor polisi buat beliau." Ucap Jacob tegas. Frans segera menurunkan tangan dan melihat Jacob dengan mata membesar dan panik.

"Mengapa kaget? Kau kira sudah membunuh beliau? Pletaaakk..." Bunyi gagang pistol Jacob mendarat di kepala Frans. Refleks Frans mengusap kepalanya dengan kedua tangan, hingga darah membasahi kepalanya.

Frans emosi tapi tidak berani bertindak gegabah. Dia kembali pada posisi memohon dengan suara bergetar ketakutan melihat kemarahan Jacob dan anggota team yang melihat dia tanpa berkedip.

"Bajingan tengik. Dalam keadaan begini, masih berbohong. Kau kira di kantor polisi tidak ada cctv?" Tangan Frans gemetar mendengar pertanyaan Jacob tentang cctv. Dia tidak memikirkan itu karena emosi mendengar Nathania dilamar.

Jacob ingin menendang, tapi tertahan oleh tatapan Pak RT. Dia menarik robek kemeja Frans dalam satu kali tarikan. "Ikat pangkal lengannya." Jacob memberi perintah kepada anggota team mengikat lengan Frans, agar mencegah darah terus mengalir.

"Kau tidak akan dibiarkan mati dengan gampang." Jacob tidak bisa melakukan lebih, karena Pak RT sedang berdiri ketakutan melihat tangan Frans mengeluarkan darah karena pisaunya sendiri.

"Amankan bukti. Siap diangkut." Perintah Jacob kepada anggotanya untuk amankan pisau sebagai bukti. Anggota Jacob bekerja cepat. Mereka membacakan hak Frans dan mengikat tangannya di belakang.

"Pak RT, terima kasih kerja samanya. Ada tempat medis atau rumah sakit terdekat di sini?"

"Ada Pak. Di depan komplek ada klinik 24 jam."

"Baik. Terima kasih, bantuannya." Ucap Jacob setelah salah satu anggotanya membawa keluar motor Frans.

"Pak, kita langsung ke kantor?" Tanya anggota Jacob yang membawa Frans ke mobil mereka.

"Tidak. Bawa dia ke klinik 24 jam buat dilas lengannya." Perintah Jacob agar lengan Frans diobati. Supaya tidak terjadi sesuatu dengannya.

Jacob mau Frans jalani investigasi dalam keadaan sadar dan tidak ada tuduhan dianiaya. Dia ingin tahu alasan Frans melakukan perbuatan nekat dengan menusuk Raymond.

~*

Di sisi lain ; Menjelang sore, Raymond membuka mata perlahan dan melihat sekitarnya. Dia terharu melihat banyak orang duduk bersadar di kursi, dan Nathania sedang meletakan kepala di pinggir tempat tidur sambil memegang tangannya.

Raymond menggerakan tangan untuk memanggil Nathania yang tertidur. "Oh, Pak Reeeiii..." Nathania terkejut dan berdiri mendekati Raymond dengan mata tergenang.

Raymond menggerakan tangan ke tenggorokan, minta minum. "Sebentar, ya, Pak. Aku tanya perawat." Nathania langsung membunyikan bel, karena takut melakukan kesalahan.

Raymond mengangguk, tapi menggerakan tangannya. "Oh, kram." Nathania ingat, dia tertidur di atas tangan Raymond. Nathania mengusap tangan berulang kali sampai Raymond menggerakan tangannya untuk berhenti.

Tidak lama kemudian, Nathania menjelaskan permintaan Raymond kepada perawat. "Air sedikit untuk basahi tenggorokan, ya, Pak." Ucap Perawat sambil menetes air ke mulut Raymond.

Raymond menggerakan matanya, agar Nathania tidak cemas. "Beliau sudah stabil. Harap sabar ya, Bu." Ucap perawat. "Iya, Mas. Terima kasih."

Nathania bersyukur melihat Raymond ingin bicara dengannya. Dia menggeser kursi ke dekat kepala Raymond.

~*

Di sisi lain ; Frans dalam keadaan berantakan, tanpa pakaian dan badan berlumuran darah digiring masuk ke kantor polisi. "Diam di situ." Ucap Jacob sambil menunjuk lantai kantor polisi.

Kemudian Frans dibawa ke ruang interogasi. Jacob berdiri dari balik ruangan kaca untuk mendengar keterangan Frans kepada kepala polisi.

Sambil menahan sakit, Frans tetap pada keterangan yang dikatakan kepada anggota team Jacob di jalan. Bahwa dia tidak berencana mau menusuk korban.

Melihat tidak ada titik terang, Jacob menelpon Samuel untuk bertemu. Jacob menemui Samuel di tempat parkir rumah sakit. "Jac, tidak ke dalam lihat Ray?" Tanya Samuel setelah masuk ke dalam mobil Jacob.

"Jangan sekarang, kasusnya sedang disidik kepolisian Bandung. Aku hanya bantu tangkap pelaku dan mau bicara denganmu sebelum kembali ke Jakarta." Ucap Jacob sambil menautkan kepalan tangannya dengan kepalan tangan Samuel.

"Ok. Aku ingin tahu, apa yang terjadi. Sebenarnya, mengapa Ray ada di Bandung dan mengapa bisa ditusuk." Samuel sudah tidak sabar.

"Perusahaannya ada tangani proyek di sini..." Penjelasan Jacob menggantung, karena Samuel angkat tangan.

"Aku tahu. Tapi Ray tidak perlu turun ke lapangan. Dan yang aku tidak habis pikir, kemarin Subuh dia telpon dari Sydney, kasih tahu sedang email dokumen dan mau kembali ke Jakarta. Mengapa ...."

"Jangan tanya aku. Tunggu dia sadar baru bombardir. Mengapa dia berubah 180 derajat. Eh, mungkin ini yang dibilang cinta meruntuhkan logika?"

"Jadi gadis di kamar itu, pacarnya Ray?"

"Namanya Thania. Entah mau dibilang pacar atau bukan. Tapi sekarang aku merasa bersalah pada Ray."

"Mengapa? Kau kerjain Ray?"

"Bukan kerjai. Aku cuma mau tahu, mengapa penjahat itu ngotot mau jaga Thania dan melarang Ray mendekati dia."

"Aku baru ingat, Ray lagi kurang sehat, jadi malas mikir. Aku bilang Ray lamar saja Thania...." Jacob menceritakan kejadian di kantor polisi.

"Ray nurut dan lamar Thania di kantor polisi?" Samuel terkejut.

"Seharusnya kau lihat mukanya. Kalau hanya berdua atau bertiga denganmu, dia sudah melemparku dengan yang ada di depannya. Apa lagi dia tanya, apa harus di tempat ini?"

"Ray tanya begitu? Berarti dia suka Thania." Jawab Samuel cepat, karena sudah tahu karakter Raymond.

"Kalau ngga suka, mana mungkin Ray sewa paviliunnya." Jacob menambahkan.

"Raymond sewa bagian rumahnya?" Samuel terkaget-kaget mendengar keterangan Jacob.

"Iya. Makanya dituduh lakukan tindakan amoral hingga harus ke kantor polisi."

"Aku sependapat denganmu. Mungkin ini yang dibilang cinta menjungkir balikan akal. Aku sudah ngga sabar dia sembuh."

"Sekarang, tuntut penjahat itu. Ada keterangannya yang tidak masuk akal saat di BAP. Dia bilang hanya mau mengancam, tapi jadinya tertusuk. Heri bisa jadi saksi."

"Alasan dia mengancam Ray, karena wasiat terakhir istrinya untuk menjaga adiknya. Thania mantan adik iparnya...." Jacob menjelaskan.

"Mantan adik ipar? Hmmmm... Alasan yang dangkal. Dia mungkin punya maksud tertentu pada Thania. Pantesan..." Samuel tidak meneruskan yang terlintas di pikirannya, ingat Nathania di kamar Raymond.

"Mungkin. Tapi dia sangat kaget tahu Ray masih hidup. Kau mengerti maksudku?" Jacob bertanya serius.

...~_~...

...~▪︎○♡○▪︎~...