NovelToon NovelToon
Senja Di Tapal Batas (Cinta Prajurit)

Senja Di Tapal Batas (Cinta Prajurit)

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: khalisa_18

Kalea dan Byantara tumbuh bersama di sebuah asrama militer Aceh, bak kakak dan adik yang tidak terpisahkan. Namun di balik kedekatan itu, tersimpan rahasia yang mengubah segalanya. Mereka bukan saudara kandung.

Saat cinta mulai tumbuh, kenyataan pahit memisahkan mereka. Kalea berjuang menjadi perwira muda yang tangguh, sementara Byantara harus menahan luka dan tugas berat di ujung timur negeri.

Ketika Kalea terpilih jadi anggota pasukan Garuda dan di kirim ke Lebanon, perjuangan dan harapan bersatu dalam langkahnya. Tapi takdir berkata lain.

Sebuah kisah tentang cinta, pengorbanan, keberanian, dalam loreng militer.
Apakah cinta mereka akan bertahan di tengah medan perang dan perpisahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khalisa_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tradisi, tendangan, dan ulang tahun

Tim Alpha telah kembali dari Timika. Tiga hari penuh tekanan di pedalaman Papua telah meninggalkan jejak kelelahan yang nyata pada seluruh prajurit Grup 1/Para Komando, termasuk Letda Kalea Aswangga. Ia menghabiskan sisa minggu itu dengan menyelesaikan laporan Pasipers yang menumpuk dan tetap latihan, walaupun ia merasakan badannya masih sangat lelah. 3 hari 3 malam ia tidak tidur, membuat kepalanya sedikit berdenyut. Tapi ia tetap menjalankan tugasnya dengan baik.

Seminggu kemudian, markas Taktakan dipenuhi semangat baru. Hari ini adalah hari pelaksanaan Upacara Kenaikan Pangkat yang di tunggu tunggu oleh prajurit yang sudah tiba masanya. Rangkaian acara dimulai dengan penyematan pangkat oleh Komandan Satuan, dilanjutkan dengan tradisi penyiraman air kembang, dan diakhiri dengan ritual masuk ke kolam berlumpur.

Letda Kalea, meskipun masih didera kelelahan pasca-operasi, hadir dengan pakaian dinas yang rapi. Ia membawa kamera digital untuk mendokumentasikan setiap momen, sesuai permintaan Komandan Satuan. Karena ia terkenal memiliki bakat fotografer yang luar biasa. Setiap bidikannya tampak sangat bagus.

Di tepi kolam lumpur yang pekat, Lettu Satria, yang mengenakan PDL dengan baret yang terpasang sempurna, berdiri di sampingnya. Satria adalah senior Kalea di Akmil, dan ia tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menggoda adik letingnya itu.

"Siap-siap, Kalea," bisik Satria. "Momen paling heroik seorang prajurit. Dari lumpur, mereka bangkit dengan pangkat baru. Kamu harus menangkap momen itu dengan baik."

Kalea mengangkat kameranya, fokus pada Serka Budi yang baru keluar dari kolam. "Saya tahu, Bang. Sudah instruksi. Lagi pula, ini momen paling membahagiakan bagi mereka."

"Bahagia? Ya, bahagia dengan lumpur. Sama seperti kamu dulu, yang selalu menjadi korban keisengan senior," balas Satria, tertawa kecil.

"Itu di Akmil, Bang. Di sini saya Pasipers, bukan Taruna Tingkat dua lagi jadi berbeda," Kalea membalas tanpa menoleh, fokus mengatur exposure kamera agar mendapat bidikan yang tepat.

Para prajurit yang baru naik pangkat mulai beraksi di dalam kolam. Mereka berteriak bangga, berpose sambil berteriak kegirangan, lumpur berceceran ke mana-mana.

Agar mendapatkan sudut bidik yang dramatis, Kalea berjalan sedikit maju, tepat di tepi kolam yang licin dan berlumpur.

Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, memotret seorang Prada yang sedang bergaya seolah baru keluar dari pertempuran. Perhatiannya hanya tertuju pada lensa kamera.

Tiba-tiba, kaki Kalea menginjak gundukan lumpur yang basah. Keseimbanganya hilang, membuat ia jatuh dalam sepersekian detik ke dalam kolam tradisi.

Byuuur!

Letda Kalea Aswangga, seorang perwira Pasipers, terjerumus sepenuhnya ke dalam kolam lumpur. Kamera digitalnya sempat ia lempar ke udara, untungnya mendarat di tangan Lettu Satria, tetapi Kalea sendiri terendam hingga kepalanya pun tidak terlihat sama sekali. Ia tenggelam habis ke dalam kolam hingga air tampak tenang.

Kekacauan pecah seketika.

"Komandan!"

"Letda Kalea! Cepat bantu!"

Seluruh prajurit yang berada di tepi kolam, termasuk Serma Parto dan Serka Budi, langsung berlari ke arahnya. Wajah mereka pucat pasi, panik luar biasa.

Sementara itu, Lettu Satria berdiri tegak di tempatnya semula, memegang kamera Kalea. Alih-alih panik, Satria meledak dalam tawa terbahak-bahak. Tawa yang berasal dari perut, tawa yang tidak terkontrol dan sangat lantang.

Kalea berusaha bangkit sendiri. Ia mencengkeram tepi kolam dan menarik tubuhnya keluar, di bantu oleh tangan-tangan bawahannya yang terulur kearahnya. Ia berhasil berdiri, tubuhnya berlapis lumpur tebal.

"Astaga, Kalea! Kamu tidak berubah sejak Akmil!" ejek Satria, tawanya belum juga mereda. "Lihat! Dulu kamu jatuh di jurang latihan, kamu bangkit sendiri tanpa bantuan! Sekarang, hanya kolam lumpur seleher, kamu  memerlukan bantuan!"

Kalea mendengus kesal, lumpur menetes dari hidungnya. "Diam, lah, Bang. Ini kecelakaan," jawabnya, suaranya sedikit serak.

Satria semakin menjadi. "Kecelakaan apa? Kecelakaan tunggal? Harus saya ingatkan, kamu adalah Pasipers yang harusnya memastikan semuanya rapi. Tapi kamu justru ikut berendam! Ayo, Letda! Bangkit! Tunjukkan semangat Akmilmu!"

Di sekitar mereka, puluhan prajurit membeku. Tidak ada satu pun yang berani tertawa. Mereka menahan napas, merasa atmosfer di antara kedua perwira ini sangat tegang. Rasa hormat mereka terhadap Kalea, ditambah etika kepada senior, membuat mereka terdiam. Bahkan untuk menarik napas saja rasanya berat sekali.

Satria, melihat ekspresi marah Kalea, mengambil gayung air kembang sisa upacara.

"Nah, ini baru etika. Selamat datang kembali, Letda! Biar lumpur Timika dan lumpur Taktakan kamu bersih! Dan, seluruh kesialan mu hilang."

Byuuur!

Air kembang disiramkan ke atas kepala Kalea. Satria kembali tertawa keras. "Mari kita sambut dengan hormat, Lettu Dadakan Kalea Aswangga, S.Tr.Han! Kenaikan pangkat  dadakan di dalam lumpur! Hahaha!"

Kalea sudah kehilangan kesabaran. Tendangan tajam yang selama ini di latih, akhirnya menghantam betis Satria. Tendangan itu cepat, menyakitkan, dan tegas.

Buk!

Satria tersentak, tawanya terpotong oleh rintihan. Ia melompat mundur sambil memegangi kakinya.

"Aduh! Kalea! Itu pelanggaran! Saya senior kami! Kamu harus dapat hukuman!" Satria mengaduh kesakitan.

Kalea menatapnya. Matanya memancarkan kemarahan, tetapi juga ketegasan. Itu adalah pertama kalinya ia melayangkan pukulan atau tendangan fisik kepada seniornya. Itu bukan karena ia tidak takut, tetapi karena rasa hormatnya sudah dilangkahi.

"Izin, saya pergi membersihkan diri dulu, bang. Anda yang urus laporan insiden hari ini," ujar Kalea dingin, lalu berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan lumpur dan keterkejutan di belakangnya.

Malam harinya, di barak Perwira Staf, Kalea sedang membaca laporan, tubuhnya sudah bersih dan segar, tetapi suasana hatinya masih keruh. Lettu Satria masuk, dengan wajah serius yang dibuat-buat.

"Letda Kalea Aswangga! Kamu tahu konsekuensi menendang seorang perwira staf, apalagi senior kamu?" tanya Satria dengan nada komando yang dibuat-buat berat.

Kalea mendongak. "Siap salah, saya tahu. Saya mohon maaf atas perilaku saya yang tidak profesional tadi pagi, bang. Tapi batas kesabaran saya sudah habis."

"Permintaan maaf diterima. Tapi disiplin harus ditegakkan. Sebagai hukuman atas tendangan kamu yang terkesan ilegal, jadi Push-up lah 100 kali! Sekarang!" perintah Satria, nadanya tiba-tiba berubah menjadi usil.

Kalea menghela napas panjang. Menatap satria dengan tatapan tajam, tapi ia tidak bisa membantah. "Siap, laksanakan!"

Kalea segera mengambil posisi. Ia memulai hitungan push-up yang cepat dan bertenaga. Satu... Dua... Tiga... Hingga mencapai 100 kali.

Satria hanya berdiri menyilangkan tangan, mengamati. Saat Kalea mencapai hitungan seratus, napasnya tersengal, dan dahinya berkeringat.

"Izin, sudah selesai, bang!" lapor Kalea, sedikit kelelahan.

Satria tersenyum licik. "Bagus, Letda. Tapi tendangan itu sangat kuat. Itu pasti butuh dua kali lipat hukuman agar kamu belajar. Lanjutkan dengan... Sit-up 100 kali! Sekarang juga!"

Kalea terdiam. Ia menatap Satria dengan mata yang memicing lebih tajam dari sebelumnya. Keisengan Satria sudah melewati batas setelah hari yang berat.

"Izin, Bang!" seru Kalea, nadanya sudah naik satu oktaf. "Tadi push-up 100 kali. Sekarang sit-up 100 kali. Ini hukuman apa... pembunuhan, Bang? Saya baru pulang dari Timika! Anda mau saya masuk rumah sakit?"

Satria tidak menjawab. Ia hanya menyeringai lebar. "Cepat, Letda. Disiplin. Hitung!"

Kalea benar-benar naik pitam. Ia siap melontarkan protes keras, siap melanggar etika senior-junior demi membela logikanya.

Tiba-tiba, pintu kamar Kalea terbuka lebar.

"Izin, Komandan!"

"Kami mengucapkan selamat Ulang Tahun!"

Seluruh bintara dan tamtama Staf, yang dipimpin oleh Serma Parto dan Sertu Slamet, masuk berbaris rapi. Serma Parto membawa kue ulang tahun kecil dengan lilin menyala, sementara yang lain membawa snack ringan.

Kalea, yang baru saja selesai push-up 100 kali dan siap berdebat hebat, terdiam membeku. Ia melihat Satria, yang kini tertawa gembira, tidak lagi dengan tegas yang di buat buatnya.

"Selamat ulang tahun, Letda Kalea Aswangga!" Satria menepuk bahu Kalea.

"Tendangan tadi pagi saya terima sebagai kado. Hukuman tadi... itu hanya pemanasan ulang tahun. Hahaha!"

Kalea berdiri tegak, napasnya masih tersengal. Wajahnya yang tegang perlahan melunak. Ia menahan senyumnya, tetapi matanya memancarkan rasa terharu yang dalam.

"Siap, terima kasih, bang. Terima kasih, semuanya," ucap Kalea, suaranya sedikit tercekat karena lelah dan terharu. Ia menatap Satria, yang kini berdiri di sampingnya dengan senyum bangga.

Satria merangkul bahu Kalea. "Sertu Slamet, potong kue terlezat untuk Komandan kita! Dan pastikan kuenya manis. Komandan kita hari ini tidak boleh merasakan pahit sedikit pun. Dia pantas mendapatkannya, setelah lumpur dan tugas operasi berat."

Kalea hanya menggelengkan kepala, senyumnya akhirnya merekah tipis. Hari itu, ia tidak menyangka bahwa masih ada yang mengingatnya, selain Byantara dan Ramdan, walaupum ia harus melewati insiden memalukan terlebih dahulu. Kejutan itu menjadi penutup manis dari hari yang paling melelahkan dan penuh drama.

1
atik
lanjut thor... semangat 💪
Khalisa_18: Makasih KK, di tunggu update selanjutnya ya
total 1 replies
atik
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!