NovelToon NovelToon
Terperangkap Dimensi Lain

Terperangkap Dimensi Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Akademi Sihir / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:598
Nilai: 5
Nama Author: Sunny Rush

Elara dan teman-temannya terlempar ke dimensi lain, dimana mereka memiliki perjanjian yang tidak bisa di tolak karena mereka akan otomatis ke tarik oleh ikatan perjanjian itu itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Rush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

"Ada sebuah kisah dimana kekuatan dari klan berbeda bisa dipadukan. Tidak semua, tapi hanya orang-orang tertentu yang takdirnya saling terhubung," jelas Profesor Lyra tenang, seolah sedang membuka rahasia yang disimpan berabad-abad.

Ruangan mendadak hening. Semua pandangan tertuju pada Lyra.

"Kalau begitu... siapa orang-orang tertentu itu?" tanya Marco, suara beratnya memecah keheningan.

Lyra menatap satu per satu wajah yang hadir, lalu matanya berhenti sejenak pada Arsen.

"Itu... belum bisa dipastikan. Tapi biasanya tanda penyatuan energi terlihat saat salah satu dari mereka berada di ambang kematian."

Sherapina menyilangkan tangan, tatapannya dingin namun menyimpan kegelisahan. "Jangan samakan ini dengan takdir main-main. Musuh lama itu bukan sekadar bayangan. Mereka pernah membuat dunia ini berdarah."

Nicky ikut bicara, suaranya tegas. "Kalau memang musuh lama sudah bangkit, kita tidak bisa hanya bergantung pada legenda penyatuan energi. Semua murid harus diperkuat, termasuk Elara."

Nama itu keluar begitu saja, membuat semua kepala refleks menoleh. Bahkan Arsen, yang sejak tadi berdiri dengan ekspresi datarnya, sedikit menajamkan tatapannya.

"Kenapa harus dia disebut?" tanya Selena cepat, matanya menatap Lyra dengan curiga.

"Karena sejak Elara masuk ke Noctyra, tanda-tandanya mulai bergerak," jawab Lyra.

Arsen mengalihkan pandangan ke arah jendela, seolah ingin menghindari pembicaraan itu. Tapi tangan kirinya terkepal erat, ada sesuatu yang tidak bisa dia kendalikan.

Sherapina mendesah, lalu bersuara dengan nada berwibawa yang tak terbantahkan.

"Jika musuh lama benar-benar sudah bangkit, cepat atau lambat kita akan tahu siapa yang bisa menjadi kunci penyatuan energi. Sampai saat itu tiba... semua harus tetap dirahasiakan. Jangan sampai ada yang mencoba memanfaatkan mereka."

Keheningan kembali menyelimuti ruangan. Hanya suara angin di luar jendela yang terdengar, seolah ikut menyampaikan firasat buruk.

**

""Sayangnya, kita tidak bersama lagi!" ucap Elara sambil melemparkan senyum sedikit canggung pada Mira. Ada sedikit rasa berat di dadanya, meski mencoba terdengar santai.

"Kita satu sekolah dan kita akan sering ketemu, walau gak tidur bersama," jawab Mira dengan nada menenangkan, sambil tersenyum hangat.

"Tapi aku pasti merindukan cemilanmu," canda Elara, membuat udara di sekitar mereka terasa lebih ringan.

"Dasar si doyan makan, Dorion jaga dia," titah Mira, menepuk bahu Dorion yang berdiri di samping mereka.

"Oke," jawab Dorion canggung, wajahnya memerah sedikit.

Mira melangkah masuk ke asrama, meninggalkan Elara dan Dorion di halaman. Elara menatap ke arah teman baiknya, ragu ingin berpisah, namun segera menoleh pada Dorion.

"Dorion, ayo pulang!" ajak Elara sambil berjalan, nadanya ringan dan nyaris bernyanyi.

"Kalau dia jadi sama Arsen, apa Arsen gak akan stres?" bisik Dorion dengan senyum tipis, mencoba mengikuti langkah Elara yang riang.

Namun, langkah mereka terhenti saat Arsen tiba-tiba menghadang di depan mereka. Tubuhnya tegap, aura dingin dan kuat mengelilinginya, membuat Elara sedikit menahan napas.

"Dorion, persiapkan semuanya. Kita latih cewek bodoh ini," ucap Arsen dingin, nada suaranya tanpa cela.

"Kapan?" tanya Dorion, masih mencoba menyesuaikan nada hati dengan ketegangan Arsen.

"Malam ini," jawab Arsen singkat, dan Dorion langsung menghilang begitu saja, seperti bayangan.

"Ikut aku!" ucap Arsen, menatap Elara tanpa ekspresi, tapi aura kekuasaannya jelas terasa.

Mereka memasuki kastil klan iblis. Bangunan itu terasa lebih luas dan angker dibanding asrama Luminara atau Veyra. Tidak banyak pendatang baru di sini; suasana hampir sunyi, hanya terdengar gema langkah mereka.

Di area latihan klan iblis, Brian dan Lysandra tengah mengasah kekuatan mereka. Arsen berdiri tegak di depan Elara.

"Lakukan pemanasan, berdiri di sini hingga malam!" titah Arsen, suaranya tegas dan tidak bisa ditawar.

"Heh, gak kira-kira. Lo mau buat Gue mati berdiri?" tanya Elara, nada frustrasinya tercampur keberanian, membuat udara di sekitarnya bergetar sedikit.

"Ini bukan duniamu, Elara, jadi jaga ucapanmu!" ucap Arsen, suaranya dingin dan tegas.

"Ouhhh," jawab Elara, terdiam sejenak, merasa terhimpit oleh aura Arsen yang menakutkan.

"Lysandra, jaga dia!" titah Arsen sebelum pergi, meninggalkan Elara bersama Lysandra yang tersenyum sinis.

"Oke," jawab Lysandra, terlihat senang sekaligus penuh antisipasi.

Arsen pergi, dan Brian berhenti sejenak untuk mengambil minuman serta makanan dengan sihirnya, santai namun tetap memperlihatkan aura kuatnya.

Elara menatap sekeliling, merasakan panas yang berbeda dari Luminara dan Veyra.

"Inikah aura klan iblis?" pikirnya, napasnya sedikit tersengal karena hawa di sini memang berbeda.

"Jika tidak kuat, pergilah dari sini!" titah Lysandra, menatap tajam pada Elara.

"Bagaimana caranya?" tanya Elara, mencoba menahan gemetar sedikit di tangan dan kakinya.

"Mati," jawab Lysandra datar, menatap Elara seolah menantang.

"Mati? Adakah cara yang lain?" tanya Elara, mencoba terdengar santai meski jantungnya berdegup kencang.

"Emang kamu mau keluar?" tanya Lysandra, senyum sinisnya merekah, menunggu jawaban Elara.

"Ya, kalau bisa," jawab Elara, nada bicara terdengar ceria, tapi matanya memantulkan sedikit ketegangan.

"Dasar gak berguna!" umpat Lysandra, lalu duduk agak jauh, menatap Elara dengan campuran kekaguman dan ejekan.

Elara mengipas-ngipas tangannya, mencoba menenangkan diri dari panas yang berbeda ini. Pandangannya akhirnya jatuh pada Brian, yang tampak asyik menggodanya sambil menikmati makanan dengan aura santai tapi kuat.

"Dia yang lebih tidak berguna!" pikir Elara, menatap Brian dengan tatapan muak, tapi sedikit senyum nakal di bibirnya.

1
Flynn
Ngakak!
Melanie
Romantis banget!
Android 17
Jlebbbbb!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!