"Mulai sekarang kamu harus jadi Istriku dan juga Ibu sambung dari Ratu!"
"Siapa kamu? apa hak kamu memaksa aku menikah?"
"Aku Ayahnya Ratu! anakku menyukaimu dan aku harus memenuhi keinginan putriku yang ingin kamu menjadi ibunya!"
"Tapi ingat jangan berharap lebih pada ku! karena statusmu hanya Istri Rahasia dan juga Ibu Sambung Ratu!"
Deg!
"Aku belum bilang setuju!"
"Kamu tidak punya pilihan selain setuju!"
****
Nayyara dipaksa menjadi istri rahasia dari CEO Kejam bernama Ravindra dan juga Ibu sambung anak kecil lucu bernama Ratu.
Nayyara tidak bisa menolak karena Ravindra mengancamnya.
Apakah Cinta akan hadir diantara Ravindra dan Nayyara? Atau justru Nayyara pergi setelah memberikan kasih sayang yang tulus pada Ratu?
Simak cerita nya hanya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAYYARA-9.
Ayah Nayya kini sudah di pindahkan ke ruangan VVIP, tim dokter yang menangani Ayah Nayya juga kini sudah berpindah tangan kepadaa tim yang dibawa oleh Ravin.
Nayya sempat menolak ditemani Vira, namun Ravin tidak menggubris permintaan Nayya, sebenarnya Nayya masih ingin menolak dan berdebat dengan Ravin tapi ada Ratu disini dan rasanya tidak baik saja berdebat di depan anak kecil.
Kini Ratu sudah tertidur di pangkuan Nayya setelah bermain cukup lama bersama Nayya dan juga Vira, Ravin juga tidak pergi ke kantor untuk mengawasi Ratu.
Lebih tepatnya Ravin ingin melihat sendiri apakah Nayya benar-benar tulus pada Ratu atau dia hanya ingin memanfaatkan Ratu sesuai pemikiran negatifnya.
Vira juga tidak pulang karena memang rencananya dia akan menemani Nayya hari ini, namun ternyata malah ada kejadian tidak terduga.
"Vira bisa kamu jaga Ratu dulu, aku masih harus bicara sama dia." bisik Nayya pada Vira yang duduk disebelahnya, Ravin sendiri duduk di kursi yang berbeda.
Jaraknya cukup jauh, karena dia harus bekerja sementara Ratu bermain dengan Nayya dan Vira.
"Boleh sini pindahin aja tapi pelan-pelan, tapi kamu disini aja bicaranya Nayya soalnya gak baik kalo kamu berduaan aja, kalo disini kan aku masih bisa liat." Vira mengingatkan, dia tidak bermaksud buruk hanya saja Vira tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada Nayya, apalagi Ravin ini adalah seorang pengusaha yang terkenal.
"Iya Vira aku emang mau bicara disini aja kok, maaf ya aku ngerepotin." ucap Nayya tak enak hati.
"Jangan minta maaf terus, kita udah kaya keluarga pokoknya kalo ada masalah kamu wajib kasih tau aku awas aja kalo engga." Vira menegaskan, Nayya mengangguk.
"Iya Vira, ini titip dulu Ratu nya semoga engga nangis ya." Nayya perlahan memindahkan Ratu ke pangkuan Vira, gadis kecil itu nampak menggeliat beberapa kali sebelum akhirnya tertidur kembali.
Nayya memang sangat lembut memindahkan Ratu, pokoknya Nayya memastikan supaya Ratu tidak terganggu dalam tidurnya.
"Aku kesana dulu ya." ucap Nayya, Vira mengangguk.
"Iya, jangan berantem Nay kayanya kamu harus banyak sabar." Vira bisa melihat jika Ravin adalah seorang pria yang cukup keras kepala, sangat sulit tentunya menghadapi Ravin.
"Iya aku ngerti." Nayya segera menghampiri Ravin yang masin fokus melihat kearah laptopnya, itulah Ravin meskipun sedang berada di luar dia masih tetap bisa melanjutkan pekerjaannya.
Kadang sudah pulang kerja pun Ravin masih bekerja, itu sebabnya Ratu selalu kesepian, makanya gadis kecil itu berharap bisa mendapat kasih sayang seorang Ibu supaya dia tidak kesepian.
"Ada apa?" suara bariton dingin Ravin terdengar, padahal Nayya baru saja duduk di hadapan Ravin.
"Apa anda masih sibuk?" tanya Nayya tidak gentar, biasanya jika bicara dengan Ravin kebanyakan lawan bicaranya akan gemetar duluan.
"Kelihatannya?" lihatlah, menyebalkan bukan jawaban Ravin ini? Nayya menarik nafas pelan, Ratu memang lucu tapi Ayahnya sangat menyebalkan.
"Saya serius Pak." Nayya sedikit sebal, Ravin menaikkan sebelah alisnya.
"Kamu berani kesel sama saya?" tanya Ravin tak percaya, biasanya jika ada yang kesal padanya kebanyakan akan membicarakannya di belakang tidak langsung, jika langsung ya auto kena omel Ravin.
"Ya emang gak boleh kesel apa? wajar dong kalo kesel dikit, namanya juga manusia pasti punya salah gak ada yang sempurna." jelas Nayya tanpa takut sedikitpun.
"Menarik." Ravin malah tersenyum tipis.
"Malah senyum." gumam Nayya kesal.
"Kamu bilang apa?" Ravin bisa mendengar tapi tidak terlalu jelas.
"Gaada, saya cuma mau bilang ini terlalu berlebihan dan lagi saya tidak bisa menerima semua ini, fasilitas sebelumnya sudah cukup bagi saya karena itu sesuai dengan kemampuan saya." Nayya langsung mengeluarkan hal yang mengganjal dalam hatinya.
Bukannya dia tidak bersyukur dengan bantuan ini, tapi bagi Nayya ini terlalu berlebihan ditambah Ravin terlihat tidak ikhlas, mukanya saja datar seperti itu.
"Kenapa emangnya? ada yang kurang sama fasilitasnya?" Ravin menatap remeh Nayya, dia berpikir jika Nayya sudah mulai menunjukkan sifat aslinya, ya seperti biasa Ravin selalu berpikir wanita yang mendekatinya pasti ingin sesuatu yang menguntungkan dari dirinya.
"Astaghfirullah!" Nayya menggelengkan kepalanya pelan melihat tatapan sinis Ravin, Nayya hanya bisa mengelus dada karena pria itu sangat berpikiran negatif.
"Ini terlalu berlebihan, saya tidak mengerti kenapa anda membawa tim dokter kesini, jika ini karena menolong Ratu maka saya tidak akan menerimanya, saya tidak mengharap imbalan apapun seperti yang ada dalam pikiran anda." Nayya langsung memberikan ultimatum.
Ravin tertegun, dia tidak menyangka jika Nayya akan memberikan jawaban tegas tanpa keraguan sedikitpun, bagi Nayya dia memang terlahir dari keluarga sederhana tapi bukan berarti juga dia memiliki pemikiran untuk memanfaatkan seseorang yang keadaannya jauh diatas dirinya.
"Ini semua permintaan Oma nya Ratu! kalo seandainya Mami saya gak minta buat bantu kamu saya juga gamau bantu kamu! harusnya kamu terima dan bersyukur saja tidak usah berlaga baik di depan saya, karena saya tidak akan tertarik sama kamu!" ucap Ravin tidak berperasaan, kembali pikiran negatif masih saja menguasainya.
Entahlah Ravin memang keras kepala, egonya masih sangat tinggi dan Nayya yang mendengar itu tentu saja makin kesal, ingin rasanya dia memukul Ravin namun Nayya maish mencoba menahan emosinya.
"Ya kalo Bapak gak ikhlas mending gak usah ngasih aja, saya juga gak ngarep kok! dari pada Bapak buang waktu di sini, mending Bapak bawa lagi aja itu tim dokter Bapak, saya sendiri yang akan mengurus pemindahan Ayah saya ke tempat semula!" Nayya kini sangat tegas.
Suaranya sedikit naik karena kesal, Ravin kembali dibuat bungkam, wajahnya seolah tertampar dengan balasan Nayya yang sangat tegas, Ravin bisa melihat wajah Nayya begitu merah padam, dan Ravin tau jika Nayya sedang menahan emosinya.
"Diam disitu!" ketus Ravin menahan Nayya yang ingin berdiri dan pergi mengurus pemindahan Ayahnya kembali, Nayya sepertinya tidak bisa menahan emosi lagi berhadapan dengan Ravin yang sangat arogan dan menyebalkan.
"Apa lagi?" Nayya mencoba menahan rasa kesalnya.
"Tidak usah di urus, ini semua sudah di bayar! semua yang sudah saya berikan tidak bisa di ambil lagi, dan kamu tidak berhak menolak!"
"Lah Bapak siapa bilang gitu, keluarga juga bukan? tolong jangan mengatur saya karena saya berhak menentukkan keputusan apapun sendiri tanpa campur tangan orang luar!"
DEG
"Beraninya dia! Apa dia sedang menantangku?" geram Ravin mengepalkan tangannya kuat, sementara Nayya hidungnya sudah kembang kempis menahan emosi.
"Dia kenapa sih? pikirannya suudzon mulu, kalo gamau bantu gak usah bantu, keliatan banget terpaksanya, kalo bukan karena Ratu aku ogah ketemu lagi sama dia." gerutu Nayya kesal.
"Astaghfirullah, sabar Nayya sabar jangan diambil hati."
Bersambung.........
.
.
rasain noh kenak senggak sama papi raka kn,, makanya jngn ego mulu yg diutamakan ravindra....