NovelToon NovelToon
Transmigrasi ABCDE

Transmigrasi ABCDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Idola sekolah / Angst / Transmigrasi / Misteri / Balas Dendam
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: kurukaraita45

5 jiwa yang tertransmigrasi untuk meneruskan misi dan mengungkap kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kurukaraita45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Sakit!

Petunjuk :

"Semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu."

...ΩΩΩ...

"Hany! Kita harus sahabatan ya sampai kapanpun itu." Renjana meraih tangan Evelyn lalu menautkan jari kelingkingnya dengan milik Evelyn.

"Janji ya kamu harus terus gini, kamu harus baik Aren." Evelyn menaruh senyuman di wajahnya.

"Kalo udah gede nanti kamu harus takut sama aku!"

"Kenapa gitu?" Tanya Renjana kecil dengan polosnya.

"Karena aku suka lihat orang dewasa, ada yang cowoknya takut sama cewek tuh mereka selalu baik. Kamu juga 'kan kalo nurut sama aku kita jadi gak berantem."

Renjana tampak berfikir sejenak, membuat Evelyn cemberut. Renjana menoleh ke arahnya. "Iya deh aku nurut sama kamu." Lalu keduanya tertawa.

Anak 7 tahun seusia mereka belum mengerti apa yang sebenarnya dunia lakukan, juga belum tau apa arti persahabatan.

...ΩΩΩ...

Pagi ini. Bina Garuda dikejutkan oleh suara pengumuman misterius yang sedang berlangsung. Mereka tak tau harus bagaimana. Karena setiap kata yang keluar seolah candaan, namun juga kenyataan.

"Untuk seluruh siswa Bina Garuda! Dengarkan dengan baik ucapan saya ini."

Suara speaker menggema ke setiap sudut ruangan sekolah, yang berasal dari aula sekolah. Dekat ruang labolatorium.

"Wei! Itu ada apaan ya? Tiba-tiba pengumuman?" Sorak riuh berdatangan dari setiap siswa dan siswi yang menuju ke lapangan.

"Cek! Ayok ke sana!" Ajak Ghea.

Bercelly acuh. Menurutnya bukan sesuatu hal yang penting. "Lo duluan aja!" Dia melanjutkan aktivitasnya dengan terus menulis di buku miliknya.

"Ya udah!" Ghea berlalu meninggalkan Celly.

"Kalian semua pasti tau seorang Bercelly Harviana Qaniya. Benar sekali juara umum semester kemarin. Orang munafik yang lebih munafik dari orang yang paling buruk di dunia. Bercelly bukanlah dirinya."

Deg

"Siapa dia?" Gumam Celly. Menutup bukunya dan juga bolpoint-nya. Dia bergegas menuju aula, untuk mengetahui siapa yang telah mencemarkan nama baiknya.

"Bercelly itu jiwa transmigrasi. Karena sebuah kecelakaan, gue gak tau pasti kecelakaannya. Tapi, dia bukan Bercelly yang kalian kenal. Jiwanya adalah seorang kakak kelas yang 2 tahun lebih tua darinya. Namanya masih misterius. Yang kalian harus tau, Bercelly berbahaya!"

Suara dari speaker telah tak terdengar lagi setelah kata terakhir dikeluarkan. Bercelly segera mendobrak ruangan aula beberapa menit setelahnya. Namun hasilnya nihil, Bercelly tak menemukan siapapun, hanya audio speaker sisa barusan.

"Sial! Dimana Lo? Berani cemarkan nama baik gue!" Bercelly mendobrak meja dengan kasar, lalu memberantakan audio sisa orang misterius barusan.

Dia menemukan suatu kode yang digoreskan melalui meja, yang baru saja ia dobrak. "Ini kode apa?" Gumamnya. 

...

...

"Ini kode yang sama dengan yang waktu itu, tandanya ini tim yang sama. Gue harus segera foto ini buat langsung ke markas." Tanpa sepatah katapun lagi Bercelly langsung mengambil gambar kode tersebut, lalu ia bergegas menuju markas.

...ΩΩΩ...

"Mereka semakin bergerak maju, tapi kita masih fokus sama kasus sekolah. Gue rasa kita juga harus lawan mereka, disela-sela misi utama." Seperti biasanya, Rayn selalu berjalan mondar-mandir di depan kelima temannya yang lain.

"Ada pergerakan yang gak diketahui. Semalam gue tau kalo Rayn diancam sama lelaki itu. Tapi, gue bikin pergerakan baru, dan gue yakin dia gak akan melakukan hal yang sama," beo Evelyn.

"Siapa lelaki itu?" Tanya Akashi.

"Renjana!"

"Renjana!"

Tak pernah mereka kira, jika Evelyn dan juga Rayn akan menyebutkan nama yang sama secara bersamaan. "Aduh, gatel tenggorokan gue. Ekhemm!" Madah Lisa sambil terkekeh.

Sedang Evelyn, diam tak menggubris. Rayn melirik Evelyn dengan sudut matanya. 'Gue benci ini. Semuanya terlalu sakit kalo harus seperti dulu lagi.' Batin Evelyn tak pernah berubah, rasa sakit itu tak akan pernah terlupakan baginya.

"Kita artikan aja, yang kemarin perkataannya perang di mulai. Dan ini-" Rayn sengaja menjeda ucapannya.

"S-o-"

"Salah! Lihat itu ada tanda koma." Daisen mengoreksi.

"Promis!" Bercelly sipendiam yang pintar, berhasil mengutarakan maksudnya.

"Yeh tau gitu gak usah tebak aja, tentunya dia tau dong. 'Kan dia sendiri yang pertama nemuinnya," celoteh Lisa.

"Itu janji artinya?" Daisen si irit bicara.

Rayn mengangguk. "Tapi, kenapa maksudnya beda jauh sama yang kemarin? Gak mungkin tim mereka berbeda."

"Rencana pergerakan kita selanjutnya apa?"

Mereka berdiskusi untuk rencana berikutnya. Hingga mereka mengakhiri pertemuan dengan rencana yang pasti.

...ΩΩΩ...

..."...

Aaa..."

Evelyn berteriak sangat keras, nyaris terdengar hingga luar rumah. Beruntung di dalam rumah tak ada siapapun selain dirinya. Ayahnya tengah keluar sejak ia berangkat sekolah, juga pembantunya sedang ke pasar beberapa jam yang lalu.

Dia membanting tasnya hingga mengenai lampu tidur, tak ada apapun yang ia pedulikan saat ini. Air mata dipipinya telah mengalir sejak berteriak, semakin keras rintihannya semakin mundur langkahnya dan memojok di dekat kaca jendela kamarnya.

"Kenapa harus seperti ini? GUE BENCI!" Ia mengacak rambutnya dengan kasar, lalu memeluk kedua lututnya.

"Kenapa gue harus jadi orang lain? Gue cuman mau gue jadi diri sendiri."

"Neshiya sayangnya Mamah dan Papah, baru pulang ya?"

Bayangan-bayangan masa lalunya melintas dipikirannya.

"Apa Pah? Neshiya gak ada? Gak mungkin Pah, anak sulung kita gak ada. Papah Neshiya masih ada!"

Semakin menusuk keras, menyayat hati.

"Evelyn! Berusaha keras dong. Masa tiba-tiba nilai kamu anjlok gini? Kamu aneh ya sekarang!"

Semakin berkeliaran dipikirannya, semakin tak dapat dikendalikan.

"Hiya! Risyan cinta sama Hiya. Sayang sama Hiya. Kita jangan pisah ya sampai kapanpun. Hiya harus janji itu."

Teriakan di otaknya makin melengking, juga hatinya semakin hancur berkeping-keping.

"M-maaf, bukan saya tak pernah mengerti itu. Tapi, bisa jika kita mulai semuanya dari awal? Saya siap menerimamu apa adanya."

"Aaa... Kenapa harus gue yang kayak gini?"

"Gue bukannya gak terima semua ini. Tapi kenapa semuanya terlalu menyakitkan? Kenapa seolah gak adil bagi gue? Apa sekejam itu dunia kenyataannya?"

Hujan mulai turun semakin deras di luar. Ditambah dengan kilatan petir dan gemuruh badai. Sebagian air hujan, memenuhi kaca jendela kamar Evelyn.

"Papah, Mamah, Hiya mau balik sama kalian. Hiya masih bersama Papah dan Mamah, cuman mungkin waktunya belum tepat untuk Hiya kembali Mah, Pah."

Dia mratapi air hujan yang turun di luar, tangannya mengusap kaca dari dalam yang tak basah sama sekali. Air mata dipipinya sama deras dengan hujan di luar. "Hiya mau fokus sama tujuan Hiya, Mamah dan Papah pernah bilang kalo punya mimpi yang baik, harus dibarengi dengan sabar dan perjuangan yang banyak. Hiya gak akan lupain itu Mah, Pah. Hiya akan kembali!"

...-ToBeContinued-...

1
kurukaraita45
Sangat bagus!
Bowo
seruh baget cerita nya ayo semangat Buat lag
kurukaraita45: ayok mampir lagi, tiap hari upnya dan kalo hari Minggu 2 kali lho. ketinggalan banyak gak nih kakaknya?
total 2 replies
khun :3
Buatku terbawa suasana banget. Gimana thor bisa bikin ceritanya seperti itu?
kurukaraita45: ayok kak boleh mampir lagi, aku up tiap hari lho dan kalo hari Minggu spesial 2 kali up.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!