Dark romance dewasa.
Ayahnya yang seorang Adipati, difitnah dan seluruh keluarganya Kirana dibunuh. Kirana berhasil meloloskan diri dari maut bersama dayang kesayangannya yang bernama dayang Sumi. Di dalam pelariannya, Kirana singgah di Dukuh Seti dan Kirana secara tidak sengaja menyembuhkan seorang wanita di dukuh Seti. Wanita itu ternyata seorang ronggeng. Kirana akhirnya tinggal bersama ronggeng itu dan terpilih jadi ronggeng selanjutnya. Kirana terpaksa bersedia karena jika menjadi ronggeng dia diijinkan masuk ke pendopo agung. Dia ingin membunuh orang pertama yang memfitnah ayahnya dan orang itu tinggal di pendopo agung. Namun, dia justru dikejutkan dengan adanya penggerebekan dan dia menjadi tawanannya Mahapatih Lingga yang dingin dan kejam. Bagaimana nasib Kirana selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat
Lingga tiba-tiba merebahkan kepalanya di pangkuan Kirana.
Kirana hendak berdiri sambil bertanya kaget, "Anda mau apa?"
"Aku hanya ingin tidur jangan berdiri atau aku akan cekik kamu sebelum kamu membuktikan ke aku kalau ayah kamu tidak bersalah"
"Ayah memang tidak bersalah" Geram Kirana.
"Aku terbiasa menerima bukti sebelum mengiyakan jadi sebelum kamu memberiku bukti bahwa ayah kamu tidak bersalah, maka kamu tidak bisa lari dariku"
Kirana menyipitkan mata dan mengerucutkan bibir lalu berdiri begitu saja sampai kepala Lingga menggelinding dari atas paha Kirana lalu membentur lantai tenda.
"Kau......" Lingga mengulurkan tangannya untuk mencekik leher Kirana dan Kirana dengan cepat melompat menjauh, "Anda tidak bisa mencekik saya, bweekkk!" Kirana mencebikkan bibirnya lalu berlari meninggalkan Lingga.
Lingga bergegas bangun dengan wajah kaget lalu berdiri sambil meraih cangkirnya. Dia butuh minum untuk meredakan kekesalannya.
Berderap ke pintu tenda karena kesal membuat Kirana menabrak Dimas yang masuk ke dalam tenda dengan langkah lebar. Lingga langsung melesat. Tangan Mahapatih tampan itu terentang merengkuh Kirana dan saat tubuh gadis itu menghantam dadanya, lIngga mempererat pegangannya menuruti instingnya, menarik gadis itu mendekat, melakukan yang terbaik untuk menjaga mereka agar tidak terjerumus, sementara ia berjibaku untuk mendapatkan kembali keseimbangannya tanpa menumpahkan air minumnya ke tubuh gadis itu.
Mata hitam pekat Kirana dihiasi dengan buku mata lentik, menguarkan begitu keras untuk didengar tanpa perlu disuarakan.
"Untung kamu tidak terjatuh" Lingga berkata untuk Kirana, tapi kedua matanya yang berwarna cokelat menusuk tajam ke bola mata hitamnya Dimas.
"Maafkan saya, Ndoro Putri" Dimas sontak membungkukkan badannya.
Kirana melompat menjauh seakan Lingga menyetrumnya dengan kilatan petir.
"Keluar!" Lingga menggeram ke Dimas dan Dimas langsung menegakkan badannya lalu melangkah mundur dengan cepat.
Setelah Dimas keluar dari dalam tenda, Lingga menatap Kirana, "Tenanglah, aku hanya menolongmu agar kepala kamu yang kecil itu tidak hancur membentur lantai tenda"
"Kalau Anda menolong saya hanya untuk menghina Ayah saya lagi, mending Anda benturkan saja kepala saya ke lantai ini" Kirana berkata sambil menarik lepas tusuk kondenya lalu dia merenggut rambut panjangnya yang berwarna hitam pekat dan melemparnya ke balik bahunya. Gerakan itu sama sekali bukan kibasan rambut ayo-lihat aku. Bukan, gerakannya itu murni penuh kejengkelan, bukan bujukan, perwujudan rasa malunya karena pria tampan di depannya merengkuh pinggang dan memeluknya.
Lingga berusaha sekuat tenaga untuk tidak membangkitkan niatnya tersenyum. Ia menghela napas dan menghirup aroma wanita itu. Aroma melati yang seketika menjadi kesukaannya sekaligus candu baginya. Gadis cantik itu memiliki keharuman yang cukup familiar, ya, aroma ibunya juga aroma melati. Tapi, aroma melati di tubuh gadis cantik itu menggodanya dan tanpa terasa menguasai, sedikit gelap di saat bersamaan. Memikat.
Lingga tanpa sadar meneguk air minum di cangkir bliriknya sambil melangkah maju dan Kirana melangkah mundur sambil mengarahkan tusuk kondenya ke Lingga, "Jangan dekati aku!"
Lingga menghentikan langkahnya dan meletakkan cangkir bliriknya di atas meja yang ada di dekatnya untuk kemudian melesat maju lalu dengan mudahnya dia merebut tusuk konde dari tangan Kirana dan menahan kedua tangan Kirana ke belakang. Lingga mendorong tubuh gadis cantik itu sampai punggung Kirana kedua tangan Kirana membentur meja.
"Ouch!" Kirana memekik kaget. "Sakit lepaskan!" Gadis cantik itu mendelik kesal ke Lingga.
Lingga justru menatap dada Kirana yang membusung karena kedua tangan gadis cantik itu ia kaitkan di belakang. Pria tampan dan gagah itu menyelipkan tusuk konde ke dalam sabuknya dengan tangannya yang bebas lalu meletakkan pelipisnya di dada Kirana.
Kirana menunduk dengan mata melotot. "Anda mau apa, hah?!"
"Aku lelah dan ngantuk. Karena aku tidak boleh tidur di atas paha kamu maka aku tidur di atas dada kamu"
Kirana sontak menyemburkan, "Apa?!"
Kirana menyentak dadanya sambil berteriak, "SAYA BUKAN BANTAL!"
Kirana mendelik kaget bercampur kesal saat ia mendengar dengkuran halusnya Lingga.
Di saat itulah Dimas kembali masuk dan langsung menunduk, "Maafkan saya"
Saat Dimas hendak berbalik badan, Kirana langsung berteriak, "Hei! Bantu membawa Mahapatih kamu yang gila ini ke ranjang. Dia seenaknya tidur di sini, ish!" Kirana kembali menyentak dadanya.
Dimas mendongak kaget dan spontan menyemburkan, "Mahapatih teriak pernah tidur sampai mendengkur"
"Apa?! Lihat sendiri nih dia mendengkur" Pekik Kirana kesal.
Dimas melangkah lebar dan tercengang saat dia melihat junjungannya tidur lelap sampai terdengar dengkurannya yang halus.
"Dia sudah mendengkur tapi cekalannya di tanganku masih kuat banget ini, sakit. Buruan lepaskan cengkeramannya!"
"Sa.....saya tidak berani, Ndoro Putri. Sa.....saya menitipkan pesan saja kalau ada urusan dari kerajaan yang membawa surat pemberitahuan bahwa Anda harus ikut ke Kediri sekarang juga"
"Kenapa begitu?" Pekik Kirana.
"Karena Anda akan dinikahkan dengan Putra Mahkota" Jawab Dimas dengan suara sedikit berbisik.
"Apa?!" Kirana dan Lingga berteriak secara bersamaan.