Melahirkan Anak Untuk Wanita Lain

Bagaimanapun juga, jika seseorang tinggal di rumah orang lain, mereka harus meminta izin pemilik rumah untuk keluar masuk.

Namun, jika dia harus melapor kepada Mason setiap kali ingin keluar, bukankah itu akan terasa menyebalkan?

Setelah memikirkannya baik-baik, Chiara memutuskan untuk tidak melaporkan kepada Mason. Jika dia menelepon, dia akan memberitahu bahwa dia sedang di luar.

Dengan pikiran itu, Chiara meninggalkan mansion Villa sambil membawa ponsel dan buku tanda tangan yang telah disiapkan.

Chiara berjalan lebih dari setengah jam sebelum akhirnya keluar dari area villa. Dia berdiri di pinggir jalan dan melambaikan tangan, lalu sebuah taksi berhenti di hadapannya.

Setelah masuk ke taksi, dia terus membolak-balik album gambar di tangannya. Namun setiap kali membuka halaman baru, tangannya bergetar karena kegembiraan.

Album ini adalah buah dari kerja kerasnya selama dua tahun terakhir, dan juga karya yang paling dibanggakannya. Saat tiba di pameran seni, dia ingin meminta Giuseppe Sator, idolanya, untuk menandatangani album tersebut.

Setelah melihat lukisan-lukisannya, apakah Giuseppe akan memberikan beberapa pendapat berharga?

Hanya dengan memikirkan hal itu, hati Chiara tidak bisa menahan ledakan kegembiraan. Chiara takut setelah bertemu Giuseppe, dia akan pingsan karena terlalu bersemangat.

"Supir, bisakah Anda mengemudi sedikit lebih cepat?" Chiara melirik waktu di ponselnya. Marco bilang mereka akan bertemu di gerbang kampus pada pukul dua, dan sekarang sudah pukul satu sore!

Marco khusus memberitahunya untuk tidak terlambat!

Di bawah desakannya yang berulang-ulang, sopir terpaksa menginjak gas untuk mempercepat kendaraan.

Setelah berbelok beberapa jalan dan melihat gerbang sekolah, Chiara menepuk kursi sopir dan berkata, "Berhenti di sekitar sini saja."

Sopir memarkirkan mobil di pinggir jalan. Setelah membayar ongkos, Chiara turun dari mobil dan langsung melihat Marco menunggu di gerbang kampus.

"Marco!" Chiara memanggil dengan keras.

Berbalik dan melihat Chiara berjalan ke arahnya, Marco tersenyum, "Akhirnya kamu datang juga. Cepat naik mobil, aku takut kita akan terlambat."

Marco mengambil tangan kanan Chiara dan cepat berjalan menuju mobilnya. Waktu sangat mendesak, jadi Chiara hanya memikirkan untuk segera tiba di pameran seni. Dia tidak menyadari bahwa saat ini Marco menatapnya dengan emosi aneh di matanya.

Marco membuka pintu mobil dengan sopan dan membiarkan Chiara duduk di kursi penumpang, lalu menutup pintu mobil, berbalik, berjalan ke kursi sopir, membuka pintu dan masuk.

Sepanjang perjalanan, Chiara berbicara dengan Marco tentang Giuseppe Sator.

Sebenarnya Chiara bukanlah orang yang terlalu banyak bicara. Dia suka berbicara, tetapi ketika memikirkan bahwa dia akan segera bertemu idolanya, dia tidak bisa tenang.

Di gerbang Gedung Pameran Seni, sebelum turun dari mobil, Marco mengeluarkan tiket dan menyerahkannya kepada Chiara.

"Ini kesempatan langka. Kamu harus berkomunikasi dengan baik dengan Giuseppe. Mungkin ini akan menginspirasi kreasi lukisanmu."

Sebenarnya Marco tidak terlalu tertarik dengan melukis.

Alasan dia mengenal Giuseppe dan pelukis-pelukis hebat lainnya adalah karena Chiara.

Karena dia menyukainya, dia akan secara alami mengikuti langkahnya untuk memahami makna dan cerita di balik setiap lukisan.

Selama dia menyukainya, dia akan berusaha sebaik mungkin untuk memahami.

Chiara mengambil tiket itu dan merasakan beratnya di tangannya. Chiara bertanya dengan penasaran "Ketika aku mendengar tentang ini sebulan lalu, tiketnya sudah habis terjual seharga delapan ribu, jadi mengapa sekarang harus membayar sepuluh ribu?"

Chiara melihat tiket di tangannya, masih merasa sedikit tidak enak. Meskipun tiket ini diberikan kepada Marco oleh orang lain, apakah benar-benar tidak apa-apa baginya menerima tiket semahal ini?

Hutang budi harus dibayar.

Marco tersenyum ringan "Aku tidak tahu, toh ini pemberian orang lain, tidak masalah berapa harganya."

"Marco, terima kasih. Jika bukan karena kamu, aku takut tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk bertemu Giuseppe dalam hidupku! Aku akan mengingat budi ini. Jika kamu membutuhkan bantuanku di masa depan, tinggal minta saja. Jika aku bisa membantu, aku akan melakukan apa pun." Chiara berkata dengan tegas.

Marco selalu sangat baik padanya, merawatnya seperti adik perempuan. Jika dia dalam kesulitan, dia pasti akan membantunya.

Hanya saja dia tidak tahu apakah dengan kemampuannya, dia bisa membantunya...

Melihat penampilannya yang serius, Marco tidak bisa menahan diri untuk tertawa, merentangkan tangan kanannya dan menepuk kepalanya dengan lembut. "Baiklah, aku sudah mencatat kata-katamu. Jika suatu hari aku benar-benar memintamu sesuatu, Chiara, kamu harus berjanji padaku."

Marco melihat Chiara dengan ekspresi rumit di matanya, sangat membenci dirinya sendiri.

Bisakah kata-kata Chiara dipahami sebagai semacam perjanjian? Bisakah dia menjadi egois sekali saja?

Melihat ekspresi Marco yang begitu berat, Chiara mengira dia tidak percaya padanya, dan mengangguk dengan khidmat lagi: "Jangan khawatir, Marco! Aku menjaminmu, apa pun itu, selama kamu membuka mulut, aku pasti akan setuju. Nih, janji kelingking!"

Chiara berkata sambil mengulurkan jari kelingkingnya.

Marco tersenyum dan mengulurkan jari kelingkingnya untuk berjanji dengan Chiara.

Marco tiba-tiba merasa sedikit menyesal karena tidak membawa hadiah yang telah disiapkannya untuk Chiara hari ini, jika tidak, dia benar-benar ingin mengambil kesempatan ini untuk menyatakan cintanya padanya di pameran seni. Tetapi dengan kecepatannya yang begitu cepat, Chiara mungkin akan merasa bahwa dia sengaja membawanya ke sini hari ini, bukan?

Masih ada waktu panjang, sebaiknya dia mencari waktu yang lebih tepat.

Ada antrian panjang di luar ruang pameran, dan banyak penggemar yang tidak mendapat tiket juga berkumpul di luar ruang pameran, menunggu dengan sabar untuk sekilas melihat Giuseppe.

Melihat begitu banyak orang yang ingin bertemu Giuseppe Sator, Chiara tiba-tiba merasa bahwa dia benar-benar beruntung.

"Ayo masuk bersama."

"Ya!" Chiara mengangguk ringan dan berjalan masuk ke ruangan bersama Marco.

Setelah memeriksa bahwa tiket asli, penjaga membiarkan mereka lewat.

Begitu Chiara memasuki ruang pameran, dia melihat bahwa dinding-dindingnya dipenuhi dengan karya-karya terkenal Giuseppe dari berbagai periode. Selain itu, ada juga beberapa lukisan yang dibuatnya sebelum dia menjadi terkenal.

Ini adalah pertama kalinya dia melihat lukisan-lukisan pelukis yang dikaguminya dari dekat, bukan di buku tetapi dalam kehidupan nyata, Chiara merasakan gelombang kegembiraan di hatinya.

Mata Chiara menatap setiap lukisan dengan seksama.

Kapan dia bisa melukis lukisan dengan tingkat ini?

Marco, yang mengikuti Chiara, telah mengamati Chiara secara diam-diam. Sejak dia masuk, dia terus tersenyum, dan dia bisa merasakan betapa bahagianya dia sekarang.

Sementara Chiara sedang melihat lukisan, Marco mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan teks kepada temannya, memintanya menggunakan hubungannya dan meminta Giuseppe untuk maju dan berbicara dengan Chiara.

Bahkan jika hanya selama 5 menit!