Di kenal seorang pendiam dan tidak banyak bergaul membuatnya minder , sejak di usia belia seorang gadis desa sangat aktif dan sudah mengenal yang namanya jatuh cinta , apakah sekedar jatuh cinta saja atau sudah mengenal lebih dari sekedar cinta monyet ?
Dibalik kisah asmara ada sekelumit masalah pada sikap saudaranya yang membuatnya risih dan menjadi tertutup . lambat laun ia tahu siapa dirinya yang sebenarnya .
Mampukah ia menjalani kehidupan di luar sana tanpa ia sadari sudah terjebak dalam arus kehidupan dunia luar yang penuh dengan drama dan masalah ?
Apakah gadis yang dulu pendiam akan menjadi pendiam atau akan menjadi sosok yang lain ?
Yuk baca pelan-pelan dan berurutan agar tidak salah paham .jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Puncak Acara
Hari ini hari perpisahan kelas tiga sekolah menengah pertama , semua kelas dua menunjukkan karya seni mereka di acara pentas seni puncak acara perpisahan kelas tiga .
Ira merasa tidak percaya diri dengan acara kali ini , rasanya beda ketika ia mengikuti acara pentas seni waktu di sekolah dasar . Kali ini lebih terlalu berlebihan menurutnya .
Ira dan teman-temannya melakukan gladi bersih di ruang kelas . Latihan terakhir dengan semangat ."Jangan lupa ya gerakannya yang teratur ," kata Heni mengingatkan teman-teman satu kelompok .
"Oke siap ," jawab mereka dengan kompak . Dengan pakaian seragam khusus mereka kompak dengan kaos berwarna biru , celana jeans biru , rambut di kuncir dua di beri pita merah putih .
Mereka terlihat sangat lucu dan menggemaskan . Tiba-tiba Heni memberi ide kepada teman kelompok pria . "Hei kalian gerak dan lagu musiknya apa ?" tanya Heni kepada Riki teman pria di sebelahnya .
"Lagu band barat , memangnya kenapa ?" jawab Riki lalu bertanya balik .
"Kebetulan banget , kita bisa berkolaborasi , jadi begini nanti kalau kita main duluan , kalian masuk seolah menjadi cowok kita sebagai cewek kalian , kamu masuk lalu mendekati kita satu per satu gimana ?" Heni memberi ide kepada mereka .
Riki nampak berpikir kemudian berkata ." Boleh juga idemu ," jawabnya sambil mengangguk .
" Maksudnya gimana ?" tanya Bian mendekatkan kepalanya tepat di depan Ira .
Deg
Jantung Ira tiba-tiba berdegup sangat cepat melihat wajah Bian di depannya , seakan dunia berhenti berputar ."Seandainya," batin Ira tersenyum malu .
""Tidak ada siaran ulang , makanya di simak biar paham ," celetuk Tedi di belakang Bian , semua tertawa bersama melihat tingkah Bian .
Sebelum acara di mulai kedua kelompok Heni latihan bersama Kelompok Riki . Mereka berlatih kolaborasi untuk menambah kemeriahan acara pentas seni tersebut .
"Yeyyy... Bagus sekali , nanti jangan lupa ya . Awas gagal ," ancam Heni .
Di panggung pentas seorang MC sedang membacakan rangkaian acara pentas seni . Beberapa sambutan sudah mereka persembahkan sekarang giliran pentas seni .
Semua kelas dua menunjukkan kreatifitas mereka dengan kompak . Satu persatu mereka persembahkan di atas panggung .
Saatnya Kelompok Ira maju . Musik sudah dimainkan mereka melangkah satu persatu membentuk barisan diiringi musik . Tepuk tangan menggema menyambut mereka tidak lama kelompok pria dari Riki maju sesuai arahan Heni , suara riuh penonton histeris membuat suasana heboh .
Waktu Bian berjalan dekat Ira , kembali jantung Ira di buat berdegup . Hampir saja Ira salah fokus dan lupa gerakannya justru teman lainnya yang membuat salah .
Mereka saling melihat gerakan teman masing-masing dan menyamakan gerakan bila kurang sempurna . Setelah selesai mereka turun lewat samping panggung .
Sekarang giliran kelompok Riki tampil ,gerakan mereka tak kalah heboh membuat penonton semakin histeris . Ternyata musik yang mereka mainkan banyak disukai para penonton .
Acara selesai saatnya penilaian pada karya seni yang sudah mereka tampilkan . Pemenang pertama dimenangkan oleh kelompok perempuan bernama Asih dan teman-temannya karena gerakannya samangat bagus dan kekompakan nyaris tidak ada yang gagal . Pemenang kedua dimenangkan oleh kelompok dari kelas lain .
“Yah , kelompok kita kalah ," kata Ira sedih .
""Tidak apa-apa yang penting sudah berusaha , namanya juga perlombaan ada kalah juga ada yang menang ," sahut Nita .
"Kita ke kantin yuk , makan ," ajak Norma . Akhirnya mereka pergi ke kantin membeli makanan dan minuman .
Selesai makan mereka pergi ke kelas ngobrol seputar acara pentas, tiba-tiba Okta dan beberapa teman lain datang bergabung bersama mereka .
"Ira , kamu dapat salam dari seseorang ," kata Fika tersenyum penuh arti . Ira terkejut perasaannya tidak menentu antara percaya dan tidak .
"Maksudnya salam gimana ?" tanya Ira tidak paham . "Salam dari adik kelas katanya suka sama kamu ," kata Okta menimpali .
Ira semakin di buat penasaran siapa dan bagaimana orangnya , pikirannya tidak menentu sedangkan hatinya sudah tertulis nama seseorang .
"Namanya siapa , terus anaknya seperti apa ?" tanya Ira beruntun .
" Katanya pengen ngobrol sama kamu ," kata Fika , sedangkan teman yang lain saling menggoda Ira .
“Ehem , cie ada yang naksir Ira , terima saja kamu masih jomblo dia juga jomblo ," sahut Okta .
" Eh siapa sih namanya bikin penasaran saja ?" tanya Nita ikut penasaran .
"Yuda Saputra, anak kelas satu , anaknya cakep putih sama kayak kamu ,Ra ," jawab Okta .
"Loh kok malah di kasih tahu pesannya kan rahasia ," kata Fika .
“Ya sudah sih tidak apa-apa, terlanjur jebur ," kata Ina . "Aku malu , lagian kok adik kelas bisa suka sama aku gak percaya ," kata Ira meyakinkan hatinya .
“Anaknya playboy , kemaren dia pacaran sama teman satu kelas namanya Nina ," celetuk Norma . Ira terkejut mendengar perkataan Norma hatinya tidak nyaman .
"Sudahlah fokus sama sekolah dulu , belum kepikiran untuk pacaran ," kata Ira kemudian meninggalkan mereka semua .
Pulang sekolah Ira seperti biasanya , tidak ada hal lain yang ia kerjakan namun hari ini ia di suruh ibunya menjemur padi .
Sebenarnya Ira tidak mau karena panas . Setelah selesai ia menunggu di teras sesekali jika ada ayam mau makan ia usir dengan menggunakan bambu atau batu tapi tidak sampai mengenai tubuh ayam .
"Ira tolong cabut uban punya ibu ," perintah Haryati duduk di depan Ira yang sedang fokus dengan jemuran padi . Ira langsung menyibakkan rambut hitam lalu mencabut uban dengan sempurna tanpa terpotong .
“Bu , sudah jangan semuanya nanti jadi botak ," kata Ira menyudahi mencabut uban .
"Yang sebelah sini sangat gatal di cabut ubannya ," perintah ibunya lagi ,Ira melanjutkan mencabut uban .
Setelah selesai rambut ibunya dirapikan . "Selesai ," kata Ira beranjak dari duduk berjalan ke dapur mengambil air minum lalu meneguknya sampai habis .
Menjelang sore padi yang sudah dijemur di bawa ke tempat penggilingan padi . Setelah menjadi beras padi di masukkan kembali ke dalam karung dan di bawa pulang .
Ira sudah rapih dan bersih . Ia selalu terlihat rapih dan cantik meskipun tanpa makeup , penampilannya sangat simple gaya kuncir kuda menjadi kebiasannya .
Sore itu ia jalan-jalan di sekitar jalan utama melihat pemandangan pegunungan yang indah . Ira bersama Desi dan Okta duduk santai di bangunan tembok perbatasan desa .
"Pemandangan kalau cerah sangat indah ," kata Desi melihat sinar matahari di sebelah barat di sekitar ada awan bergerombol tebal mengitari matahari menambah kesan indah .
" Iya , apalagi kalau di pantai pasti sangat menyenangkan ," sahut Okta .
" Jadi pengen pergi ke pantai ," kata Ira membayangkan keindahan sunset di pantai .
"Kalau sekolah mengadakan piknik ke pantai ikut saja ," kata Desi menimpali .
" Kalau guru-guru punya ide pergi ke sana kalau tidak paling ke tempat terdekat saja ," kata Ira .
"Enak sekali duduk di sini ," kata Seseorang menghampiri mereka .