NovelToon NovelToon
Harem Putri Bunga

Harem Putri Bunga

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Lain / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Sering di-bully, hingga dikirim ke ruangan seorang dosen yang dikenal aneh, dia masuk ke dalam sebuah dunia lain. Dia menjadi seorang putri dari selir keturunan rakyat biasa, putri yang akan mati muda. Bagaimana dia bertahan hidup di kehidupan barunya, agar tidak lagi dipandang hina dan dibully seperti kehidupan sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Cap Darah

"Seharusnya, kau meminta tanah subur, tanah di sampingku yang sebelah kiri itu jauh lebih bagus, juga subur dan luas. Dasar Bodoh! Ya, bagaimana lagi, ibunya saja rakyat jelata, jadi pikiran anaknya pasti juga pendek, setara rakyat jelata. Ini untukmu!" Putri Arunika memberikan sebuah surat tanda terima dengan cap darahnya, melalui pelayannya.

"Karena kau bodoh, butuh tenaga tambahan mengelola tanah tandus berbatu itu, jadi aku hadiahkan kau 5 budak level 1 dan satu budak level 3. Kau bisa pergi ke rumah budak, sudah aku bayar tagihan budaknya, tinggal jemput saja dengan membawa surat tanda terima ini," kata Putri Arunika.

Deana mengambil kertas yang di ulurkan pelayan itu. "Terima kasih Yang Mulia Putri." Deana sedikit membungkuk memberi penghormatan kepada Putri Arunika. Lalu, berdiri tegap kembali disamping Putri Laeouya.

"Terimakasih, Kakak," kata Putri juga.

"Hm, ya. Dan pelayan mu itu besok bisa datang ke istanaku, aku akan memberimu beberapa tumbuhan dan bunga baru, aku mendapatkan bunga baru dari kerajaan Lucifer. Ya sudah, aku tak mau banyak bicara dengan orang bodoh sepertimu!" Putri Arunika pergi meninggalkan Putri dan Deana.

"Deana, lihat rambut hitamnya yang tebal bergelombang itu, lucu dan cantik, dia bagus untuk menjadi calon istri!" kata Putri.

"Yang Mulia Putri, Putri Arunika tidak bisa, anda jangan sembarangan!" Deana melotot.

Putri terkekeh melihat Deana marah. "Putri Arunika itu sebenarnya baik, hanya saja tinggi gengsi, lihat dia sangat perhatian, perkataannya memang terdengar kasar, tapi dia sangat peduli pada kita. Lumayan, ada tambahan orang untuk bekerja!"

"Iya, dari dulu Putri Arunika memang baik, karena ibunya Selir ke-68 juga terkenal baik, Putri." Deana setuju dengan pendapat Putri.

"Ya sudah, kalau begitu, ayo kita segera ke kediaman," ajak Putri.

"Tunggu!" Terdengar suara Jonkolin tergesa-gesa saat Putri dan Deana hendak keluar gerbang.

Langkah Deana dan Putri terhenti di ambang pintu gerbang.

"Ada apa Paman Jonkolin?" Putri menatap pria didepannya yang tampak menghirup nafas banyak karena ngos-ngosan.

"Ah itu, perihal permintaan Yang Mulia Putri, permohonan yang kedua, mari kita ke kediaman saya untuk membuat cap tanda budak dulu, dan mengambil darah putri untuk membuat cap budak," kata Jonkolin.

"Baiklah," balas Putri.

Mereka bertiga pun naik kereta kuda ke kediaman Jonkolin.

"Deana, cap budak itu dibuat? Bukannya sudah tersedia?" Putri bertanya pada Deana.

"Cap budak itu dibuat memakai darah yang mulia, yang dibuat atau tersedia itu, model cap nya. Ngomong-ngomong, yang Mulia Putri sudah punya sketsa cap budak?"

"Saya bahkan tidak tahu, saya pikir itu sudah tersedia."

"Tenang saja yang mulia, Istri saya ada di kediaman, dia akan membantu Anda membuat sketsa dan model cap yang anda inginkan," sahut Jonkolin tiba-tiba.

"Terimakasih Paman Jonkolin, anda sekeluarga sangat baik padaku." Putri tersenyum lebar.

Putri tersenyum senang sendiri. Membayangkan akan memiliki wilayah luas berbatu dan memiliki cap darahnya sendiri.

"Putri Arunika memang tak salah bicara, bahkan mungkin yang lain juga akan berpikir aku bodoh, karena wilayah yang aku minta adalah tanah tandus, berbatu, bahkan banyak tulang monster dan sampah yang dibuang di sana. Namun, di dalam buku yang saya baca, saat Putra Mahkota berumur 17 tahun, dia memberikan tanah itu pada bawahan setianya, bawahannya menjadi kaya raya dan hidup mewah. Banyak barang berharga yang tersimpan disana, yang kedua tempat itu sangat bagus untuk menyembunyikan sesuatu," gumam Putri.

"Malahan, dengan aku meminta tanah batu itu, orang berpikir aku adalah putri lemah, tak berdaya dan benar-benar miskin. Tanah di samping putri Arunika memang subur dan bagus, serta cukup luas, tapi tanah itu bersebelahan dengan putri ke tujuh dan pangeran ke sepuluh, dua orang itu licik, aku tak ingin dekat dengan mereka sedikit pun!" Putri terus bermonolog dengan pikirannya.

Tak terasa, akhirnya mereka bertiga sampai di kediaman Jonkolin. Kediamannya sangat luas, bagus, indah dan tertata rapi. Ya, wajar saja, mereka suami istri adalah bangsawan tinggi, terpandang dan kaya raya.

"Silahkan masuk, Putri." Putri dan Deana masuk ke dalam kediaman Jonkolin. Mereka duduk di ruang tamu.

"Elric, tolong panggil Nyonya, Putri Laeouya sudah datang. Siapkan cemilan dan minuman, putri pemakan tumbuhan dan pelayannya pemakan daging rendah."

"Baik, Tuan Besar." Butler dan Kepala pelayan mengangguk patuh, lalu mereka berdua sama-sama pergi.

Keluarga Jonkolin semuanya pemakan daging murni dan yang bekerja dengannya banyak pemakan daging rendah, hanya sedikit yang pemakan tumbuhan.

"Tunggu sebentar, saya akan mengambil bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan dulu, Putri. Mungkin sebentar lagi, istri saya akan segera menyusul."

"Baik, Paman."

Benar saja, istri Jonkolin pun tak lama muncul bersama beberapa pelayannya. Para pelayan membawa beberapa kotak.

"Yang Mulia, silahkan Anda menggambar pola yang anda inginkan untuk cap, kami akan segera membuatnya, jika anda ragu atau bimbang, saya punya beberapa modulnya, anda bisa melihat model yang disukai." Dia memberikan beberapa sampel sebagai contoh.

Putri melihatnya cukup lama, hingga akhirnya dia melukis sendiri cap yang di inginkan di tempat yang telah di sediakan oleh istri Jonkolin.

Tanda cap melingkar, dikelilingi kobaran api, ditengahnya ada bunga merah. "Aku ingin memberi nama wilayah ku Istana bunga, jadi cap yang akan aku gunakan juga berlambang setangkai bunga," jelas Putri.

"Baik, cap yang menarik dan bagus," balas istri Jonkolin. "Saya undur diri dulu dan akan segera membuat cap budak untuk Anda, Yang Mulia Putri."

Putri mengangguk.

Jonkolin juga sudah datang dia telah meletakkan beberapa alat seperti mangkuk suci terbuat dari emas, air suci dan cawan, pisau emas dan beberapa lainnya.

"Tolong berikan saya darah Anda, Yang Mulia," pinta Jonkolin.

Putri mengulurkan tangannya, Jonkolin melukai ujung jari putri dengan pisau emas, meneteskan ke mangkok, air suci dan cawan, lalu beberapa benda lainnya.

Setelah itu, segera dia ikat oleskan bubuk obat penghenti luka dan diikat dengan kain.

"Saya akan segera mengerjakan ini, mohon Yang Mulia Putri tunggu dulu sambil menikmati hidangan," tawar Jonkolin.

"Terimakasih."

Putri bahkan tertidur setelah makan kenyang, karena pembuatan cap itu rupanya cukup lama.

"Yang Mulia Putri, bangunlah, cap nya sudah selesai." Deana membangunkan putri kecil itu dengan lembut.

Putri Laeouya membuka mata perlahan. Jonkolin dan istrinya tersenyum. "Tidur Anda nyenyak Yang Mulia," sapa mereka. "Cap dan stempel darah sudah selesai."

Jonkolin menyerahkan dua lembar kertas yang sudah di cap raja dan ratu. "Silahkan cap stempel darah di sini yang Mulia dan di sini juga."

"Sekarang anda telah memiliki 60 orang budak darah, 30 laki-laki dan 30 perempuan. 9 prajurit darah, 3 kavaleri, 3 infanteri, 3 sniffer. Lalu, 3 koki darah. Besok silahkan pilih mana yang akan putri berikan cap darah, saya akan menunggu Anda di depan gerbang."

"Oh, saya bisa memilih?"

"Tentu saja," jawab Jonkolin.

"Nah, ini cap darah milik Anda dan stempel darah. Saya membuatkan lebih untuk Anda." Istri Jonkolin tersenyum manis.

"Cap emas dan cap silver. Cara penggunaannya, Anda bisa menusuk dan menyuntikkan isinya sampai sebanyak ini." Wanita itu menunjuk tanda.

"Isi cap ini permata energi yang dihaluskan dicampur dengan beberapa tetes darah Anda. Anda bisa menggunakan cap ini untuk pelayan atau budak yang anda beli, atau budak hadiah. Sementara stempel ini, jika hanya surat biasa, bisa diberi tinta biasa, sementara janji besar, surat penting lebih baik di teteskan darah."

Putri mengambil dua cap itu dan stempel juga. "Terimakasih Tante."

1
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Lina Hibanika
penasaran dengan kelanjutannya,, jangan lama-lama up nya ya author yg baik hati 🤗😉
Rozh: Oke. terimakasih sudah membaca cerita sederhana aku kak🌹🙏🏻
total 1 replies
Lina Hibanika
ceritanya seru
Lina Hibanika
beuh ngaku koki kelas satu,, ga taunya sungguh mengecewakan 😒
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Rozh: Oke. terimakasih sudah membaca cerita sederhana saya ya🌹🙏🏻 semoga suka dan selalu menarik, up nya setiap sore atau malam ya🌹
total 1 replies
Cindy
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!