Jihan Hadid, seorang EO profesional, menjadi korban kesalahan identitas di rumah sakit yang membuatnya disuntik spermatozoa dari tiga pria berbeda—Adrian, David, dan Yusuf—CEO berkuasa sekaligus mafia. Tiga bulan kemudian, Jihan pingsan saat bekerja dan diketahui tengah mengandung kembar dari tiga ayah berbeda. David dan Yusuf siap bertanggung jawab, namun Adrian menolak mentah-mentah dan memaksa Jihan untuk menggugurkan kandungannya. Di tengah intrik, tekanan, dan ancaman, Jihan harus memperjuangkan hidupnya dan ketiga anak yang ia kandung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Jihan membuka matanya dan melihat ruangan yang asing, gelap dan tidak ada ventilasi sama sekali.
"Ada apa ini? Kenapa kita disini?" tanya Jihan dengan wajah kebingungan.
"Jihan, untuk sementara ini kita disini dulu. Kami tidak ingin kamu dalam bahaya lagi." jawab Adrian.
Jihan menggelengkan kepalanya dan ia tidak mau bersembunyi terus.
"Kalian tiga mafia, kenapa malah bersembunyi? Kalau kalian tidak mau mengahadapi mereka. Biar aku saja yang menghadapi Maria, Leonardo dan Ares." ucap Jihan yang kecewa dengan mereka bertiga.
Mereka bertiga menghela nafas panjang saat mendengar perkataan dari Jihan.
"Jihan, ini bukan masalah kami takut atau tidak berani menghadapi mereka. Tapi, kondisi kamu sekarang masih terluka."
Dokter masuk ke dalam saat mendengar Jihan yang bersikeras menghadapi Leonardo dan yang lainnya.
"Jihan, luka tembak kamu masih basah. Jadi, kamu harus istirahat total." ucap dokter.
Jihan terdiam dan akhirnya menuruti perkataan dokter.
"Hanya beberapa hari saja, Jihan. Aku akan menyelesaikannya semuanya." ucap mereka bertiga.
"Baiklah, aku percaya dengan kalian bertiga." ujar Jihan yang kembali merebahkan tubuhnya.
Setelah itu mereka berpamitan kepada Jihan dan sudah ada beberapa anak buahnya yang menjaga Jihan di dalam.
Jihan melihat ketiga calon suaminya yang berusaha membalasnya perbuatan Maria, Leonardo dan Ares.
"Andaikan saja aku tidak terkena luka tembak, pasti aku akan ikut menjambak rambut Maria." ucap Jihan.
Salah satu anak buah David tertawa kecil mendengar Jihan yang bicara seperti itu.
"Nona Jihan, istirahat saja. Tidak usah ikut menjambak Maria." ucap Jose.
Jose mengupas kulit jeruk sambil bercerita tentang mereka bertiga.
"Kamu sudah lama bekerja dengan David?" tanya Jihan.
"Hampir sepuluh tahun," jawab Jose.
Jose memberikan buah jeruk itu kepada Jihan yang kembali bertanya seputar mereka bertiga.
Sementara itu di perjalanan menuju rumah Leonardo.
"Apakah kalian sudah siap?" tanya David yang sedang mengemudikan mobilnya.
"Tentu saja, aku sudah siap." jawab Adrian sambung menyiapkan senjatanya yang baru ia isi dengan peluru
Yusuf juga mengisi peluru ke senapa Laras panjang miliknya.
"Ayo kita selesaikan sekarang,"
David langsung menabrak pagar rumah milik Leonardo.
Maria dan Leonardo yang sedang berada di taman langsung terkejut melihat mobil Adrian menerobos masuk.
Anak buah Leonardo langsung menembaki mobil mereka.
"Hahahah, seru sekali." ucap David dengan tangan kanannya yang menembak mereka.
Peluru berdesing di udara, memecahkan keheningan malam dengan suara memekakkan telinga.
Mobil yang dikendarai David terus melaju, menerobos barisan anak buah Leonardo yang berhamburan panik.
Adrian membuka pintu mobil dan menembak dari sisi kanan, sementara Yusuf yang duduk di belakang dengan cepat membidik satu per satu musuh menggunakan senapan laras panjangnya.
Maria menjerit, berlari ke arah rumah utama dengan tubuh gemetar.
Leonardo tetap di tempat dan memerintahkan anak buahnya untuk menyerang mereka bertiga.
"HABISI MEREKA!!"
Teriakan Leonardo menggema dan puluhan pria bersenjata muncul dari berbagai penjuru rumah.
Namun David, Adrian, dan Yusuf bukanlah mafia biasa.
Mereka adalah legenda yang ditakuti dunia bawah.
David keluar dari mobil sambil menendang pintu, dua pistol di tangannya sudah siap.
“Leonardo!! Saatnya kita akhiri semua ini!” teriaknya.
Sementara itu di ruang bawah tanah rumah sakit, Jihan merasa gelisah. Ia tak bisa berbaring tenang.
Tangannya menggenggam jeruk yang diberikan Jose, namun pikirannya terbang ke pertempuran yang sedang berlangsung.
"Aku tahu mereka kuat, tapi Maria dan yang lainnya orang yang licik."
Jose melihat wajah Jihan yang resah, dan mencoba menenangkannya.
"Tenang saja, Nona Jihan. Mereka para pria sangat marah karena wanita yang mereka cintai disakiti, satu kota pun bisa terbakar."
Jihan yang tidak sabar akhirnya melepaskan selang infusnya dan memakai rompi anti peluru sudah disiapkan oleh Adrian.
"Nona, anda mau kemana?" tanya Jose.
"Ayo, ikut aku."
"Tapi tidak ada mobil, Nona. Adanya motor." ucap Jose yang khawatir dan ingin menahan Jihan agar tidak keluar dari ruang bawah tana.
Jihan mengambil kunci motor yang dipegang oleh Jose .
Mereka berdua keluar dari ruang bawah tanah dan segera menuju ke tempat pertempuran.
Di tempat lain Leonardo mengambil bazoka dan langsung menembak ke arah mobil mereka.
Asap tebal masih menyelimuti halaman luas di depan rumah megah Leonardo yang kini porak-poranda.
Ledakan dari bazoka barusan masih meninggalkan dentuman yang menggema di dada.
Mereka bertiga tergeletak di tanah dan tubuh mereka dipenuhi oleh luka.
Mereka tak bisa bergerak cepat, apalagi melawan.
Di depan mereka, Leonardo berdiri dengan angkuh, senjata masih tergenggam.
Maria tertawa liar, memandang mereka seperti mangsa terakhir.
"Akhirnya ketiga mafia akan berakhir malam ini juga," ucap Maria tertawa terbahak-bahak.
Maria mengatakan kalau seharusnya ia yang hamil anak mereka.
"Tapi sayang, bukan kamu yang hamil. Dan aku bersyukur." ucap David.
Leonardo memukul kepala David sampai tersungkur.
Adrian yang akan menolongnya langsung diam saat Maria mendekat dan menodongkan senjatanya.
"Kamu sangat tampan sekali, Adrian. Tapi sayang semuanya akan berakhir malam ini."
Maria mendekatkan bibirnya ke bibir Adrian dan langsung menciumnya dengan kasar.
Leonardo memanggil anak buahnya dan memintanya untuk segera menghabisi mereka.
Adrian, David dan Yusuf memejamkan matanya disaat melihat senjata mereka sudah berada di hadapannya.
Namun sebelum peluru sempat ditembakkan, terdengar suara raungan keras sepeda motor sport dari kejauhan memecah sunyi seperti sambaran petir.
“BRAAAAK!!!”
Motor berhenti dengan mendadak dan debu beterbangan.
Jihan turun dari motor dengan gesit, helm dilepas, rambut tergerai liar.
Di belakangnya, ada Jose yang sudah dalam posisi menembak.
Wajah Jihan penuh tekad, matanya bersinar tajam seperti peluru yang belum ditembakkan.
Maria tersenyum sinis dan akan menembak Adrian.
Jihan berlari mengambil senjata Adrian dan ia langsung menembak tepat di dada Maria.
"DOOOORRR!!!"
"TIDAK!!" teriak Leonardo saat melihat tubuh Maria terpental ke belakang.
Leonardo akan menarik pelatuk tepat ke arah Jihan sampai akhirnya David melempar pisau yang ia sembunyikan dan terkena tepat di kaki Leonardo.
Anak buah Leonardo langsung menariknya ke helikopter yang telah menunggu mereka.
"David, jangan dikejar!" teriak Adrian saat David akan menyusul.
David menghentikan langkahnya dan ia segera berlari menuju ke arah Jihan.
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya mereka bertiga sambil melirik ke arah Jose.
"Aku disini untuk menyelamatkan ketiga calon suamiku yang akan ditembak oleh Maria." jawab Jihan.
Mereka bertiga langsung memeluk Jihan dan mengajaknya kembali ke rumah sakit.
David meminta Jose untuk memakamkan jenazah Maria ke pemakaman yang layak.
"Kita ke rumah sakit naik apa?" tanya Jihan.
Adrian melambaikan tangannya dan memanggilnya taksi.
"Ayo kita masuk dan segera ke rumah sakit, " ajak Yusuf yang merasakan tubuhnya sakit semua.
Sopir taksi langsung melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit.
