Jangan mampir di masjid ini. Sudah banyak yang mengalaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nama Terakhir yang Haru
1. TURUKI RT06/RW02
2. LESTARI TOKO SEMBAKO
3. JOYO TRUK
4. MBAH JEY
5. TK/SD 03
Nama terakhir bukan hanya satu orang. Tapi banyak saksi mata. Murid-murid TK/SD 03. Dan dari sekian banyak nama yang dipilih oleh Daud. Ini yang paling mengharukan.
Peristiwa ini masih hangat dan belum terlalu tua. Dalam kurun waktu seorang murid TK yang baru lulus lalu sekarang masih awal masuk SD. TK/SD 03 yang menjadi satu dan bernaung di bawah satu lembaga TB, TK, SD dan SMP 03.
Kejadian ini melibatkan anak-anak TK Besar yang kemarin baru saja masuk kelas 1 SD.
Sekitar satu tahun yang lalu. Di siang hari yang begitu terik karena saking panasnya. Mobil rombongan siswa TK 03 yang habis melakukan kegiatan belajar mengajar di luar kelas mengalami apes.
Mereka baru saja pulang dari tempat pemandian kolam renang. Pada saat perjalanan pulang ban mobil mereka kempes dan harus diganti supaya bisa meneruskan perjalanan pulang untuk sampai di sekolah.
Saat pak driver sibuk sedang mengganti ban memakai ban cadangan. Anak-anak dan seorang ibu guru semuanya turun dari mobil untuk berteduh di bawah pohon-pohon rindang yang ditanam di pinggir jalan.
Percakapan Fulan dan Fulan sesama murid TK Besar.
"Ayo kita ke sana?",
"Kemana?",
"Itu ada masjid besar di pinggir jalan raya di seberang jalan",
"Di sana ada banyak penjual mainan",
"Ayo kita pergi ke sana aku mau beli mainan",
Tiba-tiba Fulan berlari untuk menyeberang jalan raya. Fulan yang satunya lagi masih bingung. Ia sama sekali tidak melihat ada masjid besar yang dibilang oleh temannya. Apalagi banyak penjual mainan. Yang Fulan satunya lihat di seberang jalan sana hanyalah kebon dengan pohon-pohon yang lebat dan gelap. Tempatnya lebih terkesan angker.
"Astaghfirullah",
"Innalillahi",
"Ya Allah pak tolong pak tolong",
Ibu guru berteriak histeris. Fulan yang hendak menyebrang jalan tertabrak mobil. Kejadiannya begitu cepat. Mobil yang melintas di jalan raya dengan kecepatan tinggi. Terjadilah tabrak lari.
Fulan yang hendak menyebrang jalan sambil berlari itu meninggal dunia di tempat terjadinya kecelakaan. Ibu guru panik dan histeris. Melihat teman mereka sekarat lalu mati dan bersimbah darah di tengah jalan. Anak-anak TK yang lain semuanya menjadi menangis tak karuan.
Daud dan Edo akan mendatangi rumah seorang ibu guru yang ada di sana sekitar satu tahun yang lalu itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana anak-anak yang lain melihat peristiwa itu?
"Lurus terus masih agak jauh tempatnya Do",
"Bukannya itu TK/SD 03 mas?",
Edo yang menyetir Daud yang membonceng.
"Semenjak peristiwa itu guru perempuan itu masih belum mau kembali mengajar",
"Sepertinya dia mengalami trauma berat yang berkepanjangan",
Sampai lah Daud dan Edo di tempat gadis muda itu sekarang menyibukkan hari-harinya.
"Mau dibungkus atau makan di sini?",
"Makan di sini saja",
"Dua ya mbak pakai telor semua",
Dia sekarang berjualan lontong sayur sama seperti ibunya. Membuka cabang baru yang pertama.
Setelah selesai makan dan tidak lupa membayar Daud mencoba membuka percakapan. Sebagai seorang mantan wartawan Daud tahu cara mencari sela-selanya untuk berkomunikasi kepada seseorang yang sedang dalam tahap recovery trauma paska peristiwa yang mengoyak hati dan jiwa.
"Mbak kami boleh tanya-tanya?",
"Tanya apa masnya mau review makanan?",
"Bukan mbak tapi",
"Tapi apa mas?",
Dia terdiam sejuta bahasa setelah Daud dengan pelan-pelan mengutarakan ingin bertanya tentang kejadian sekitar satu tahun yang lalu. Tentang peristiwa itu.
Ini tidak bisa dipaksakan jika memang dia tidak mau diajak berbicara Daud dan Edo harus pergi.
"Tunggu sebentar mas",
Syukurlah dia memanggil. Daud dan Edo yang sudah naik di atas vespa tua yang belum dihidupkan menjadi turun lagi. Dia mau bercerita.
"Ban mobil kami kempes",
"Jadi terpaksa harus berhenti untuk ganti ban dulu baru bisa lanjut pulang ke sekolah",
"Yang melihatnya bukan hanya satu anak saja",
"Ada tiga anak perempuan lain yang juga mau pergi menyeberang",
"Aku melarang mereka",
"Mereka bilang mau beli jajan di sana",
"Di pinggir jalan raya dekat masjid besar di seberang jalan",
"Aku melarang mereka pergi",
"Tiba-tiba tanpa pengawasanku Fulan sudah terkapar di tengah jalan",
Kalimat-kalimat itu selalu diselingi dengan haru.
"Apakah mbaknya waktu itu juga melihat apa yang sebagian anak-anak itu lihat?",
"Aku sama sekali tidak melihat apa-apa",
"Tidak ada masjid besar di pinggir jalan raya di seberang jalan sana",
"Apalagi penjual jajan dan mainan",
"Di seberang jalan itu hanya ada kebon yang gelap dan menakutkan",