Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 [ Kapan Elgar Sadar ]
"Aku memang tidak berguna!Aku memang sama sekali tidak berguna dan benar kata Mama dan Papa seseorang sepertiku memang tidak berguna! Aku bodoh! Aku memang sangat bodoh!"
Umpatan yang dilayangkan Adara terhadap dirinya sendiri, ia terucap sendiri, meratapi nasibnya seorang diri entah berapa banyak penderitaan yang ia alami, kapan pula penderitaan ini akan berakhir ataukah memang takdir hidupnya sudah jalannya seperti ini.
Dengan berjalan menyusuri anak jalan, hujan yang sangat deras tak menyurutkan langkahnya untuk berteduh, ia tidak perduli sekalipun akan sakit ia sudah tidak peduli.
Jika Adara merasakan sedih akan hatinya yang tidak bisa dimengerti, tak jauh berbeda yang dialami Hendra, dimalam yang dingin waktu bagi setiap orang beristirahat sejenak dengan keluarga, ia yang sudah berkeluarga sampai detik ini ia tak pernah merasakan gimana rasanya diperlakukan layaknya seorang suami oleh seseorang yang kini menjadi istrinya.
"Bik? Dimana Nyonya Sandra?"tanya Hendra pada asisten rumah tangganya.
"Nyonya Sandra belum pulang Tuan, makan malam sudah saya siapkan makanlah,"
"Iya Bik terima kasih."
"Kenapa aku merasa sejak menikah dengan Sandra perlakuannya sangatlah berbeda ketika kita belum menikah? Jika dulu semasa pacaran aku mendapatkan perlakuan baik itu entah dari Sandra ataupun Adara, kenapa kali ini perlakukan Sandra terhadapku tambah semakin tak nampak seperti dulu kenapa aku merasa Sandra seperti sibuk dengan urusannya sendiri tanpa peduli jika ia sudah bersuami?"
Lalu teringat masa lalunya ketika ia masih berpacaran dengan Adara, biarpun Adara yang terlihat lebih menyayanginya dan bucin terhadap Hendra, berbalik Hendra sendiri yang seperti sedang tertekan menjalankan hubungan dengan Adara, kini masalalu itu ia sadar hanya tinggal kenangan yang mungkin tidak mungkin akan bisa terulang kembali.
"Adara ...kenapa sekarang aku jadi memikirkan kamu? Kenapa pula aku jadi memikirkan kehamilanmu?"
Jika Hendra mulai merasakan akan kerinduan terhadap Adara, lain halnya dengan Sandra ia mendatangi apartemen pribadi yang dimiliki Elgar, setibanya.
"Kamu sudah datang?"
Elgar berkata ketika wanita yang ia nanti-nanti telah tiba didepan apartemennya.
"Iya dong masak sih aku bakal abaikan lelaki sepertimu bolehkah aku masuk?"
"Silahkan."
Masuknya Sandra dalam apartemen yang ditempati Elgar, Elgar nampak tersenyum tipis, baru didepan pintu wanita itu memeluk tubuh Elgar dari belakang.
"Apakah kamu tau dua hari tidak bertemu rasanya tubuhku sangat lemah dan membutuhkan belaian darimu ...aku sangat rindu ...."
Namun, sikap manis dan godaan wanita itu nyatanya seperti tak digubris oleh Elgar, sebaliknya ia melepaskan pelukan dari mantan kekasihnya, menyadarinya Sandra mulai gelisah.
"Kenapa? Kamu tidak suka jika aku peluk seperti ini?"goda Sandra dengan aktingnya yang memelas.
"Bukan seperti itu hanya saja setelah aku pikir-pikir tidak baik kalau hubungan kita terus sembunyi-sembunyi seperti ini, aku hanya ingin hubungan kita memiliki status. Kenapa kamu tidak menceraikan suamimu dengan begitu hubungan kita akan semakin membaik, kamu mau kan membina hubungan rumah tangga denganku?"
Mendengar permintaan dari Elgar, mimik wajah Sandra yang tadinya bersemangat kini perlahan pudar seperti tak setuju dengan ide Elgar.
"Bercerai?" Elgar memberikan anggukan.
"Kamu pasti memilih aku kan ketimbang dia?"
"Jujur jika aku disuruh memilih antara mereka aku sendiri tidak tau mana yang harus aku pilih. Jujur pula dua-duanya sangat memberikan keberuntungan kepadaku jika aku sampai memiliki keduanya, tapi ....."batinnya yang bingung.
"Kenapa masih melamun? Apakah kamu tidak ingin hidup berumah tangga denganku?"ujar Elgar bertanya.
"Saat ini aku belum bisa memberikan keputusan, pertama untuk bercerai dengannya itu tidaklah mudah jika tanpa adanya sebab, beri aku kesempatan sekiranya beberapa Minggu untuk memutuskannya tidak apa-apa kan?"
"Baiklah aku bakal beri kamu waktu, aku hanya ingin kamu memikirkan secara matang permintaanku ini." Keduanya lalu kembali berpelukan, tapi hanya Sandra yang merangkulnya.
BERSAMBUNG.
lanjut thor