Dicintai empat orang pria tampan dan kaya adalah keberuntungan seorang perempuan cantik bernama Tania.
Keempat pria berbeda profesi itu bersaing melakukan segala cara untuk merebut perhatian dan mendapatkan cinta Tania.
Persaingan cinta keempat pria itu semakin memanas, saat mereka mengetahui, Tania menyukai salah satu dari mereka.
Hingga suatu hari, Tania yang sudah didesak ibunya untuk segera menikah, buru-buru mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya.
Yuk, baca gimana seru, romantis dan bucinnya para pria ini dalam mengejar cinta Tania.
Kira-kira, siapa yang Tania sukai ya?
Bosnya yang berstatus duda, atau brondong rekan kerjanya? atau Dokter cinta pertamanya ataukah sang mantan kekasih yang aktor terkenal?
Jangan lupa, tinggalkan jejak yang baik dengan like, komen, subscribe dan beri vote serta ⭐⭐⭐⭐⭐ jika kamu suka.
UPDATE KARYA TIAP HARI PUKUL 7.00 WIB dan PUKUL 19.00 WIB. Tetap stay disini, jangan kemana-mana okey 🤭 MAKASIH 😍 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DI CINTA PRIA-PRIA TAMPAN 14
Tania mengusap peluh yang membanjiri dahinya. Meskipun ruang kerja Pak Rudi pakai AC yang full dinginnya, dia tetap keringatan karena pertanyaan Pak Rudi yang teramat sensitif. Raut wajahnya merah padam, ada kegusaran dimatanya.
"Pertanyaan bapak kurang pantas untuk kita bahas." Ujar Tania tampak sangat tersinggung.
"Kurang pantas gimana?" tanya Pak Rudi menatap Tania tajam.
"Ini sangat sensitif, menyinggung privasi saya." Tania menahan gejolak amarahnya yang nyaris mencuat mendengar ucapan Pak Rudi yang akhir-akhir ini bersikap janggal terhadap dirinya.
"Privasi kamu dan privasi Chiko saat ini adalah tanggung jawab saya Tania." Pak Rudi menghela nafas panjang, tatapan matanya berubah sendu.
"Itu tidak ada urusannya dengan masalah kantor pak!" protes Tania karna berpikir pak Rudi mulai bersikap arogan.
"Saya tahu, tapi kalian berdua bukan cuma karyawan buat saya. Kamu adalah wanita yang istimewa dimata saya dan Chiko. Chiko..., Chiko sudah seperti adik saya sendiri." Pak Rudi menelan ludah, sulit untuk menjelaskan siapa Chiko sebenarnya pada Tania.
"Apa bapak tidak suka saya bekerja disini lagi? Bapak seolah sengaja mencari kesalahan saya dan Chiko dengan mengungkit privasi kami berdua." Tuduh Tania mencurigai sikap Pak Rudi yang berubah drastis semenjak tadi pagi.
"Kamu salah paham Tania. Saya cuma khawatir kamu bergaul terlalu dekat dengan Chiko." Pak Rudi sibuk mencari alasan yang makin membuat Tania makin tak mengerti dengan sikap pimpinannya yang biasanya tegas dan tak pernah berbelit-belit memutar kata.
"Bapak tak perlu cemas tentang hubungan saya dan Chiko. Antara kami tidak terjadi hal-hal buruk yang bisa mencoreng nama baik perusahaan." Jelas Tania mengusir kegundahan pak Rudi yang sejak tadi pagi dihantui rasa takut Tania dan Chiko berbuat hal yang tidak diinginkan saat menginap dihotel.
"Syukurlah, tidak terjadi hal yang buruk diantara kalian. Mulai hari ini, lebih baik kamu jauhi Chiko. Jangan terlalu dekat dengan anak itu. Saya takut, dia akan bertindak lebih jauh padamu." Entah mengapa, hati Pak Rudi belum bisa tenang jika Tania masih berdekatan dengan Chiko.
"Itu urusan saya, bukan urusan bapak. Saya yang lebih berhak menentukan dengan siapa saya akan bergaul. Saya justru lebih waspada sama bapak ketimbang Chiko." Tania masih ingat, perlakuan dan kata-kata Pak Rudi dirumah kontrakannya kemarin.
Tidak tertutup kemungkinan, pria itu saat ini ingin mengekangnya mencampur aduk urusan pribadi dengan pekerjaan.
Pak Rudi jadi bungkam teringat perbuatannya kemarin yang jadi agresif terhadap Tania.
"Maaf kalau kemarin saya sedikit lancang padamu." Ucap Pak Rudi dengan nada melemah.
Sungguh ia bingung harus bersikap bagaimana dihadapan Tania. Perempuan itu seakan tak mau memberi ruang sedikitpun agar ia bisa mendekatinya.
"Saya ragu, bapak bersungguh-sungguh minta maaf pada saya. Saya yakin, ada sesuatu yang bapak sembunyikan dari saya. Tapi saya tak mau membahas itu disini. Saya ingin jadi karyawan yang profesional, bisa membedakan tempat mana urusan kantor dan mana urusan pribadi. Saya permisi pak, kerjaan saya masih banyak." Ungkap Tania tegas.
Seketika raut wajah Pak Rudi memerah, jadi malu sendiri karena kehilangan jati dirinya disebabkan rasa cemburu yang bergelora.
Setelah berucap begitu, Tania langsung pergi, keluar dari ruangan Pak Rudi dengan wajah masam tanpa senyuman.
Pak Rudi yang sedari pagi menghadapi dua perdebatan sengit, jadi galau memikirkan sikapnya yang menimbulkan masalah. Biasanya dialah yang selalu jadi penengah dan menyelesaikan masalah, tapi kali ini dialah yang menciptakan masalah tersebut.
Penyesalan menghimpit perasaannya, dia menyesal telah menyuruh seseorang untuk memata-matai Chiko yang ketahuan menyewa kamar hotel dan menginap bersama Tania.
Chiko benar, harusnya dia lebih fokus memikirkan Chantika putri kecilnya yang kurang kasih sayang seorang ibu dari pada mengurus perasaan cintanya yang sedang tumbuh berkembang pada Tania.
"Maafkan daddy Chantika. Daddy terlalu egois." Pak Rudi mengusap wajahnya kasar dan menatap layar ponselnya yang menampilkan wajah imut Chantika yang cantik dan menggemaskan.
*****
Perang dingin antara Pak Rudi, Chiko dan Tania ternyata berkelanjutan hingga tiga hari kemudian. Pak Rudi lebih sering bertapa dalam ruangan kerjanya dan tak banyak bicara kecuali sangat mendesak dalam hal pekerjaan.
Pimpinan perusahaan Tania itu, kembali pada diri asalnya yang selalu profesional dalam pekerjaan dan tegas dalam mengambil sikap.
Tania pun juga mulai membatasi dirinya dan menjaga jarak dari Chiko yang jadi kelimpungan merasa tak punya kesalahan namun seringkali dicuekin Tania saat dikantor dan di luar jam kantor.
Ditegur atau tidak ditegur Pak Rudi, bagi Chiko bukanlah masalah berat. Yang sangat berat itu adalah ketika dirinya di abaikan Tania selama berhari-hari. Satu hari saja Chiko kelimpungan, apalagi tiga hari. Chiko sudah tahan ingin menggoda Tania sang pujaan hati.
"Tania! Tunggu!" Chiko berlari mengejar Tania yang baru saja melangkah keluar untuk pulang setelah jam kerja usai.
Tania tak menggubris panggilan Chiko. Dia bersikap seolah-olah tuli tak mendengar suara Chiko yang memanggilnya. Tania melirik jam tangan mungil yang melingkar manis di sebelah tangan kirinya. Masih ada waktu sepuluh menit lagi.
Tania mendesah pelan. Waktu itu cukup lama untuk menunggu. Hari itu Tania sudah ada janji dengan Zyan. Jadwal ketemuan yang dijanjikan Zyan minggu lalu, hari ini akan terlaksanakan. Zyan sudah berjanji untuk menjemputnya ke kantor saat pulang kerja.
"Tania, kamu sengaja budek ya!? Aku udah cape teriak-teriak tapi nggak didengerin. Ada apa denganmu? Kenapa kamu cuekin aku terus? Aku salah apa sih?" cecar Chiko memberi banyak pertanyaan saking penasaran dengan sikap Tania yang berubah menutup diri padanya.
Tania meniup helaian rambutnya kesal. Makhluk aneh menyebalkan seperti Chiko benar-benar mengganggu kehidupannya. Jujur Tania ingin hidup tenang tanpa gangguan.
Apalagi saat ini hatinya sedang berbunga-bunga menunggu kedatangan Zyan yang ia dambakan. Kehadiran Chiko lagi-lagi merusak moodnya. Sungguh sangat menyebalkan.
"Tania! Kamu dengar nggak sih!?" desak Chiko tak sabaran melihat Tania yang berdiri mematung dipinggir jalan sambil sesekali melirik jam seolah menunggu seseorang.
"Tan, kamu janjian sama siapa?" Chiko jadi curiga.
"Bukan urusanmu!" sahut Tania ketus.
Wajah Chiko seketika merah padam. Hatinya mulai gelisah melihat Tania yang terlihat terus memandang kearah sebelah kanan ruas jalan tanpa mau melihat ke arahnya sama sekali.
CIIITT...
Bunyi ban mobil berdencit dihadapan mereka membuat Chiko jadi penasaran dengan siapa pengendara mobil itu. Seraut wajah tampan milik Zyan, terlihat tersenyum manis dari balik kaca mobil yang ia turunkan secara perlahan.
"Zyan!" Tania meloncat kegirangan ketika mengetahui siapa pengendara mobil yang berhenti mendadak itu.
Zyan bergegas turun dari mobil dan menghampiri Tania.
"Yuk, berangkat!" Ajak Zyan menarik tangan Tania agar segera masuk ke dalam mobilnya.
Entah apa yang ada dalam benak Chiko, tiba-tiba ia ikut memegang tangan Tania kuat, seolah mencegah Tania yang sudah siap-siap pergi, masuk kedalam mobil Zyan.
"Jangan pergi Tania!" ucap Chiko sendu, menahan Tania.
Sejenak suasana pun jadi tegang karena kedua tangan Tania berada dalam genggaman dua orang pria tampan.
.
.
.
Kira-kira apa yang terjadi? Apa mereka bakal ribut lagi?
BERSAMBUNG
YUK,, LANJUT BACANYA,, TETAP SEMANGAT BACA 💪
Jangan lupa like, komen, subscribe, vote, gift atau ⭐⭐⭐⭐⭐ kalau kamu suka ya 🤗
MAKASIHH🥰😍❤️🌹