NovelToon NovelToon
The Land Of Methera

The Land Of Methera

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Isekai / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: lirien

WARNING!!
Kita akan berkelana ke Dunia Fantasi, Karena itu, ada beberapa lagu yang akan di rekomendasikan di awal cerita untuk membawamu ke sana. Putarlah dan dengarkan sembari kamu membaca >>

___
Di sebuah kerajaan, lahirlah dua putri kembar dengan takdir bertolak belakang. Satu berambut putih bercahaya, Putri Alourra Naleamora, lambang darah murni kerajaan, dan satu lagi berambut hitam legam, Putri Althea Neramora, tanda kutukan yang tak pernah disebutkan dalam sejarah mereka. kedua putri itu diurus oleh Grand Duke Aelion Garamosador setelah Sang Raja meninggal.

Saat semua orang mengutuk dan menganggapnya berbeda, Althea mulai mempertanyakan asal-usulnya. hingga di tengah hasrat ingun dicintai dan diterima sang penyihir jahat memanfaatkannya dan membawanya ke hutan kegelapan. Sementara itu, Alourra yang juga berusaha mencari tahu kebenaran, tersesat di tanah terkutuk dan menemukan cinta tak terduga dalam diri Raja Kegelapan, makhluk yang menyimpan rahasia kelam masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Graclle Sang Penyihir Kerajaan Eamora

"Aku akan mengajarimu," ujar Graclle mantap.

"Benarkah? Kepala sekolah?" tanya Alourra tak percaya, matanya membulat harap.

"Tapi aku tak janji ini akan berlangsung cepat," ujar Graclle sambil menatap lurus ke dalam mata Alourra. "Mengendalikan sesuatu yang sering lepas kendali... butuh waktu. Paling cepat adalah satu tahun. Apa kau siap?"

"Aku siap. Asal aku tak melukai orang lain, aku siap," ujar Alourra penuh tekad.

"Baiklah. Hari ini, aku akan mengajarimu menata aliran manamu agar tidak saling bertabrakan."

Alourra mengangguk dan bersedia. Mereka mulai.

Graclle memandu Alourra perlahan, mengajarkannya merasakan aliran mana dalam dirinya, menata, menenangkan, dan mengatur arah setiap energi sihir yang mengalir dalam nadinya. Hingga Alourra, untuk pertama kalinya, bisa merasakan suhu tubuhnya berubah-ubah mengikuti getaran energi sihir yang ia sadari berasal dari dalam dirinya sendiri.

Dari pagi hingga langit mulai menampakkan senjanya, Alourra berlatih keras. Dan akhirnya, meskipun hanya satu langkah kecil, ia berhasil menata mananya. Baru menata, namun itu adalah langkah pertama yang paling sulit.

"Baiklah. Manamu sudah teratur. Coba, lepaskan satu per satu elemen yang kau inginkan. Pusatkan dari dalam hati, pikirkan apa yang ingin kau munculkan... biarkan itu mengalir ke tanganmu, lalu lepaskan," perintah Graclle dengan sabar.

Alourra menutup mata. Ia memusatkan diri, lalu mengikuti arahan. Dan benar saja, satu per satu, ia mulai bisa memunculkan elemen-elemen itu, meskipun masih terasa sulit dan sangat menguras tenaga.

"Itu cukup untuk hari ini, Alourra. Aku akan menunggumu besok pagi sebelum matahari terbit di altar depan Akademi Stevia," ujar Graclle, puas namun tetap waspada.

"Baik, saya permisi dulu," ujar Alourra, memberikan hormat sebelum melangkah meninggalkan ruangan itu. Ia berjalan kembali menuju asrama.

...· · ─ ·𖥸· ─ · ·...

Alourra tiba lebih dulu di kamar asrama. Suasana di dalamnya sunyi "Althea belum kembali" gumamnya. Ia duduk di tepi ranjang, menunduk menatap telapak tangannya. Kegelisahan terlukis jelas di wajahnya. Napasnya pelan, seolah mencoba menenangkan gejolak dalam dada. Dengan gerakan hati-hati, Alourra memusatkan konsentrasi, seperti yang diajarkan Graclle padanya bagaimana memanggil kristal elemen dalam diri.

Perlahan, cahaya samar muncul dari telapak tangannya. Tujuh elemen mengambang, berpendar lembut dalam wujud miniatur yang berkilau di udara rasanya tak percaya jika selama ini, kekuatan itu mengalir dalam darahnya.

“Air,” bisiknya. Seketika, segumpal gelembung bening melayang tenang di atas tangannya.

“Alam.” Warna gelembung berubah kehijauan, membentuk daun semanggi mungil yang menari di tengahnya.

“Cahaya.” Gelembung itu berganti rupa lagi, menjadi bola bercahaya kekuningan, hangat dan lembut.

Alourra terus fokus, mencoba menyentuh satu per satu aliran mana yang tersimpan di tubuhnya. Ia begitu larut, tak menyadari langkah seseorang mendekat.

“Alourra, aku ingin memberitahumu sesuatu…”

Suara itu mengejutkannya. Seketika, bola-bola sihir di tangannya menghilang. Althea berdiri di ambang pintu, matanya membulat namun bukan karena terkejut, melainkan takjub.

“Kau sedang menggunakan sihir? Tadi itu sihir, kan? Tunjukkan lagi! Ayo, perlihatkan padaku!” Althea langsung berlari ke sisi kakaknya, antusias.

“Maaf, Althea… tidak bisa.” Alourra menghindari tatapan adiknya, suara lirih penuh penyesalan.

“Kenapa tidak? Ayolah, kakak, hanya sebentar saja,” Althea membujuk, tak menyerah.

“Tenanglah, Althea,” ucap Alourra lembut, tapi ada ketegasan di baliknya. “Aku tak bisa memperlihatkannya... Aku takut akan menyakitimu.”

Althea mengerutkan dahi. “Kenapa bisa begitu?”

“Aku belum mampu mengendalikannya. Jika sihirku tiba-tiba meledak... kau bisa terluka.”

“Apa sebahaya itu?” tanyanya, kini lebih serius.

Alourra mengangguk pelan. “Karena itulah, mulai besok, aku akan belajar langsung pada Kepala Akademi. Beliau tahu tentang kekuatanku... dan betapa berbahayanya bila kekuatan ini tak terkendali.”

“Beliau sendiri yang akan mengajarimu?” Althea tercengang.

“Ya... Beliau memanggilku hari ini karena itu. Beliau khawatir kekuatanku akan mencelakakan orang lain.”

“Lalu... sampai kapan kakak akan belajar?” tanya Althea lagi. Tatapannya meredup.

“Setahun, paling cepat. Itu pun jika aku berhasil menguasainya.” Alourra menunduk, suaranya nyaris tak terdengar. “Maafkan aku, Althea... Aku tak bisa bersamamu selama semester ini. Mungkin kita akan jarang bertemu…”

“Jadi... Selama latihan sihir kakak juga tak akan kembali ke asrama?” bisik Althea.

Alourra menggeleng lemah. “Sepertinya tidak. Aku pun tak menyangka kekuatan ini begitu berbahaya. Tapi aku tak ingin menyakitimu, Althea. Aku tak ingin menyakiti siapa pun.”

Kata-kata itu nyaris membuat air mata Alourra tumpah, namun ia bertahan. Ia tak boleh tampak lemah di depan adiknya.

Tiba-tiba, Althea menggenggam tangannya erat. “Tak apa, kakak. Lihatlah aku.” Ia tersenyum, kecil tapi menguatkan. Alourra mendongak, menatap mata adiknya.

“Aku sudah besar. Aku bisa menjaga diriku sendiri,” kata Althea mantap. “Lagipula… bagaimana kalau aku minta diajari juga? Dengan begitu, kita tak perlu berpisah.”

“Diajari sihir? Kau yakin itu mungkin?” tanya Alourra, kaget.

“Eumm... kalau belum dicoba, kita tak akan tahu, kan?” sahutnya riang. Ia bangkit, mengambil mantel. “Aku pergi sekarang. Siapa tahu beliau memperbolehkan.”

“Althea—” panggil Alourra, mencoba mencegahnya.

1
anggita
like👍 iklan👆, moga novelnya lancar.
anggita
iri 😏
anggita
visualisasi gambar tokoh dan latar belakang tempatnya bagus👌
Nanachan: wah trimakasih banyak kak, jadi makin semangat 🫰🫶
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!