⛔ jangan plagiat ❗❗
This is my story version.
Budayakan follow author sebelum membaca.
Oke readers. jadi di balik cover ungu bergambar cewek dengan skateboard satu ini, menceritakan tentang kisah seorang anak perempuan bungsu yang cinta mati banget sama benda yang disebutkan diatas.
dia benar-benar suka, bahkan jagonya. anak perempuan kesayangan ayah yang diajarkan main begituan dari sekolah dasar cuy.
gak tanggung-tanggung, kalo udah main kadang bikin ikut pusing satu keluarga, terutama Abang laki-lakinya yang gak suka hobi bermasalah itu.
mereka kakak-adik tukang ribut, terutama si adik yang selalu saja menjadi biang kerok.
tapi siapa sangka, perjalanan hidup bodoh mereka ternyata memiliki banyak kelucuan tersendiri bahkan plot twist yang tidak terduga.
salah satunya dimana si adik pernah nemenin temen ceweknya ketemuan sama seseorang cowok di kampus seberang sekolah saat masih jam pelajaran.
kerennya dia ini selalu hoki dan lolos dari hukuman.
_Let's read it all here✨✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisyazkzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
•Identitas lain•
Zyle marah, menendang keras loker sepatu. Emosinya benar-benar naik, bagaimana tidak? Ini ketiga kali ia menemukan sepatunya ditempel dengan lem di dalam loker.
"Ah dasar orang bodoh! Iseng! Siapa sih yang lakuin ini?! Zyle mengerutkan alis. "Dasar t*lol!"
kejadian pertama, Zyle cukup kesal. Tapi gadis itu memutuskan tidak ambil peduli, dan pulang dengan sendal yang dibelinya dari minimarket sebelah.
Dipikir kejadiannya cukup sampai situ. Diluar prediksi ternyata si pelaku kembali berulah keesokan harinya. Zyle sampai keliling kelas bahkan menanyakan Brian.
Tapi tidak ada hasil. sialnya hari ini pun si pelaku lagi-lagi melakukan hal yang sama persis. Zyle menjadi frustasi. "CK...apaan sih? Dia nggak punya kerjaan lain apa?!"
Gadis itu melihat sekitar, kelas-kelas sudah hampir kosong semua. Tapi ada Biya berjalan kesini.
"Biya!" panggil Zyle.
Biya mendekat. "Apa?"
Zyle menyuruhnya duduk dulu. "Bi, Lo tau gak siapa yang dari kemarin ngerjain gue? Lo piket kan?"
"iya gue piket...." gumam Biya pelan. "Zyle...Lo enak ya.."
Zyle menatap heran. "enak apanya?" jelas-jelas kan sekarang ia lagi kesusahan.
Biya terus menunduk sambil memainkan jari. "Lo punya banyak temen...mereka baik sama Lo...sering jajan bareng."
Zyle terdiam. Bingung dengan arah pembicaraan.
Biya mengangkat kepalanya. "bahkan..."
"tahun kemarin Lo bisa sedekat itu sama kak Devano sampe Lo benar-benar disayang... sekarang Lo juga Deket kan sama Najinu?"
tidak ada jawaban. Entahlah harus bilang apa. Zyle benar-benar tidak menyangka.
Setelah berkata begitu, Biya langsung berdiri dan pergi dari hadapan Zyle.
Zyle hanya termenung sejenak, tak lama kemudian dia berjalan tanpa alas kaki lagi sampai ke minimarket sebelah.
"Neng lagi suka gali kuburan Deket sini? Sendalnya ilang terus ya." Abang kasir membercandainya.
Zyle yang mukanya sewot itu mengacungkan jempol sambil berkata pendek, "Y."
saat keluar dari pintu minimarket, tiba-tiba ada Najinu di parkiran menunggu dengan motornya. "Zyle! Ayo pulang!"
Zyle cemberut, berjalan diseret. Sudah rambutnya berantakan, lengan jaket digulung-gulung, ditambah pakai kaos kaki bersandal jepit.
Najinu tertawa terbahak-bahak. "apa-apaan penampilan itu?"
Zyle menggebuk ranselnya. Emosi. "ini gara-gara orang sialan yang selalu me-lem sepatu gue di loker!"
"sepatumu di lem? siapa yang usil begitu?" tanya Najinu, memakaikan Zyle helm.
"yang pasti dia bakal gue kubur hidup-hidup." Zyle berkali-kali menonjok telapak tangan sendiri.
Belum selesai ngomelnya, Najinu sudah memacu motor secepat kilat. Karena rumah mereka tidak jauh, sampainya jadi sangat cepat.
Zyle segera turun. "Thanks ya." katanya dengan ekspresi wajah masih sama seperti tadi.
Najinu merasa ada yang aneh. Biasanya saat turun dari motor, Zyle punya kebiasaan berdiri dulu kemudian melompat turun. dan narsis dulu sebelum pulang seperti bilang, "Gila gue keren banget!" "iyalah gue mah bisa." dan semacam itu, tapi kali ini, lompat saja tidak.
"Kenapa ya..."
***
"Zyle, kenapa gak makan? Gak suka?" bunda menegurnya setelah duduk sepuluh menit di meja makan tanpa menyentuh sepiring nasi tim ayam favorit sang empu.
"ya.." sahut Zyle lemas. Dari siang belum makan sampai malam sekarang.
"kenapa sih kamu? Biasanya berisik. Kenapa? Apa kamu baru telfonan lagi dengan kakakmu?" tanya bunda. Hafal mati dengan kebiasaan Zyle yang selalu murung setelah menghubungi Ren sesekali, efek kangen.
"nggak. Mana ada."
Zyle malah berdiri. "bunda, Zizi mau keluar sebentar ya. Ke Deket lapangan aja."
Tentunya bunda melarang. Anaknya yang nakal itu lalu beralih ke ayahnya.
"Ayah, Zyle mau keluar."
"Apa yang mau kamu beli? Ayah bisa memesannya lewat aplikasi." kata Ayah.
Zyle menggeleng. "Pokoknya Zyle ada urusan. Mau keluar sebentar ya!" gadisnya sudah berlari keluar lewat pintu belakang, ayah hanya tertawa kecil.
Jalanan perumahan agak sunyi. bahkan suara hentakan langkah Zyle terdengar di sepanjang tempat. ia kesal, karena saat pulang dibonceng Najinu tadi menemukan lem yang sama yang sepertinya digunakan untuk menempel sepatunya di loker. Tak bisa dibiarkan, ia ingin menegurnya sekarang juga ke rumah Najinu.
Zyle terus berjalan sampai rumahnya. Namun kali ini rumah itu terasa redup dan suasananya aneh. Zyle mendekat ke gerbang, samar-samar ia malah mendengar suara bentakan dan teriakan seseorang dari dalam sana.
"Najinu....awas Lo...gue bantai.." gumam Zyle, nyaris menekan bell di samping gerbang.
'BRAK!'
Tahu-tahu Najinu keluar begitu saja menggeser gerbang dengan kasar. Ia tidak melihat Zyle di samping karena agak gelap.
Zyle terdiam, bingung. Kenapa Najinu seolah mengeluarkan suara isakan? Dia juga menunduk sampai rambutnya menutupi matanya.
"Najinu!" panggil Zyle.
Najinu agak tersentak kaget, menoleh. "Zyle..."
"Najinu Lo kan yang-"
Tiba-tiba dia berlari, Zyle mengejarnya dan menemukan lagi Najinu sedang duduk meringkuk di tengah lapangan basket gelap-gelap.
"Najinu, jujur deh...Lo kan yang iseng sama gue?" tanya Zyle sambil mendekat, siap-siap menendang bokongnya.
Tapi gadis itu berhenti, karena pertama kali ia melihat Najinu menangis. Pipinya merah dan ada darah di bibir.
Zyle menatap heran, "Lo nangis?" "Eh, Najinu kan ganteng~kenapa menangis~??" goda Zyle, seketika lupa rencana untuk membantai Najinu.
"Zyle.....aku...aku.." Najinu terisak tambah dahsyat, saat ini ia seperti anak anjing yang disakiti.
"Lo kenapa? Cerita sama gue." alih-alih menghajar, Zyle mendadak jadi psikolog, padahal satu dunia tahu dia bukan pendengar yang baik.
"aku capek, Zi...aku..." Pemuda tanggung itu mulai menatap Zyle, tampangnya benar-benar minta dipeluk. Seluruh wajahnya yang putih bening itu memerah.
"Cup-cup dedek...." akhirnya Zyle ngalah, duduk di sampingnya sambil menepuk-nepuk punggung Najinu. "mukanya kayak anak ayam."
"sebentar ya, gue mintain obat dulu sama pak satpam." kata Zyle, berdiri lagi kemudian berlari cepat ke pos pak satpam yang tidak jauh dari lapangan basket.
Najinu terdiam, mulai tenang. Meskipun heran kenapa minta obat ke pak satpam bukannya ke apotik atau semacamnya. Zyle selalu aneh.
hanya beberapa detik dia datang kembali membawa cotton bud yang dioleskan obat dan penutup luka tiga buah.
gadis itu tersenyum. "Nah sini obatin dulu."
Najinu jadi merasa bersalah. Memandangi Zyle yang tumben sekali mau membantu.
"Apa liat-liat? Lo nangis kenapa ganteng?" Goda Zyle usil. "jadi mirip bayi."
meskipun tidak tahu penyebabnya, Zyle merasa kasihan dalam hati. Ternyata Najinu juga bisa menangis selain memperlihatkan senyumnya yang hangat itu.
Najinu menggenggam pinggir celana Zyle yang bermotif kodok imut. "kamu kenapa kesini?" tanyanya dengan suara parau.
"Ng-nggak apa-apa. Mau main aja." jawab Zyle. Urung menyampaikan niatnya soal pembantaian.
Najinu terus menatap lekat kedua mata Zyle saat gadis itu menempelkan penutup luka di pipinya.
"ckckck...Lo habis dicium apa sampe memar parah begini?..." Gumam Zyle heran.
"aku bisa cerita kapan-kapan....Zyle, terimakasih. Sudah malam, pulang saja." kata Najinu. "mau aku antar?"
Zyle tidak menghiraukan omongan Najinu, malah mengeluarkan hp dan membuka kamera, menyalakan flash. "Sini foto dulu, muka bayik Najinu!!" gadis itu tertawa lebar.
bukan titik kamera yang dilihat Najinu sama sekali, begitu Zyle melihat hasil fotonya sambil berjalan pulang, pandangan Najinu benar-benar melekat pada dirinya. Tatapan itu seperti tokoh utama pria di drama-drama saat melihat si tokoh perempuan.
Zyle mendadak geli. Malah tertawa.
***
"Mana Najinu?"
Keesokan harinya di sekolah, Zyle tidak melihat batang hidungnya sama sekali setelah kejadian misterius itu. Firasatnya buruk.
"Aduh! berisik banget!" seru Zyle, Brian pagi-pagi mulai usil lagi.
"Gila ya?"
Jane pun tak kelihatan di bangku. masuk ke anggota OSIS membuatnya sering sibuk akhir-akhir ini.
"Woi! Ada kelas olahraga renang sekarang!" seru Caca, si ketua kelas hot berkacamata.
Zyle mendengus malas, memang kelas olahraga di akhir pekan selalu tidak seru. Tapi setidaknya bisa keluar dari ruangan membosankan ini.
Kolam renangnya terletak di samping jogging track dekat halaman utama, disana mereka terkadang melakukan lari maraton estafet. Kali ini jadwal renang kelas Zyle.
Semua anak kelas berjalan kesana bersama guru olahraga, Bu Ava.
kolam renangnya luas. Diberi garis-garis pembatas antara laki-laki dan perempuan. Berenang bergantian dan memakai pakaian renang yang diberikan sekolah agar tidak ada yang memakai pakaian terbuka.
Sebelumnya semua murid berganti pakaian di ruang loker secara terpisah, termasuk Zyle yang padahal benci pelajaran olahraga tapi sekarang malah paling pertama siap.
Gadis itu sekilas melihat beberapa anak cewek sedang mengerumuni Biya, entah apa lagi yang mereka lakukan padanya. tapi kali ini Zyle tidak menegur dan lewat begitu saja.
beberapa jam setelah pelajaran renang utama selesai, para murid diperbolehkan berenang bebas selama dua puluh menit. Kebanyakan anak cewek buru-buru membilas badan agar antrian tidak semakin mengular panjang.
Zyle santai berenang, menyelam sendirian. Selain dia di kolam, hanya ada Biya yang memojok.
"Biya! Sini! emang enak sendirian begitu?" seru Zyle dengan nada bicara meledek, tentu cuma bercanda.
"Lo bisa berenang kan? Lomba yuk!"
Biya mendekat, wajahnya kelihatan murung dan lusuh. "Lo gak bilasan?" tanya Biya.
Zyle tetap berenang gaya katak sambil menyembur air. "nanti."
Tiba-tiba saja ada sesuatu yang menarik gadis itu dari belakangnya dengan benda keras, terasa seperti kalung besi atau rantai kecil, Zyle meronta-ronta, namun benda itu semakin mencekiknya sampai perlahan-lahan Zyle melemas dan kehilangan kesadaran di dalam air saat menyelam.
tidak ada yang melihat. Zyle mengambang dalam keadaan tak bernafas.
***