Li Bao Jia, Selir Pertama Putra Mahkota Dinasti Ming, dicopot gelarnya serta di cerai oleh sang putra mahkota setelah melahirkan putra pertama mereka karena dituduh melakukan kudeta terhadap kerajaan.
Ayahnya yang merupakan mantan Jenderal peperangan sejak zaman kepemimpinan Raja sebelumnya di tuntut hukuman mati.
Bao Jia yang baru saja kembali ke kediamannya dengan berbagai macam hinaan dan cemoohan, tiba-tiba mendapatkan serangan dari pasukan kerajaan, semua anggota keluarganya dan pengikut setia ayahnya dibantai.
Adik kesayangannya, Li wang-shu dibunuh dengan kejam, sementara di detik-detik terakhir hidupnya Ia melihat, Pamannya, Li Tuo-li tersenyum dan berkata, "Akhirnya Kamu yang terakhir. selamat tinggal ****** kecil!"
Diantara hembusan nafas terakhirnya, Bao Jia bersumpah, Jika Ia bisa mengembalikan waktu, maka Ia tidak akan pernah menjadi selir putra mahkota, Ia akan mendengarkan nasihat Ayahnya dan tetap bersama keluarganya.
'Tolong Beri Aku kesempatan!' jeritnya dalam hati!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Kesepakatan
Bao Jia sedang dalam perjalanan menuju kediaman orangtuanya.
Sudah hampir 6 bulan, semenjak Ia menikah dengan Wang Huang-Fu, Ia belum pernah sekalipun pulang ke rumah. Jadi, hari ini suasana hati Bao Jia sedang dalam keadaan baik.
"Hai, bayi! Kakek pasti akan senang bertemu denganmu untuk pertama kalinya! Kita akan tinggal di rumah kakek selama beberapa hari, Kamu tidak boleh rewel dan menyusahkan orang-orang disana, mengerti?"
Bao Jia mengelus perutnya yang mulai menonjol. Kemudian pikirannya kembali melayang pada kejadian kemarin sore.
Flashback on
"Bantuanku? Bantuan apa?"
Huan-Ran mengangkat sebelah alisnya. Tatapannya yang tadinya ramah berubah menjadi sinis.
"Aku tahu, Kamu pasti bertanya-tanya, tapi ini tidak ada hubungannya dengan istana, Aku ingin mengobati Ayahku"
"Ayahmu?"
"Ya, Kamu tahu bahwa Ayahku bukanlah orang yang lemah. Ayah menjadi panglima perang Kekaisaran ini sejak masih muda. Ayahku adalah Pemuda yang berbakat, bahkan Ayahku bisa mencapai ranah nascent soul tercepat dari anggota klan Kami. Ia adalah pria terkuat di klan kami. Tapi, jika Aku tidak salah menghitung, sudah hampir setahun ini Ayahku mulai sakit-sakitan. Tepatnya beberapa bulan sebelum Aku menikah dengan Yang Mulia Putra Mahkota"
Bao Jia menatap Huan-Ran yang mendengarkannya dengan seksama.
"Lanjutkan..."
"Aku merasa, ada yang meracuni Ayahku secara perlahan"
Huan-Ran melebarkan matanya, cukup terkejut dengan pernyataan Bao Jia.
"Aku mencurigai seseorang, tapi tentu saja Aku tidak memiliki buktinya. Jadi, Aku ingin meminta bantuanmu untuk membantuku membuktikan kecurigaanku"
"Bagaimana caranya?"
"Seperti yang Kamu ketahui, Aku akan pulang ke rumah Ayahku dan tinggal di sana selama beberapa hari. Selama itu, Aku akan mencari tahu serta mengumpulkan semua makanan/minuman yang Ayahku konsumsi. Dan, kemudian akan memberikan sampel nya padamu untuk di pelajari"
"fu-fu-fu, Kakak ipar, Bukankah Kamu terlalu impulsif jika langsung mempercayaiku begitu saja? Kita bahkan baru bertemu 2 kali"
"Aku tahu, Tapi Aku tetap akan menuruti kata hatiku bahwa Kamu bisa dipercaya"
Bao Jia kembali menatap Huan-Ran, Pemuda itu tersenyum kecil lalu berkata,
"Baiklah, Karena Kamu percaya padaku, Aku setuju. Tapi...." Huan-Ran melirik pelayan-pelayan yang berdiri disana, kemudian memberikan kode pada Bao Jia untuk menyuruh Mereka meninggalkan ruangan itu.
"Selain Liang Yi, tolong semuanya tunggu di luar paviliun"
"Baik!" Jawab para pelayan itu serempak, kemudian meninggalkan ruangan itu satu persatu.
Setelah memastikan Mereka semua sudah benar-benar pergi, Huan-Ran melanjutkan ucapannya,
"Untuk menghindari kecurigaan orang lain terhadap komunitas Kita, sebaiknya kita tentukan tempat yang lebih aman. Karena Paviliun Delima ini masih berada di kawasan istana, dan selalu ada mata-mata"
"Aku mengerti... Tapi dimana..."
"Museum Zhijin, Kita bertemu di Museum Zhijin 2 hari lagi"
"Mmh. Baiklah. Aku setuju. Terima kasih"
"Jadi, Apa imbalanku untuk kesepakatan Kita ini?"
"Apa permintaanmu? Jika Kamu benar-benar membantuku, Aku akan usahakan semaksimal mungkin untuk membantumu juga"
Ucap Bao Jia dengan mantap.
Mendengar jawaban Bao Jia, Huan-Ran merasa puas. Dia pun berkata,
"Aku akan memikirkannya nanti. Tapi, Aku akan membantumu dengan sungguh-sungguh, bagiku membuat janji sama seperti menggadaikan nyawa. Aku tidak akan mengingkarinya"
Bao Jia mengangguk. "Aku memutuskan untuk percaya pada janjimu itu"
Huan-Ran mengangguk seraya tersenyum. Bao Jia memandang pemuda di depannya dengan perasaan berkecamuk. Ia sudah mendapatkan 1 bantuan, urusan imbalan, Jika Ayahnya setuju, asalkan Ia dan keluarganya selamat, Ia bersedia menyerahkan klan Bintang Emas pada Huan-Ran.
Flashback off .
"Selir Li Bao-Jia telah tiba!!!!" Seru pengawal yang mendampingi perjalanan rombongannya menuju kediaman Keluarga Li.
Bao Jia yang tengah termenung segera tersadar, Ia membuka tirai tandunya, Dan melihat Ayahnya beserta adik dan para bibi nya sudah berdiri menyambutnya di depan pintu utama.
"Ayah..."
Mata Bao Jia memerah. Ia teringat kenangan kelam di kehidupan sebelumnya, setelah lama berpisah dari Ayahnya semenjak tinggal di istana, pertemuan pertama Mereka saat itu malah menjadi pertemuan terakhir sebelum keluarganya dibantai.
Kali ini, Ia bisa melihat Ayah dan adiknya lagi, Hatinya sudah sangat puas. Rasanya seperti mendapatkan kembali keberuntungan yang telah dr curi.
Bao Jia turun dari kereta tandunya, kemudian setengah berlari menuju Ayahnya.
"Nyonya, pelan-pelan, Anda sedang mengandung"
Ucap Liang Yi mengingatkan. Namun Bao Jia tidak menurutinya. Ayah dan adiknya masih hidup, bagaimana bisa Ia menahan diri untuk tidak segera memeluk Mereka?
"Ayah!!!"
Bao Jia menghambur ke pelukan Li Qibo seraya menangis tersedu-sedu. Li Qibo tentu terkejut, Ia tahu bahwa Bao Jia merindukannya, perasaannya juga sama. Tapi, tangisan Bao Jia seolah-olah menggambarkan Mereka sudah berpisah selama ratusan tahun.
"Hahaha, Putriku yang manis. Kenapa Kamu menangis seperti itu? Kamu seperti sedang menangisi jenazahku"
"Ayahhh!!!" Tangis Bao Jia semakin pecah. Sementara Tuan Li Qi-bo malah terkekeh.
"Sudah, sudah. Jangan menangis. Ini adalah saat-saat yang membahagiakan, Ayo Kita masuk dan makan bersama sambil bercerita!"
Bao Jia mengangguk dengan semangat. Kemudian Ia melirik Wang-shu yang juga menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
Bao Jia memeluk adik semata wayangnya itu dengan erat.
Momen seperti ini, Ia bisa mengalaminya lagi, sungguh keajaiban yang harus di syukuri. Bao Jia menjadi semakin bertekad untuk merubah jalan takdir di kehidupan ini. Ia akan berjuang untuk menyelamatkan keluarganya. Ayah dan Adiknya.
Serta menghukum para penghianat dan penjahat dibalik pembantaian keluarganya agar mendapatkan hukuman yang pantas!
Bersambung