Di tahun 2036, dua agen elit Harzenia Intelligent Association (HIA), Victor dan Sania, mendapatkan tugas khusus yang tak biasa: mudik ke kampung halaman Victor. Awalnya terdengar seperti liburan biasa, namun perjalanan ini penuh kejutan, ketegangan emosional, dan dinamika hubungan yang rumit
Sejak Kekaisaran jatuh hanya mereka God's Knight yang tersisa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emperor Zufra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14:Love and Hope
Hari itu pun tiba—Operasi "Darurat Orson" resmi dimulai Pihak aliansi awal-awalnya mengirimkan agen-agen mereka dulu untuk memantau situasi sebelum memulai perang alhasil di itulah agen² seperti:Victor, bersama beberapa agen dari Geomardo Imperial dan Skyland, menyusup ke Pulau Orson dengan misi menyelamatkan Sania. Sebagai ketua sekaligus pemimpin negara Harzenia, Victor memimpin langsung operasi ini. Turut serta dalam tim penyusup adalah Agen Xyn Silitwagi dari Geomardo, Agen Adolf Eichmann dari Kekaisaran Imperial, dan Agen Takamura dari Skyland. Mereka membawa 30 prajurit gabungan dari keempat negara tersebut.
Setelah menempuh perjalanan seharian penuh menggunakan kapal kecil—demi menghindari radar penjagaan Abyss—mereka akhirnya tiba di perairan sekitar Pulau Orson. Di tengah perjalanan, kapal mereka sempat dicurigai oleh pihak Abyss. Beruntung, Xyn dan Takamura berhasil memalsukan kode izin masuk pulau dengan sangat meyakinkan. Alhasil, mereka pun berhasil memasuki Pulau Orson tanpa perlawanan berarti.
Di Pulau Orson, Victor memerintahkan seluruh tim untuk berpencar: mencari Agen Sania, mengumpulkan informasi, dan melaporkannya kembali kepada aliansi. Namun, di tengah misi yang menegangkan itu, Victor tak bisa menyembunyikan kerinduannya pada Sania—hingga nyaris kehilangan fokus.
Sehari sebelumnya.
"Bentar, bagaimana caranya kita bisa menyusup ke pulau itu? Bukankah penjagaannya ketat banget?" tanya Agen Takamura, terlihat ragu.
"Ya, ada benarnya juga. Bagaimana kita bisa masuk?" timpal Victor.
"Well," ucap Komandan Wedge, "kita akan masuk dari wilayah utara pulau—daerah yang paling minim penjagaan. Selain itu, kita akan menggunakan kapal curian milik Kekaisaran Abyss yang dulu pernah disita oleh pihak aliansi."
"Tunggu, apa? Kita pakai rongsokan itu?" sahut Eichmann dengan tidak percaya.
"Ya, mau bagaimana lagi? Cuma itu yang kita punya. Ikuti saja perintah," ujar Xyn dengan nada datar.
Ternyata benar—kapal yang mereka gunakan untuk menyusup ke Orson adalah kapal lama milik Kekaisaran Abyss, yang telah lama dicuri dan disimpan oleh pihak aliansi empat negara.
Kembali ke Pulau Orson, Aliansi kembali menyusup ke salah satu fasilitas milik Kekaisaran Abyss. Namun, saat sedang mencari informasi, mereka tertangkap oleh salah satu prajurit musuh. Kejar-kejaran pun tak terhindarkan demi mencegah penyusupan mereka terbongkar.
Dalam kekacauan itu, mereka melihat sebuah objek raksasa melayang di langit. Itu adalah Exekutor II, kapal angkasa super besar milik Kekaisaran Abyss.
Victor terdiam, terkejut—dia mengenali bentuk kapal itu. Itu adalah versi yang jauh lebih besar dari senjata yang pernah ia hadapi di Rusia, bertahun-tahun silam.
"Look at the size of that thing!" seru Takamura dalam bahasa Inggris, melongo tak percaya.
"…Itu…" gumam Victor, matanya membelalak.
"Exekutor—pesawat yang dulu melenyapkan Irlandia," kata Eichmann dengan wajah pucat.
Setelah berhasil menangkap dan membunuh prajurit Abyss yang mengejar mereka, tim segera melaporkan temuan tersebut kepada pimpinan aliansi: Jenderal Cassian Rydan. Laporan itu menyebutkan bahwa Kekaisaran Abyss tengah membangun Exekutor baru dengan ukuran yang jauh lebih besar dari pendahulunya.
Mendengar hal itu, kekhawatiran di tubuh aliansi pun meningkat drastis. Jenderal Cassian segera memerintahkan investigasi lebih lanjut mengenai kapal tersebut.
Namun, belum sempat mereka bergerak jauh, tiba-tiba sekelompok penduduk lokal mengepung mereka. Anehnya, bukan musuh yang menyerang kali ini—melainkan warga sipil.
Tanpa peringatan, sebuah jaring besar dijatuhkan, menjebak Victor dan para agen lainnya. Mereka terjerat dan tak bisa bergerak, lalu digelandang oleh para penduduk menuju tempat yang tidak mereka ketahui.
Di tempat para warga itu...Victor dan para agen lainnya dibawa ke sebuah tempat yang dijaga ketat. Mereka diinterogasi langsung oleh pemimpin komunitas tersebut. Dalam keadaan terikat, Victor berusaha menjelaskan bahwa mereka bukan musuh, melainkan agen dari aliansi yang ingin membantu, bukan untuk menyerang atau menghancurkan tempat ini.
Namun, sang pemimpin tidak langsung percaya pada ucapan Victor dan rekan-rekannya. Ia mencurigai mereka sebagai mata-mata atau pasukan khusus dari Abyss yang menyamar. Karena itulah, ia berniat mengeksekusi seluruh kelompok itu.
Mendengar keputusan itu, Victor berniat berubah ke wujud The Kid, namun usahanya gagal. Alat transformasinya telah disita oleh warga saat mereka ditangkap. Tak bisa berbuat apa-apa, Victor hanya bisa pasrah, begitu pula dengan para agen lainnya yang kini hanya bisa berdoa dalam hati Tepat sebelum eksekusi dilakukan, tiba-tiba seorang wanita datang dan menghentikan semuanya.
"Tunggu! Jangan eksekusi mereka!" serunya lantang.
Wanita itu bernama Waguri. Ia maju ke hadapan pemimpin dan meminta agar mereka tidak membunuh kelompok Victor.
"Karena... salah satu dari mereka adalah kawan lamaku," ucap Waguri pelan namun tegas.
Pernyataan itu membuat semua agen aliansi kebingungan.
"Kau tidak mengingatku? Takamura... ini aku, Waguri," ucap Waguri dengan pipi yang memerah malu.
Semua mata langsung tertuju pada Takamura.
"Kau kenal wanita ini?" tanya Xyn curiga.
"Hei, jawab, Takamura," desak Eichmann yang masih bingung.
Takamura mengernyit, menatap Waguri dalam-dalam. "Waguri...? Aku... aku tidak mengenalmu," jawabnya jujur.
Tanpa aba-aba, Waguri melangkah maju dan langsung mencium Takamura di depan semua orang. Seluruh tempat mendadak hening. Para agen terkejut bukan main.
"Sekarang ingat?" tanya Waguri sambil tersenyum.
Takamura terdiam, matanya berkaca-kaca. "Kau... Kukira kau sudah...," gumamnya tak percaya.
Waguri pun memeluk Takamura dengan erat dan berkata, "Iya... Aku masih hidup."
Ia kemudian menjelaskan semuanya kepada mereka. Waguri ternyata adalah tunangan Takamura yang telah dinyatakan hilang lima tahun lalu dalam insiden kapal tenggelam. Semua orang mengira dia sudah meninggal. Tapi ternyata, ia selamat dan selama ini tinggal di komunitas tersembunyi di Pulau Orson.
Mendengar penjelasan itu, pemimpin komunitas yang sebelumnya hendak mengeksekusi mereka pun luluh. Ia mengampuni kelompok Victor dan memutuskan untuk memberikan tempat tinggal sementara bagi mereka.
Keesokan harinya, para agen berkumpul di tempat pemimpin warga sipil tersebut untuk membahas apa yang sebenarnya terjadi di Pulau Orson. Pemimpin itu pun mulai menjelaskan semuanya.
Dulu, Pulau Orson adalah tempat wisata yang indah dan ramai dikunjungi banyak orang. Namun, semuanya berubah sejak kedatangan Abyss dua tahun yang lalu. Sejak saat itu, Kekaisaran Abyss menguasai pulau ini dan menjadikannya sebagai pangkalan utama setelah perang di daratan Eropa berakhir. Meskipun perang telah usai, Abyss tetap mempertahankan kekuasaannya di Orson dan menjadikannya sebagai benteng terakhir mereka.
Tak lama kemudian, Victor bertanya tentang pesawat raksasa yang mereka lihat sebelumnya. Sang pemimpin pun kembali memberikan penjelasan.
“Pesawat itu,” ujar sang pemimpin, “telah dikerjakan sejak dua tahun yang lalu. Namun, proyeknya tertunda karena kekalahan Abyss dalam perang. Hingga kini, pesawat itu belum selesai dibangun.”
Ia juga menjelaskan bahwa pesawat itu dilindungi oleh perisai energi yang dipancarkan dari sebuah menara besar. Menara itu memancarkan sinar pelindung yang membuat pesawat tidak bisa diserang dari luar. Lebih buruknya lagi, menara itu juga memiliki sistem pelindung dari dalam, yang berarti satu-satunya cara untuk menghancurkannya adalah dari dalam menara itu sendiri.
Mendengar penjelasan tersebut, para agen aliansi tampak tegang. Ketakutan mereka mulai tumbuh. Bayangan kelam tentang senjata pemusnah massal kembali menghantui dunia. Jika Exekutor II benar-benar selesai dibangun, maka ancaman global akan kembali muncul, lebih mengerikan dari sebelumnya.
Agen Xyn segera melaporkan penemuan tersebut kepada markas aliansi yang berada di Kota Vichy. Di sana, setelah menerima laporan, pihak aliansi segera mengadakan rapat darurat untuk membahas ancaman ini.
Hasil dari rapat tersebut pun mengejutkan: aliansi memerintahkan penghancuran menara pelindung sebagai prioritas utama—dan memutuskan untuk mengabaikan misi penyelamatan Sania.
Mendengar keputusan itu, Victor tampak tidak senang. Wajahnya tegang dan penuh amarah. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa aliansi memilih mengorbankan Sania demi menghancurkan senjata itu.
Beberapa jam setelah keputusan aliansi…Victor berdiri di luar bangunan tempat para agen beristirahat. Matanya menatap langit yang perlahan mulai menghitam. Angin laut dari Orson berhembus pelan, tapi tak mampu meredakan gejolak di dalam dadanya. Ia menunduk, mengepalkan tangan.
Aliansi sudah memberi keputusan: fokus menghancurkan menara pelindung, dan melupakan Sania.
"Sania... Aku tidak akan meninggalkanmu," gumamnya lirih.
Sebelum Takamura Pergi dia sempat bertemu dengan Waguri untuk berbincang-bincang Dan memberikan Pesan untuknya.
"Hei Waguri kau masih mencintai ku?"
"Tentu"
"hei dengar Waguri kalau aku tidak kembali atau selamat tolong kau ingat, aku sebagai Sahabat bukan kekasih"
"kenapa?"
"Karna aku tidak ingin kau Bersedih karna kehilangan pasangan tapi bersedih karna kehilangan teman Karna aku tak ingin kau tidak menikah, aku ingin kau bahagia jadi kalau aku mati menikah lah dengan yang lain"
"aku tak ingin menikah dengan yang lain aku ingin menikah dengan mu Takamura"
"huh ya doakan saja aku selamat kalau tidak kau harus ikuti apa yang ku katakan tadi"
"tapii.."
"Aku ingin Keturunan mu kelak akan Menjadi penerus dan Generasi yang berguna untuk masa depan"
"Ini tidak masuk akal kenapa kau ingin aku menikah dengan orang lain?"
"ya itu cuma akan terjadi kalau aku tidak selamat, kan sudah ku bilang aku tidak ingin kau Menderita aku ingin kau bahagia itu kenapa aku meminta mu mencari jodoh selain aku jika aku tidak selamat"
Waguri tak bisa menahan air matanya dia pun mencium Takamura dengan Penuh Cinta kemudianTakamura pun berpelukan dengan Waguri untuk Terakhir kalinya sebelum dia bergabung dengan pasukan dan agen².
Satu per satu pasukan aliansi mulai bergerak. Mereka berbaris menuju utara, tempat menara pemancar berada. Xyn, Adolf Eichmann, dan Takamura ikut dalam barisan itu. Namun, sebelum mereka terlalu jauh, Victor memanggil mereka.
"Xyn, Eichmann, Takamura... Aku tidak ikut."
Ketiganya berhenti, menoleh ke belakang dengan tatapan bingung.
"Apa maksudmu?" tanya Eichmann dengan nada tajam.
"Aku... memilih untuk menyelamatkan Sania," jawab Victor tegas.
"Apa kau gila? Ini perintah langsung dari dewan tertinggi! Kita harus menghancurkan pelindung itu dulu, baru mencari Sania setelahnya!" bentak Takamura.
"Tidak. Kalian tidak tahu siapa Sania bagiku... Dia lebih dari sekadar rekan. Aku tak bisa membiarkannya disiksa atau dibunuh saat aku ada di sini hanya untuk menghancurkan menara. Aku tak sanggup..." ucap Victor, matanya mulai berkaca-kaca.
Xyn mendekat, menepuk bahu Victor dengan lembut.
"Aku tahu kamu peduli... Tapi kau harus paham risikonya. Jika pesawat itu aktif, bukan hanya Sania, tapi seluruh dunia akan hancur."
Victor menatap Xyn dalam-dalam. "Dan jika kita kehilangan kemanusiaan kita demi dunia yang katanya ‘selamat’—apa bedanya kita dengan Abyss?"
Tak ada yang bisa membantah kata-katanya. Sunyi. Hening.
Akhirnya, Takamura menghela napas berat. "Lakukan apa yang menurutmu benar, Victor. Tapi jangan mati sia-sia."
Victor hanya mengangguk, lalu berbalik dan pergi dengan cepat ke arah timur pulau—ke arah fasilitas tempat Sania terakhir diketahui ditahan.
Saat pasukan aliansi bergerak ke menara…
Victor berlari sendirian di tengah bayang-bayang reruntuhan bangunan, menghindari patroli Abyss. Di tangannya, hanya ada peta tua hasil curian dari markas warga yang menunjukkan struktur bawah tanah pulau. Jika beruntung, Sania masih hidup. Dan jika tidak…
"Setidaknya aku mencoba..."
Langkahnya tak berhenti. Di saat aliansi sibuk melawan menara pelindung, Victor memulai misinya sendiri—misi penyelamatan gila, berbahaya, dan penuh ketidakpastian.
Namun satu hal pasti: ia tak akan membiarkan Sania menghadapi semuanya sendirian.
beralih Di Kompleks Fasilitas Penjara Bawah Tanah, Victor berjongkok di balik puing-puing dinding yang setengah runtuh. Jantungnya berdetak kencang, napasnya dikendalikan. Dari balik celah, ia mengintip dua penjaga Abyss bersenjata berat yang sedang berbicara di depan gerbang besi besar.
Ia membuka gelang taktisnya—versi modifikasi dari alat komunikasi HIA. Layar hologram kecil muncul, menampilkan denah kasar fasilitas bawah tanah. Sel isolasi berada di kedalaman Lantai -3, dan kemungkinan besar Sania ada di sana.
“Oke, fokus. Tidak boleh gagal.” bisik Victor dalam hati.
Ia merayap ke sisi bangunan, menyelinap ke celah ventilasi yang terbuka. Dengan tubuh yang telah terlatih dan penuh determinasi, ia bergerak seperti bayangan di tengah reruntuhan dunia yang dilanda perang.
Setelah itu Ia berhasil turun menggunakan lorong servis yang hampir terlupakan, melewati generator tua yang masih berdengung. Saat melewati koridor, ia melihat sel-sel kosong—mungkin dulunya tempat penyiksaan para agen yang tertangkap.
Namun, saat ia mencapai Lantai -2, sirene mulai berbunyi samar.
“Intruder detected... sector 2...” suara robotik menggema di dinding logam.
Victor mempercepat langkah. Ia tahu waktunya terbatas.
Di salah satu belokan, ia bertemu dengan seorang penjaga Abyss. Tanpa banyak bicara, Victor langsung menerjang. Mereka bergulat. Tinju, lutut, dan suara logam berdentum saat kepala penjaga membentur dinding. Tubuh penjaga itu roboh.
Victor mengambil kartu akses dari tubuh penjaga, lalu berlari menuju akses ke Lantai -3.
Di Lantai -3, Udara di sini lebih dingin. Lampu-lampu merah berkedip pelan. Di tengah lorong yang sepi, terdengar suara samar—seorang wanita, batuk pelan... menangis?
Victor mempercepat langkah. Dia mengikuti suara itu, lalu menemukan sel berjeruji tebal, dan di dalamnya...Sania.
Penuh luka, rambutnya acak-acakan, tangan terikat rantai. Tapi matanya masih bersinar—walau penuh kesakitan.
“Sania!” Victor menghampiri, memanggil lembut.
Sania membuka matanya perlahan. “Vic...tor...? Kau... datang?”
“Selalu.”
Victor menghancurkan kunci sel dengan kartu akses dan membuka pintu. Ia berlari, memeluk Sania meski tubuh gadis itu lemah. Ia tak kuasa menahan air matanya.
“Aku pikir... aku akan mati sendirian di sini...” ucap Sania lirih.
“Tidak akan kubiarkan itu terjadi. Tidak pernah.”
Tapi momen haru mereka tak berlangsung lama.
ALARM BERBUNYI NYARING.
Suara derap langkah prajurit terdengar dari ujung lorong. Mereka ketahuan oleh pihak musuh.
Victor menarik Sania ke pundaknya. “Pegang erat. Kita harus keluar dari sini sekarang.”
Di saat yang sama, di tempat lain di Pulau Orson, Pasukan aliansi yang dipimpin Xyn dan Takamura berhasil mencapai perimeter luar menara pelindung. Pertempuran sengit meledak. Sementara Eichmann memimpin serangan frontal, Xyn menyusup ke ruang kontrol untuk mencari cara menonaktifkan sistem dari dalam.
Namun, tak satu pun dari mereka tahu bahwa Victor—pemimpin kelompok dari Harzenia—sedang bertaruh nyawa, menyelamatkan seseorang yang sudah dianggap lebih dari sekadar partner.
Di sisi lain Pluto yang berada di dalam Exekutor ll pun mengetahui Serangan di Menara Dan di Penjara yang membuat nya harus turun tangan menghadapi Para agen² Itu
"Dasar Merepotkan" ucap Pluto
Sebelum dia meninggalkan Exekutor ll dia berubah ke Wujud Phoenix nya dia terbang menuju Lokasi Untuk menghadapi mereka.
Bersambung.....
.hai salam kenal/Good/
bab nya panjang sekali