NovelToon NovelToon
Jangan Pernah Bersama

Jangan Pernah Bersama

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Clara Moestopo menikah dengan cinta pertamanya semasa SMA, Arman Ferdinand, dengan keyakinan bahwa kisah mereka akan berakhir bahagia. Namun, pernikahan itu justru dipenuhi duri mama mertua yang selalu merendahkannya, adik ipar yang licik, dan perselingkuhan Arman dengan teman SMA mereka dulu. Hingga suatu malam, pertengkaran hebat di dalam mobil berakhir tragis dalam kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya. Tapi takdir berkata lain.Clara dan Arman terbangun kembali di masa SMA mereka, diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya… atau mengulang kesalahan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 13.Senang bertemu.

Beberapa hari kemudian, suasana rumah sakit terasa lebih hangat dari biasanya. Sinar matahari sore menembus jendela besar ruangan VIP lantai tiga, memantul lembut di dinding putih. Clara tengah membantu mamanya berkemas seperti melipat pakaian, membereskan obat-obatan, dan memastikan semua dokumen sudah siap di tangan Lukman.

“Jadi… hari ini Mama sudah boleh pulang, ya?” tanya Clara dengan nada lega, sambil tersenyum cerah.

Luna mengangguk, matanya berkaca-kaca. “Iya, Nak. Akhirnya bisa pulang setelah berminggu-minggu di sini. Mama sudah kangen rumah.”

Lukman tersenyum hangat, membantu memapah istrinya berdiri. “Pelan-pelan saja, jangan buru-buru.”

Lukman yang berjalan dibelakang Luna, ia mendorong kursi roda istrinya dengan pelan. Sedangkan Clara berjalan disamping mamanya sambil membawa beberapa barang yang harus dibawa pulang, melihat kebersamaan ayahnya dan mamanya Clara bahagia ia merasakan kehangatan keluarga mereka.

Mereka bertiga berjalan beriringan ke arah lift. Mereka berjalan bertiga menyusuri koridor panjang rumah sakit yang kini mulai lengang. Saat mereka menunggu di depan lift, suara ramai terdengar dari ujung lorong,sebuah rombongan keluarga baru datang, tampak dari pakaian mahal dan beberapa pengawal berpakaian rapi yang mengiringi.

Clara menoleh sekilas dan matanya terbelalak. Ia mengenali sosok yang berjalan di tengah dia adalah Finn berjalan bersama kakek dan neneknya.

Clara terkejut melihat Finn bersama dengan sepasang kakek dan nenek yang pernah ia tolong itu.

Untuk apa bocah badung itu berjalan bersama kakek dan nenek dikamar samping mama, sebaiknya aku pura-pura tidak kenal saja. suara hati Clara.

Clara lalu memalingkan wajahnya dari keluarga Finn, “Mama, ayah ayo cepat masuk pintu lift sudah terbuka! ”

Orang tua Clara tidak curiga dengan maksud Clara, mereka menuruti permintaan Clara dan masuk setelah melihat pintu lift terbuka.

Setelah masuk Clara berusaha menutup pintu lift dengan buru-buru agar mereka tidak satu lift dengan keluarga Finn, “Ayo cepat..! ”gumamnya dengan suara pelan sambil terus menekan tombol lift.

Pintu lift pun mulai tertutup, dan saat akan tertutup tiba-tiba saja sepasang tangan dari orang berjas hitam menghalangi pintu lift tersebut. “Silakan tuan dan nyonya masuk kedalam. ”

Clara pun segera memalingkan wajahnya dari Finn, tapi saat didalam lift awalnya tenang tiba-tiba ayah Clara mengenali kakek Finn.

“Tuan, Morgan? ”Tanyanya yang terkejut melihat sosok pemimpin grup LM.

“Tuan mengenal saya? ”

“Tentu saja, siapa di kota ini tidak kenal pemimpin LM. perkenalkan saya Lukman moestopo ceo PT. Mandiri yang dulu pernah berkerjasama dengan anak perusahaan anda”

Lukman pun mengulurkan tangannya dengan sopan didepan kakek Finn, kakek Finn senang dengan sikap ramah ayah Clara.

Saat kakek Finn memperkenalkan keluarga nya, sikap Finn acuh tak acuh dengan ayah Clara hanya senyum biasa yang ia anggap hanya seperti pengemis yang meminta kebaikan kakeknya.

Tapi setelah Lukman memperkenalkan keluarga nya, Clara tertunduk menyapa kakek dan nenek Finn berserta Finn.

“Salam kenal kakek! ”ucap Clara yang tertunduk berusaha menutupi dirinya didepan Finn.

Semua mata penasaran tertuju pada putri Lukman, kakek pun mengenali Clara yang sudah menyelamatkan istrinya.

Kakek Morgan menatap Clara dengan mata membulat. Sekilas, raut wajah tuanya tampak terkejut, tapi kemudian berubah menjadi lembut dan penuh kehangatan.

“Bukankah kamu… gadis yang waktu itu menolong kami?” suaranya tenang, tapi cukup untuk membuat semua orang di dalam lift menoleh pada Clara.

Clara tersentak. Ia mendongak perlahan, senyum gugup terpaksa ia tampilkan. “Ah… i-iya, Kek… itu cuma kebetulan saja waktu itu,” jawabnya tergagap, berharap lift segera tiba di lantai dasar.

Nenek Morgan tersenyum lembut, menepuk tangan Clara pelan. “Oh, nak, dunia memang sempit sekali ya! Waktu itu jika tidak ada kamu, mungkin nenek tidak bersama kakek.”

Clara tersenyum kikuk, matanya melirik sekilas ke arah Finn yang kini menatapnya tajam. Bocah itu menyilangkan tangan di dada, alisnya terangkat dengan gaya menyebalkan khas dirinya.

“Jadi, kamu ternyata yang menyelamatkan kakek dan nenek ku?” tanya Finn dengan nada sedikit mengejek.

Clara langsung menghindari tatapan itu, berusaha tenang. “Aku cuma kebetulan menolong kakek dan nenekmu waktu itu,aku juga tidak tahu mereka adalah keluarga mu.”

Finn menyipitkan mata, senyum miringnya muncul. “Kalau begitu,berikan saja uang atau beberapa saham perusahaan kita saja kek, aku tidak suka berutang budi pada nenek cerewet.”

Clara berusaha menahan emosinya didepan keluarga nya dan keluarga Finn, anak ingusan ini minta dihajar!.

Suasana di dalam lift yang semula hangat, seketika berubah dingin menekan. Ucapan Finn barusan seperti petir di siang bolong,begitu menusuk telinga, membuat kakek dan nenek Morgan menatap cucunya dengan pandangan terkejut dan malu.

Clara yang sejak tadi berusaha bersabar, akhirnya menggenggam erat tas di tangannya. Wajahnya memerah menahan amarah. Ia sempat melirik ke arah ayah dan ibunya,Lukman tampak menahan diri untuk tidak menegur, sementara Luna hanya menatap dengan khawatir.

Melihat raut wajah keempat orang tua itu, membuat Clara tidak tahan dengan ejekan Finn.

Clara menghembuskan napas panjang, lalu menatap Finn lurus-lurus.

Suaranya tenang, tapi tajam seperti pisau yang diselipkan di balik senyum sopan.

“Wah, ternyata benar kata orang… semakin tinggi hidung seseorang, semakin rendah cara bicaranya.aku tidak kira kakek dan nenek terlihat baik hati dan lembut,mimpi apa punya cucu seperti dirimu.”

Finn yang tadinya masih tersenyum sinis, kini mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”

Clara menegakkan badan, sorot matanya berani menantang. “Aku bilang, kamu boleh punya uang, boleh punya nama besar, tapi itu semua bukan hasil kerja kerasmu, kan? Itu semua hasil kerja kakek dan nenekmu. Jadi berhentilah bersikap seolah kamu lebih tinggi dari orang lain, padahal kamu cuma numpang nama.”

Hening.

Bahkan suara napas semua orang di dalam lift terdengar jelas.

Finn terdiam, wajahnya menegang, matanya membulat tak percaya bahwa gadis itu berani bicara sekeras itu di depannya.

Clara melanjutkan, kali ini nadanya dingin tapi mantap, “Dan satu lagi… aku menolong kakek dan nenekmu karena kemanusiaan, bukan karena ingin dibayar. Tapi kalau kamu berpikir semua hal di dunia ini bisa diselesaikan dengan uang atau saham, berarti kamu belum pernah benar-benar belajar jadi manusia.”

Nenek Morgan langsung menutup mulutnya, menahan senyum kecil yang terselip di antara keterkejutan. Kakek Morgan menatap Clara penuh kagum jarang ada anak muda yang berani bicara begitu jujur, bahkan di depan keluarga besar LM.

Sementara Finn, yang biasanya selalu menang di setiap debat, kali ini benar-benar kehilangan kata-kata. Wajahnya memerah, bukan karena marah saja, tapi juga karena malu. Ia menunduk, rahangnya mengeras, tapi tak bisa membalas satu pun kata Clara.

Suara ting dari lift menandakan mereka sudah tiba di lantai dasar.

Pintu terbuka, namun tak seorang pun langsung keluar. Clara menatap singkat ke arah kakek dan nenek Morgan, lalu menunduk sopan.

“Permisi, Kek, Nek. Sekali lagi, saya senang bisa bertemu. Semoga nenek cepat pulih sepenuhnya.”

Dengan tenang, Clara melangkah keluar, diikuti kedua orang tuanya. Aura percaya dirinya masih terasa bahkan setelah punggungnya menghilang di balik pintu.

Finn hanya berdiri mematung, masih memikirkan kata-kata gadis itu.

Kakek Morgan menatap cucunya tajam, lalu berkata pelan namun penuh makna,

“Dengar itu, Finn. Kekayaan bisa kamu warisi, tapi rasa hormat harus kamu perjuangkan sendiri.”

“Sepertinya gadis itu lawan sepadan cucu kita. ”

“Siapa namanya?. ”

“Clara.., namanya Clara moestopo. ”nada bicara Finn terdengar kesal mendapat ceramah dari Clara yang tidak selevel darinya.

Finn menunduk makin dalam, tak sanggup menatap siapa pun.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia kalah. Dan yang membuatnya bungkam… adalah gadis bernama Clara Moestopo.

1
Putri Ana
thorrr lanjuttttt dong.🤭
Putri Ana
lanjutttt thorrr 😭😭😭😭😭😭😭
penasaran bangetttttttt🤭
Putri Ana
bagussss bangettttt
Putri Ana
lanjutttttttttytttttttttt thorrrrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!