Vexana adalah seorang Queen Mafia, agar terbebas dari para musuh dan jeratan hukum Vexana selalu melakukan operasi wajah. Sampai akhirnya dia tiba di titik akhir, kali ini adalah kesempatan terakhirnya melakukan operasi wajah, jika Vexana melakukannya lagi maka struktur wajahnya akan rusak.
Keluar dari rumah sakit Vexana dikejutkan oleh beberapa orang.
"Ibu Anne mari pulang, Pak Arga sudah menunggu Anda."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Temani Aku Tidur
Vexana mencoba mengusir rasa aneh yang mulai berkembang di dada, tapi rasa itu justru makin terasa nyata.
Jantungnya berdetak cepat, tak seperti biasanya. Ada semacam getaran halus yang menjalar sampai ke ujung jemarinya. Perasaan yang selama ini selalu ia anggap remeh.
Ia menatap ke arah tangannya sendiri, seperti berharap menemukan tombol reset untuk hatinya. "Tidak, ini hanya hormonal. Mungkin efek kebanyakan lip tint rasa stroberi," gumamnya membela diri, padahal dia tahu ini lebih dari itu.
Langkah kaki terdengar mendekat, Vexana pun buru-buru kembali ke kamarnya sendiri, duduk di tepi ranjang sambil menunduk.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Monica.
'Belum dapat data soal Anne, tapi aku terus cari. Sabar ya."
Vexana mendesah panjang, mana bisa sabar dalam keadaan seperti ini. Vexana memutuskan untuk menghubungi Monica secara langsung.
"Halo, Mon," ucap Vexana yang suaranya terdengar gundah.
"Kamu sudah membaca pesanku?
“Sudah, tapi aku tidak bisa sabar, Mom. Denger aku baik-baik, aku cuma punya waktu satu minggu!” suara Vexana terdengar semakin cemas, bicara pelan agar suaranya tak terdengar keluar kamar.
“Tenang dulu, maksudmu apa?”
“Minggu depan aku harus jalani tes MRI, jika sampai itu terjadi kebohongan tentang gegar otakku akan terbongkar,” desis Vexana. “Dokternya bahkan sudah memberiku obat dan melihat hasil lanjutan."
"Astaga, Siapa yang sangka kebohongan kecilmu akan jadi seperti ini."
"Mon, aku mohon percepat pencariannya. Nanti ku transfer lagi uang tambahan."
"Jika aku berhasil menemukan Anne yang asli, kamu mau apa? Memintanya untuk kembali dan kamu pergi?" tanya Monica setelahnya, tentang hal ini belum mereka bahas lebih lanjut, karena itulah Monica mempertanyakan.
Sementara Vexana entah kenapa tak bisa langsung menjawab pertanyaan sederhana itu, tanpa sadar dia malah menggerakkan salah satu tangannya menyentuh dada, merasakan jantung yang berdegup. Sedangkan di benak terbayang wajah Arga.
Hanya karena kalimat 'Sekarang Anne sedang sakit' Vexana jadi memandang Arga dengan berbeda. Pria itu tidak bodoh ataupun sekejam yang dia pikir, tapi Arga seperti seseorang yang patut diperjuangkan. 'Astaga, apa yang aku pikirkan,' batin Vexana.
"Kita lihat saja nanti, yang penting sekarang Anne harus secepatnya ditemukan."
"Baiklah."
Panggilan berakhir dan Vexana meletakkan ponsel di meja kecil samping tempat tidur, lalu berdiri menghadap cermin.
“Ayo, Vex. Waktumu hanya tujuh hari. Misi utamamu adalah hidup tenang, jauh dari dunia lama dan Jangan baper dengan suami orang."
Di saat bersamaan, ketukan lembut terdengar di pintu.
Tok. Tok.
"Anne?" suara Arga terdengar, membuat jantung Vexana kembali berdetak tidak karuan.
Vexana buru-buru duduk dan merapikan rambut, "Iya Mas, masuk saja."
Arga membuka pintu perlahan dan memasuki kamar sang istri kedua, tatapan mereka langsung bertemu. Terkunci satu sama lain.
Setelah selesai bicara dengan Donna, istri pertamanya itu langsung pamit pulang. Hasil pembicaraan keduanya tetap sama, Arga lah yang menentukan kapan akan menyentuh Anne, bukan atas dasar perintah Donna.
“Aku hanya ingin tahu, kamu sudah minum obatnya?" tanya Arga.
Vexana menelan ludah, entah kenapa kini Arga terlihat lebih tampan daripada biasanya. Bahkan suaranya terdengar sangat menggoda.
Selama ini Vexana tak pernah benar-benar merasa diperhatikan, tak pernah di sayang dengan tulus. Hidupnya terlalu keras untuk seorang wanita.
Dan kini ketika harus hidup sebagai Anne, ternyata banyak sekali perbedaannya. Dan itu membuat hatinya pun seolah ikut berubah juga, jadi lemah begini.
'Sadar Vex, sadar.' bisik batinnya, tapi tak cukup kuat untuk menenangkan degup jantung yang kacau.
"Aku sudah minum obatnya, Mas," ucap Vexana bohong, membalas dengan senyum tipis. "Sekarang jadi sedikit mengantuk," timpalnya sambil menguap kecil untuk meyakinkan.
Arga mengangguk. "Kalau begitu, tidurlah, Aku akan keluar."
Namun sebelum pria itu berbalik, suara Vexana menahannya, "Mas..." panggilnya pelan dan membuat Arga menatap lebih dalam, ingin tahu apa yang akan diucapkan oleh Anne.
"Bisa tidak, temani aku tidur."
hahaha
klo km blm pintar memainkany....ketimpuk sakitkan....
😀😀😀❤❤❤❤