Takdirnya telah dicuri. Chen Kai, dulu jenius nomor satu di klannya, kini hidup sebagai "sampah" yang terlupakan setelah Akar Spiritualnya lumpuh secara misterius. Tiga tahun penuh penghinaan telah dijalaninya, didorong hanya oleh keinginan menyelamatkan adiknya yang sakit parah. Dalam keputusasaan, dia mempertaruhkan nyawanya, namun berakhir dilempar ke jurang oleh sepupunya sendiri.
Di ambang kematian, takdir mempermainkannya. Chen Kai menemukan sebuah mutiara hitam misterius yang menyatu dengannya, membangkitkan jiwa kuno Kaisar Yao, seorang ahli alkimia legendaris. Dari Kaisar Yao, Chen Kai mengetahui kebenaran yang kejam: bakatnya tidak lumpuh, melainkan dicuri oleh seorang tetua kuat yang berkonspirasi.
Dengan bimbingan sang Kaisar, Chen Kai memulai jalan kultivasi yang menantang surga. Tujuannya: mengambil kembali apa yang menjadi miliknya, melindungi satu-satunya keluarga yang tersisa, dan membuat mereka yang telah mengkhianatinya merasakan keputusasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panen dan Pelarian
Keheningan di gang buntu itu begitu pekat hingga terasa memekakkan telinga. Satu-satunya suara adalah napas Chen Kai yang terengah-engah dan tetesan darah—darah Paman Liu yang menetes ke batu-batu dari tujuh lubangnya, dan darah Chen Kai yang menetes dari bibirnya.
Lin Qingxue tidak berani bergerak. Dia tidak berani bernapas.
Matanya terpaku pada Paman Liu. Pelindungnya. Seorang ahli Alam Pembangunan Fondasi yang agung. Dia masih berdiri tegak, tetapi matanya yang terbuka lebar telah kehilangan cahayanya, berubah menjadi abu-abu kusam. Dia sudah mati. Mati sambil berdiri.
Kenyataan itu menghantam Lin Qingxue seperti palu godam, menghancurkan sisa-sisa kesombongan dan ketenangannya.
Dia kemudian menatap Chen Kai.
Pria muda itu sedang berlutut, tubuhnya gemetar hebat karena kelelahan dan serangan balik formasi. Dia batuk lagi, semburan darah segar mewarnai tanah di depannya. Dia tampak pucat seperti mayat, seolah-olah embusan angin sepoi-sepoi bisa merobohkannya.
Tapi dia masih hidup. Dan dia sedang tersenyum.
Senyuman dingin dan penuh kemenangan itu, di wajah yang berlumuran darah, adalah pemandangan paling menakutkan yang pernah dilihat Lin Qingxue sepanjang hidupnya.
"Bocah, kita harus pergi! SEKARANG!" Suara Kaisar Yao meraung di benak Chen Kai, nadanya mendesak. "Serangan jiwa tadi menghabiskan banyak kekuatanku, dan fluktuasi dari hancurnya formasi tadi terlalu besar. Ahli lain di kota ini mungkin sudah merasakannya. Kita harus menghilang!"
Chen Kai tahu Yao benar. Dia mengertakkan gigi melawan rasa sakit yang membakar di organ dalamnya. Dengan erangan tertahan, dia menggunakan seluruh sisa kekuatannya untuk memaksa tubuhnya berdiri.
Setiap otot di tubuhnya berteriak protes. Dia terhuyung, hampir jatuh, tetapi dia menstabilkan dirinya.
Langkah pertama yang dia ambil bukanlah menuju pintu keluar gang.
Itu menuju mayat Paman Liu.
Lin Qingxue tersentak ngeri, mundur selangkah dan menabrak dinding di belakangnya. "Ja-jangan mendekat!" suaranya bergetar hebat.
Chen Kai mengabaikannya. Dia berjalan tertatih-tatih melewati Lin Qingxue seolah-olah wanita itu hanyalah udara, dan berhenti di depan mayat Paman Liu.
"Seorang ahli Alam Pembangunan Fondasi..." bisik Chen Kai, suaranya serak. "Kekayaanmu pasti jauh melebihi imajinasiku."
Tanpa rasa hormat sedikit pun, Chen Kai meraih tangan Paman Liu dan menarik sebuah cincin penyimpanan sederhana namun elegan dari jari pelayan tua itu. Dia tidak punya waktu untuk memeriksanya sekarang. Dia menyalurkan sisa-sisa Qi-nya yang terakhir untuk menghapus jejak kesadaran Paman Liu dari cincin itu—sebuah tugas yang mudah karena jiwa pemiliknya telah dilenyapkan oleh Kaisar Yao.
Dia menyelipkan cincin itu ke jarinya sendiri, di samping cincin penyimpanannya yang murah.
Panen.
Setelah selesai, Chen Kai berbalik. Dia tidak berjalan menuju pintu keluar.
Dia berjalan ke arah Lin Qingxue.
Wanita muda yang angkuh itu sekarang terpojok di dinding, gemetar tak terkendali. Wajahnya pucat pasi, bekas tamparan merah di kedua pipinya terlihat jelas di bawah cahaya bulan. Dia adalah gambaran sempurna dari keputusasaan.
"Apa... Apa yang kau inginkan?" tanyanya, suaranya nyaris tak terdengar. "Kau... kau akan membunuhku?"
Chen Kai berhenti tepat di depannya, menjulang di atasnya. Matanya yang gelap menatap langsung ke matanya yang ketakutan.
Untuk sesaat, niat membunuh yang pekat bergolak di matanya. Dia ingin. Oh, betapa dia ingin menghancurkan wanita ini, wanita yang menjadi simbol dari semua penderitaan dan penghinaannya.
"Membunuhmu?" bisiknya. "Itu... terlalu mudah."
"Bocah, jangan bodoh!" Kaisar Yao memperingatkan. "Membunuhnya akan mendatangkan malapetaka instan. Sekte Pedang Awan akan meratakan Kota Awan Jatuh untuk menemukan pembunuh murid inti mereka. Adikmu tidak akan aman."
Chen Kai sudah tahu itu. Dia menarik napas dalam-dalam, menekan niat membunuhnya. Dia punya rencana yang lebih baik. Penghinaan jauh lebih memuaskan daripada kematian yang cepat.
"Tidak," kata Chen Kai, suaranya tenang kembali. "Aku tidak akan membunuhmu malam ini."
Lin Qingxue menatapnya, bingung.
Chen Kai meraih tangan kiri Lin Qingxue. Wanita itu mencoba menariknya, tetapi dia terlalu lemah dan terlalu takut. Chen Kai dengan paksa melepas cincin penyimpanan halus dari jari rampingnya.
"I-itu milikku!" serunya lemah.
"Sekarang milikku," kata Chen Kai. "Ini adalah bunga. Bunga untuk tiga tahun penderitaan yang kau berikan padaku. Bunga untuk penghinaanmu di Aula Utama Keluarga Chen."
Dia menyimpan cincin itu. Sekarang dia punya dua cincin penyimpanan yang baru dipanen.
Dia menatap Lin Qingxue, yang kini telah kehilangan segalanya—pelindungnya, kekayaannya, dan harga dirinya.
"Kau akan kembali," perintah Chen Kai, suaranya tidak menyisakan ruang untuk bantahan. "Kembalilah ke Keluarga Lin-mu. Kembalilah ke Sekte Pedang Awan-mu yang agung."
Lin Qingxue menatapnya tak percaya.
"Katakan pada mereka apa yang terjadi malam ini," lanjut Chen Kai, senyum dingin itu kembali ke bibirnya. "Katakan pada mereka bahwa Paman Liu dibunuh olehku. Aku, Chen Kai. Sampah yang dantiannya hancur. Sampah yang kau buang."
Dia mencondongkan tubuhnya lebih dekat, suaranya turun menjadi bisikan yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua.
"Katakan pada mereka bahwa aku mengambil Pil itu. Katakan pada mereka aku mengambil semua harta Paman Liu. Dan katakan pada mereka... aku akan datang."
Mata Lin Qingxue melebar ngeri.
"Aku memberimu waktu tiga tahun, Lin Qingxue," kata Chen Kai, menegakkan tubuhnya. "Tiga tahun dari sekarang, aku sendiri yang akan berjalan melewati gerbang Sekte Pedang Awan. Aku akan datang untuk 'menyelesaikan' pertunangan kita secara resmi di depan seluruh sektemu. Sampai saat itu... berlatihlah dengan keras. Berdoalah agar kau cukup kuat untuk menghentikanku."
Ini adalah penghinaan tertinggi. Dia tidak hanya membiarkannya hidup, dia membiarkannya hidup sebagai pembawa pesan kegagalannya sendiri. Dia memberinya tenggat waktu, sebuah janji penghakiman yang akan datang.
"Sekarang... pergi," kata Chen Kai, berbalik darinya.
Untuk beberapa detik, Lin Qingxue tetap membeku, pikirannya tidak mampu memproses apa yang baru saja terjadi.
"PERGI!" raung Chen Kai, melepaskan sisa-sisa niat membunuhnya.
Raungan itu memecahkan kebuntuan mental Lin Qingxue. Didorong oleh rasa takut yang murni, dia tersandung, berbalik, dan berlari. Dia berlari keluar dari gang buntu itu sekuat yang dia bisa, terisak-isak putus asa, meninggalkan pelindungnya yang sudah mati di belakang.
Gang itu kembali sunyi.
Saat adrenalin mulai memudar, rasa sakit yang luar biasa menghantam Chen Kai.
"Ugh!"
Dia jatuh berlutut lagi, tubuhnya akhirnya menyerah.
"Bocah, kita harus bergerak!" desak Yao.
"Aku tahu... Aku tahu..." rintih Chen Kai.
Dia merogoh cincin penyimpanannya yang lama, mengeluarkan Pil Pengumpul Qi terakhir yang dia miliki, dan menelannya utuh. Energi hangat yang sedikit itu menyebar, memberinya sedikit kejelasan dan kekuatan.
Itu tidak cukup untuk menyembuhkannya, tetapi cukup untuk membuatnya bergerak.
Sambil memegangi dadanya yang terasa seperti ditusuk ribuan jarum, Chen Kai bangkit berdiri sekali lagi. Dia melirik mayat Paman Liu untuk terakhir kalinya, lalu berbalik dan terhuyung-huyung ke arah yang berlawanan dari yang diambil Lin Qingxue.
Dia tidak kembali ke halaman kecilnya. Itu tidak aman.
Dia menyelinap ke dalam bayang-bayang, mengambil jalan memutar yang panjang melalui bagian kota yang paling sepi. Setiap langkah adalah siksaan. Kesadarannya mulai memudar.
Akhirnya, dia tiba di depan sebuah penginapan kecil yang kumuh di distrik terluar, tempat yang tidak akan pernah dicari oleh siapa pun dari keluarga besar. Dia telah menyewa kamar di sini beberapa hari yang lalu sebagai rencana darurat.
Dia menggunakan sisa kekuatannya untuk memanjat ke jendela kamarnya di lantai dua, menghindari lobi.
Dia jatuh ke dalam kamar, mengunci pintu dan jendela, dan memasang jebakan alarm sederhana di pintu.
Tubuhnya ambruk ke lantai kayu yang dingin.
Dunia di sekelilingnya mulai menjadi hitam.
"Yao..." bisiknya, napasnya dangkal. "Kita... berhasil..."
"Nyaris," suara Kaisar Yao terdengar lelah di benaknya. "Kau ceroboh, tapi kau berhasil. Sekarang, jangan mati. Sembuhkan dirimu. Kita punya banyak hal untuk diperiksa setelah kau bangun."
Chen Kai tidak menjawab. Dia telah jatuh ke dalam kegelapan ketidaksadaran, cincin penyimpanan Paman Liu dan Lin Qingxue tergenggam erat di tangannya yang berlumuran darah.
awas kalo sampai putus d tengah jalan critanya aku cari penulisnya wkwkwkw
ga terlalu cepat op
pelan berdarah tapi pasti
saya suka
byk bintang untuk penulis