Grace Li selalu mencintai Ethan dalam diam. Tak pernah berani berharap, sampai takdir mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan yang terpaksa harus mereka jalani.
Sayangnya, meski Grace Li adalah istri sah, hatinya bukanlah tjuan cinta sang suami. Semua kasih sayang lelaki itu justru tertuju pada adiknya.
Namun, bukankah waktu bisa mengubah segalanya? Akankah pernikahan tanpa cinta ini prlahan melahirkan rasa yang tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DAUN BAWANG
Sore ini, Grace harus lembur karena ada rapat piknik karyawan. Ruang rapat terasa sedikit berbeda dari biasanya. Tidak ada tumpukan dokumen serius atau raut wajah tegang para karyawan.
Justru terdengar beberapa bisik-bisik penuh antusiasme. Karena agenda rapat bukan membahas target kerja, melainkan rencana piknik perusahaan.
Grace yang biasanya dikenal tegas dan rapi dalam mengatur agenda rapat bulanan, berdiri di depan ruangan dengan senyum lebih lebar dari biasanya. Dengan suara yang jelas dan penuh wibawa, dia membuka pertemuan.
“Baik, teman-teman. Hari ini kita tinggalkan dulu angka-angka laporan. Mari kita bicarakan sesuatu yang bisa menyegarkan kita semua, rencana piknik tahunan perusahaan.”
Seisi ruangan langsung terasa hangat. Beberapa karyawan saling menoleh, ada yang sudah membayangkan suasana pantai, ada pula yang menggumamkan ide wisata pegunungan.
Salah satu Staff lalu menayangkan slide berisi beberapa opsi destinasi, pantai, villa pegunungan, hingga taman wisata kota. Dia memimpin jalannya diskusi dengan teratur, memberi kesempatan setiap perwakilan divisi menyampaikan pendapat. Saat beberapa ide terdengar terlalu mewah, dia menengahi dengan bijak.
“Kita cari yang menyenangkan, tapi tetap sesuai anggaran.”
Gelak tawa muncul ketika seorang staf muda usul agar ada lomba tarik tambang melawan atasan. Grace pun menanggapi dengan nada becanda, “Wah, kalau begitu aku harus latihan dulu supaya tidak kalah telak oleh kalian”
Rapat berlangsung ringan namun tetap terarah. Setelah mendengar semua masukan, Grace menyimpulkan hasil rapat, destinasi, Tanggal keberangkatan, serta panitia kecil yang akan mengurus ditail acara.
Di akhir pertemuan, Dia menutup dengan kalimat yang membuat semua karyawan bersemangat, “Piknik ini bukan sekadar jalan-jalan. Ini waktu kita untuk melepas penat, mempererat kekompakan, dan kembali bekerja dengan energi baru, saatnya bersenang-senang.”
Rapat pun selesai, tidak tarasa jam sudah menunjuka pukul 8 malam. Grace memegang perutnya dia merasa lapar. Grace bergegas pergi meninggalkan grup Mo. Menyetir sebentar lalu menepikan mobil di pinggi jalan.
Grace turun daru mobil, menghampiri gerobak mie pinggir jalan. Namun lezat. “Paman berikan aku semangkuk mie ya!”
Grace menarik kursi. Duduk sambil menuang arak ke gelas kecil, udara terasa sedikit dingin, dia ingin menghangatkan tunuh. Belum juga meminumnya, tiba-tiba ada yang mengambil gelasnya.
Grace mendongak, “Ethan… apa kau mengikutiku?”
Ethan duduk di depan Grace. “Alkohol tidak baik!”
“Ganti dengan ini saja!” kata Ethan seraya meletakan sebuah botol berisi minuman
“Ini minuman apa?” tanya Grace sambil memutar botol itu.
Kepala pelayan membuatkan air Jahe segar yang pedas hangat , dipadu dengan kayu manis yang memberi aroma manis lembut, serta cengkeh dan kapulaga yang menambah lapisan rasa yang dalam. Tambahan kunyit tipis-tipis memberi sentuhan warna emas, dipercaya sejak lama mampu melancarkan peredaran darah sekaligus menyehatkan rahim.
Grace mengambil botol itu, meminumnya perlahan, dia langsung merasakan sensasi hangat yang menjalar dari kerongkongan hingga ke seluruh tubuh, yang langsyng mengusir rasa dingin dan pegal.
“Apa kau suka?” tanya Ethan.
Grace mengangguk seraya meletakan botol yang telah kosong. Seandainya saja dia tahu bahwa dia bari saja meminum minuman yang bermanfaat untuk membantu keseimbangan hormon, memperkuat rahim, serta mendukung kesuburan perempuan. Sudah bisa dipastikan dia akan lari dari Ethan saat ini juga.
Semangkuk Mie datang, Ethan menatap ke arah mangkuk itu. Grace menghela napas, lalu mulai mencapit daun bawang dan meletakannya di atas tisu. Ethan menelan ludah namun terlalu gengsi untuk meminta.
Grace mendorong mangkuk mie itu, “untukmu, tanpa daun bawang!” katanya kepada Ethan seraya berkata lagi, “Bibi, minta satu mangkuk lagi ya, dengan ekstra daun bawang!”
Ethan membasahi bibirnya,lalu mulai mencapit mie itu. Sekali makan, dia terdiam dulu untuk mencecapi rasanya. Kedua matanya terbelalak, lalu mulai mencapit mie itu secara brutal. Pipinya nampak menggembung.
Grace sedikit tertawa, lalu melahap mienya. Mereka makan berdua namun dalam hening. Tiba-tiba Grace mengaduh. Sambil memegang pergelangan tangannya. Ethan memperhatikan, “Kenapa?”
“Tidak apa-apa! Mungkin karena cuaca dingin jadi terasa ngilu.
Ethan tampak sedikit bingung, “Ngilu… apanya yang ngilu?”
Grace langsung berdiri, sembari menyelipkan dua lembar uang kertas. “Aku yang traktir malam ini!” katanya kepada Ethan seraya berjalan masuk ke dalam mobilnya.
Grrace terdiam sesaat, membiarkan rasa ngilunya sedikit mereda, barulah dia melajukan mobilnya. Ethan masih terduduk diam sambil melihat mobil Grace melaju hilang dari pandangannya barulah dia masuk ke dalam mobilnya,
Ethan duduk bersandar di kursi belakang sambil memejamkan matanya. Memikirkan malam ini dia baru saja mengikuti istrinya. Supir pun melajukan mobil kembali ke kediaman Mo.
Keesokan paginya, setelah sarapan menu sehat. Kepala pelayan memberikan sebuath tas kecil. “Nyonya, ini ada air jahe dan beberapa camilan!”
“i-ini aku tidak meminta ini!” kata Grace.
“Tuan bilang sekarang wajib memberikan ini kepada Nyonya!” jelas si kepala pelayan.
Tidak ingin menyulitkan kepala pelayan, Geace pun mengambil tas kecil itu dan ikut pengaturan Ethan. Grace pun bergegas ke Grup Mo. Pada saat ini, Ethan muncul tiba-tiba dari belakang Kepala pelayan. Seraya berkata, "Apa dia membawanya?"
"Oh ya ampun Tuan, mengangetkan saja!" imbuh kepala pelayan dalam hati seraya memegang dadanya karena terkejut.
Kepala pelayam itu pun berkata, "Ya, Nyonya sudah membawanya!"
Ethan sedikit tersenyum, sambil memberinta tanda jempol. "Bagus... kerja bagus!"
Ethan menepuk bahu kepala pelayan, lalu bergegas ke Grup Mo. Baru saja melajukan mobilnya. Ponselnya berdering. Ethan menekan tombol jawab. "Ethan, sarah demam tinggi semalam. Saat ini dirawat di Rumah Sakit. Apa bisa ke sini. Sedari tadi dia mengigau memanggil namamu!" Jelas Nyonya Li.
Ethan menghentikan laju mobilnya. Sejak saat itu, Sarah memamg sering kali kambuh seperti ini. Dia mengeratkan tangannya dengan kuat-kuat ke setir mobil. Duduk bersandar, memejamkan mara sebentar sambil menghela napas. Lalu berputar arah menuju ke Rumah sakit.
Di grup Mo, seperti biasa Grace akan menyajikan kopi di jam sepuluh pagi. Ketika dia masuk ke ruangan, Ethan masih belum tiba. Dia pun menghubungi ponselnya. "Kau di mana!"
"Rumah sakit!" jawab Ethan seraya melanjutkan perkataannya, "Sarah Demam, hari ini aku menemaninya dulu!"
Grace membasahi bibirnya, lalu berkata, "Ok!"
Grace menutup sambungan ponselnya sambil menatap kepada tumbler berisi air jahe. Dia sedikit tertawa ketika tadi dia merasakan ada sedikit kehangatan menjalar di hatinya. Merasa kesal, Grace membuang tumbler itu.
Grace mengambil tasnya, berencana pergi untuk mengecek tempat rekreasi mereka nanti. Anggap saja ini adalah perpisahan dia dengan kawan-kawannya. Karena Grace juga akan segera mengundurkan diri dari Grup Mo.
" Hati yang busuk mengeluarkan napas yang bau "
🤣🤣🤣🤣 bangun tidur uda bau..walaupun cantik juga...Sekretaris Mei bisa aza...Sarah diam membisu...🤭🤭🤭🤭
kudu di kubek otak c e ny
c j pede bed,,org lg ngejar grace
nat tegas lu