NovelToon NovelToon
THE SECRET AFFAIR

THE SECRET AFFAIR

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:997
Nilai: 5
Nama Author: Neon Light

Seharusnya kehidupan Serena sempurna memiliki kekasih tampan dan kaya serta mencintainya, dia semakin yakin bahwa cinta sejati itu nyata.


Namun takdir mempermainkannya ketika sebuah malam kelam menyeretnya ke dalam pelukan Nicolás Navarro—paman dari kekasihnya, pria dewasa yang dingin, berkuasa, dan telah menikah lewat perjodohan tanpa cinta.

Yang terjadi malam itu seharusnya terkubur dan terlupakan, tapi pria yang sudah memiliki istri itu justru terus menjeratnya dalam pusaran perselingkuhan yang harus dirahasiakan meski bukan kemauannya.

“Kau milikku, Serena. Aku tak peduli kau kekasih siapa. Malam itu sudah cukup untuk mengikatmu padaku... selamanya.”


Bagaimana hubungan Serena dengan kekasihnya? Lantas apakah Serena benar-benar akan terjerat dalam pusaran terlarang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neon Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

Nicholas membaca data Serena lebih jauh. “Serena Salvatierra,” bisiknya perlahan, menatap berkas digital yang menampilkan foto gadis itu dalam pakaian sederhana. “Latar belakang keluarga cukup berada, dia adopsi oleh paman dan bibinya, karena… kedua orang tuanya meninggal dunia sejak Serena kecil.”

Alis Nicholas berkerut dalam. “Aneh. Jika dia berasal dari keluarga yang berada, kenapa menjual diri?”

“Mungkin karena tekanan dari pamannya yang terlalu keras,” jawab Joe tenang, tanpa menoleh. “Beberapa orang mengatakan pamannya sangat otoriter. Bisa jadi, wanita itu terpaksa melakukannya.” Joe berhenti sejenak sebelum melanjutkan dengan nada hati-hati. “Atau… mungkin dia dijebak, Tuan. Dijual tanpa sepengetahuannya.”

Pandangan Nicholas terpaku pada layar ponselnya. “Dijebak?” suaranya berubah rendah dan dingin. “Kau yakin?”

“Saya tidak punya bukti penuh, tapi semua petunjuk mengarah ke sana. Ada nama yang muncul di dalam daftar transaksi. Orang itu menerima uang dari Tuan Jackie dengan jumlah besar.”

Nicholas membenamkan diri dalam pikirannya. Suasana di dalam mobil mendadak terasa berat. “Siapa nama orang yang menjual gadis itu?”

Joe menoleh sebentar. “Maaf, Tuan? Saya kurang mendengar tanggapan Anda.”

Nicholas tidak menjawab. Napasnya terdengar teratur, tapi sorot matanya dingin seperti es yang membekukan seluruh udara di sekitarnya. Ia hanya kembali bertanya, kali ini dengan nada rendah namun penuh tekanan. “Berapa Tuan Jackie membayar wanita itu?”

Joe menjawab cepat, menyebutkan jumlahnya.

Nicholas mengerutkan kening, lalu bersandar kembali. “Sebanyak itu?” gumamnya pelan, suaranya dipenuhi nada sinis. “Sayang sekali, uang sebanyak itu jatuh ke tangan orang yang salah. Sementara yang seharusnya menerima, justru menjadi korban.”

Nicholas menatap jalan di depan, lalu berkata datar, “Joe, tolong kirimkan semua data lengkap, bukti transaksi, dan rekaman apapun yang berkaitan dengan malam itu. Aku ingin semuanya.”

Joe mengangguk mantap. “Baik, Tuan. Semua akan saya kirim malam ini juga.”

Mobil kembali melaju menembus malam, menyisakan ketegangan yang menggantung di udara. Di balik tatapan dingin Nicholas, ada badai yang mulai terbentuk—badai yang bukan hanya lahir dari rasa marah.

Akan tetapi juga dari dorongan untuk mencari kebenaran tentang siapa sebenarnya Serena, dan siapa yang telah membuat gadis itu terjebak dalam lingkaran kotor yang tidak pernah menjadi pilihannya.

*

*

Langit malam menurunkan kelamnya bersamaan dengan langkah Nicholas yang baru saja tiba di halaman rumah. Suara mesin mobil berhenti, dan dari balik pintu kaca, sosok Isabella sudah berdiri menanti dengan senyum lembut di bibirnya. Ia tampak begitu anggun dengan gaun rumah berwarna pastel, rambutnya terurai rapi menambah kesan teduh pada wajahnya.

“Kamu mau makan malam dulu atau langsung mandi?” tanya Isabella lembut, mendekat sambil menurunkan jas dari bahu Nicholas. Ia meletakkan jas itu di sandaran kursi, lalu mengambil tas kerja dari tangan suaminya dengan penuh kehati-hatian.

Namun, di balik ketenangan sikapnya, Nicholas tak bisa menutupi pikirannya yang kalut. Ucapan Julian, ayahnya, terus terngiang di kepala—tentang betapa besar keinginannya menimang cucu. Lima bulan sudah mereka menikah, lima bulan pula Nicholas menjalankan tugasnya sebagai seorang suami, namun belum ada tanda-tanda kehamilan. Pertanyaan itu kini mengusik pikirannya tanpa ampun. Apakah ada yang salah dengan dirinya? Atau justru dengan Isabella?

“Mandi,” jawab Nicholas datar. Tak ada ekspresi selain kelelahan di wajahnya. Ia melangkah menaiki tangga dengan langkah berat, meninggalkan Isabella yang hanya bisa memandang punggungnya yang menjauh.

Air dingin menyapu kulitnya, tetapi tidak cukup untuk mendinginkan bara yang mulai tumbuh dalam benaknya. Nicholas menatap wajahnya sendiri di cermin—dingin, asing, dan penuh prasangka. Ia keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih sedikit basah, mengenakan kemeja tidur berwarna abu muda.

Tatapannya langsung tertuju pada Isabella. Wanita itu terlihat gugup, seperti menyembunyikan sesuatu. Tangannya bergerak cepat menutup laci, lalu meletakkan segelas air di atas meja rias.

“Apa yang kamu minum?” tanya Nicholas. Suaranya tenang, tapi nadanya mengandung ketegangan yang menusuk.

Isabella menoleh cepat, senyum kaku muncul di wajahnya. “Hanya vitamin, Nicholas,” jawabnya berusaha tenang.

Nicholas tidak menanggapi. Tatapan tajamnya menusuk ke arah laci yang baru saja ditutup. Ia melangkah maju, dan ketika Isabella mencoba menahannya, Nicholas mendorong tubuh sang istri ke samping tanpa ampun. Laci itu terbuka dengan keras—dan di dalamnya, bukan botol vitamin seperti yang dikatakan Isabella, melainkan sebuah kemasan kecil berwarna biru muda. Pil kontrasepsi.

Seluruh darah Nicholas seperti berhenti mengalir sesaat. Rahangnya mengeras, tangannya gemetar karena menahan amarah yang membara di dada. Ia berbalik, menatap Isabella dengan pandangan yang membuat siapa pun akan berlutut ketakutan.

“Jadi, kamu meminumnya?” suaranya rendah namun penuh ancaman.

Isabella tersentak, wajahnya memucat. “Nicholas, aku bisa jelaskan—”

Namun, sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, tangan Nicholas mencengkeram lehernya. Cengkeraman itu kuat, menekan hingga napas Isabella tersendat. Air mata mulai mengalir tanpa bisa ditahan, tubuhnya bergetar karena rasa sakit yang menyiksa.

“Selama ini aku berpikir kamu tidak bisa hamil karena alasan medis,” ujar Nicholas dengan nada dingin, “ternyata kamu sendiri yang menghancurkan harapan itu.”

Ia melepaskan cengkeramannya dengan kasar, membuat Isabella jatuh tersungkur ke lantai. Wanita itu terbatuk keras, memegangi lehernya yang terasa perih. Tubuhnya gemetar, bukan hanya karena kesakitan, tetapi juga karena ketakutan.

Nicholas membuka kembali laci rahasia di meja kerjanya. Dari dalamnya, ia mengambil sepucuk pistol yang selama ini ia simpan. Cahaya redup lampu kamar membuat kilatan logam itu tampak menyeramkan.

“Nicholas, kumohon, jangan lakukan itu,” seru Isabella di sela isaknya. “Aku terikat kontrak dengan manajemenku! Aku tidak boleh hamil selama masa kontrak satu tahun ini. Kalau aku melanggar, aku akan kehilangan semuanya!”

Kata-kata itu membuat Nicholas terdiam sejenak. Matanya menatap kosong ke arah sang istri. Ia merasa tertampar oleh kenyataan bahwa selama ini usahanya menyentuh Isabella hanya sia-sia.

“Jadi selama ini kamu membohongiku? Kau tahu bukan tujuan pernikahan kita apa?” tanya Nicholas lirih namun penuh tekanan.

Isabella menggeleng, berusaha mendekat. “Aku hanya butuh waktu, Nicholas. Setelah kontrak selesai, aku janji akan memberikan semua yang kamu mau. Tolong, percayalah padaku.”

Nicholas menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa terbaca. Lalu, dengan suara dingin tanpa emosi, ia berkata, “Tidak perlu.”

Nicholas berbalik, membawa pistolnya lalu melangkah pergi meninggalkan kamar tanpa menoleh sedikit pun.

Isabella hanya bisa terisak di lantai, tubuhnya gemetar, napasnya tersengal. Di dalam diam, perasaan bersalah menekan dadanya, sementara langkah Nicholas yang menjauh menjadi penanda bahwa malam itu bukan hanya tentang pertengkaran—tetapi awal dari retaknya cinta yang dulu begitu ia yakini akan abadi.

To be continued

1
Haris Saputra
Keren banget thor, semangat terus ya!
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Nana Mina 26
Terima kasih telah menulis cerita yang menghibur, author.
riez onetwo
Ga nyangka sebagus ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!