NovelToon NovelToon
DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

Status: tamat
Genre:Identitas Tersembunyi / One Night Stand / Dark Romance / Cintapertama / Beda Usia / Misteri / Tamat
Popularitas:121.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Kevia tak pernah membayangkan hidupnya berubah jadi neraka setelah ayahnya menikah lagi demi biaya pengobatan ibunya yang sakit. Diperlakukan bak pembantu, diinjak bak debu oleh ibu dan saudara tiri, ia terjebak dalam pusaran gelap yang kian menyesakkan. Saat hampir dijual, seseorang muncul dan menyelamatkannya. Namun, Kevia bahkan tak sempat mengenal siapa penolong itu.

Ketika keputusasaan membuatnya rela menjual diri, malam kelam kembali menghadirkan sosok asing yang membeli sekaligus mengambil sesuatu yang tak pernah ia rela berikan. Wajah pria itu tak pernah ia lihat, hanya bayangan samar yang tertinggal dalam ingatan. Anehnya, sejak malam itu, ia selalu merasa ada sosok yang diam-diam melindungi, mengusir bahaya yang datang tanpa jejak.

Siapa pria misterius yang terus mengikuti langkahnya? Apakah ia pelindung dalam senyap… atau takdir baru yang akan membelenggu selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Pertemuan

Begitu keluar dari bilik ATM, jemari Kevia langsung mengetik pesan singkat pada nomor yang tertera di secarik kertas tadi.

> Aku sudah mengambil uang yang kita sepakati. Sisanya, akan aku kembalikan. Di mana kita bisa bertemu?

Tak lama, centang dua berubah biru. Balasan pun datang cepat.

> Baru beberapa jam kita berpisah dan kau sudah rindu?

Mata Kevia membulat, wajahnya memanas penuh amarah. “Rindu kepalamu!” gerutunya, jari-jarinya menari cepat di layar ponsel.

> Siapa yang rindu sama kamu?! Aku hanya ingin mengembalikan uangmu.

Balasan datang lebih cepat lagi, seolah pria itu memang sedang menunggunya.

> Aku tak akan mengambil kembali apa yang sudah kuberikan pada calon istriku. Kalau kurang, aku transfer lagi.

Kevia hampir saja melempar ponselnya ke aspal. “Diaaa… dasar sinting!” desisnya sambil mendengus keras, wajahnya merah padam menahan amarah. Jemarinya menari cepat di layar ponsel, seolah huruf-huruf itu adalah pelampiasan rasa kesalnya.

> Aku bukan calon istrimu!

Balasan kembali masuk dalam hitungan detik.

> Sebentar lagi kau jadi istriku.

Mata Kevia melotot. “Dasar gila!” gumamnya sambil menghentakkan kaki di trotoar, lalu buru-buru mengetik lagi.

> Mimpi!

Namun balasan berikutnya membuat darahnya makin mendidih.

> Sayang, semua hal indah itu dibangun dari mimpi.

“ARRGHHH!!” Kevia mendongak ke langit, seakan protes kepada semesta. Tak tahan lagi, ia menendang tiang listrik di sampingnya. Tiang itu bergetar dan berdengung pelan, tapi rasa sakit langsung menjalar di ujung kakinya.

“Aduh! Sialan, sakit!” Kevia meringis sambil mengangkat-angkat kaki yang barusan jadi korban. “Kenapa juga aku harus berantem sama benda mati?! Tiang pun jadi korban!”

Beberapa orang yang melintas melirik ke arahnya. Ada yang berbisik-bisik, ada pula yang menahan senyum geli. Kevia menundukkan kepala, pipinya merona malu, lalu menggerutu pelan.

“Bagus, Kevia. Sekarang kau terlihat kayak orang gila di depan umum…”

Ia menghela napas dalam mencoba mengontrol emosi. “Udah… udah, blokir aja biar hidup tenang.” Ia mengangguk sendiri, jempolnya bersiap menekan tombol block.

Tapi sebelum sempat, pesan baru masuk.

> Kalau kau blokir nomorku, aku akan menemui orang tuamu dan mengatakan kalau semalam kita sudah melakukan malam pertama. Dan kau yang berinisiatif menciumku duluan.

“What?!” Suara Kevia melengking, membuat seekor burung merpati yang bertengger di kabel langsung terbang kaget. Dada Kevia naik-turun menahan emosi. “Dasar pria gila… sumpah aku bakal nonjok wajahmu kalau ketemu!” geramnya, lalu buru-buru mematikan ponselnya sebelum emosinya meledak lebih jauh.

Ia menekan dadanya, berusaha mengatur napas. “Aku harus segera ke rumah sakit…” gumamnya, melangkah cepat. Tapi langkahnya terhenti lagi, tubuhnya membeku. “Bagaimana kalau Ayah menanyakan dari mana uang ini? Aku… harus jawab apa?”

Kebingungan merayapi wajahnya. Hingga sebuah ide tiba-tiba muncul.

Kevia menoleh, pandangannya jatuh pada sebuah apotek di seberang jalan. Ia masuk, membeli plester luka dan sebuah jarum kecil.

Di luar, di bawah cahaya mentari yang hangat, Kevia menarik napas panjang. Dengan sedikit ragu, ia menusukkan jarum itu ke tangannya. Perih seketika menjalar, setitik darah muncul. Ia buru-buru menutupnya dengan plester, menatap hasilnya dengan senyum getir.

“Setidaknya… ini bisa jadi alasan kalau Ayah bertanya,” bisiknya lirih.

Namun jauh di dalam hatinya, Kevia sadar, apa pun alasannya, ia baru saja melangkah lebih dalam ke lingkaran misterius pria itu.

Kevia bergegas menuju rumah sakit. Jantungnya berdentum, langkahnya tergesa melewati koridor hingga pandangannya tertumbuk pada sosok ayah yang hendak keluar dari pintu utama.

“Yah! Ayah mau ke mana?” serunya, sedikit terengah.

Ardi menoleh. Wajahnya penuh lelah, kantong matanya menghitam. “Kebetulan kamu datang, Kevia.” Suaranya serak. “Tolong jaga ibumu, ya. Ayah mau cari uang untuk menebus obat ibumu.”

Ardi hendak melangkah, tapi Kevia cepat menahan lengannya. “Yah, gak perlu… Ayah jaga saja Ibu. Aku sudah dapat uang untuk menebus obat.”

Ardi membeku. Tatapannya meneliti wajah putrinya, baru sadar betapa pucat paras gadis itu. Ia menelan ludah, suaranya terdengar ragu sekaligus cemas.

“Dari mana kamu dapat uang itu? Kenapa wajahmu pucat begini, Nak?”

Kevia menarik ayahnya ke bangku di bawah pohon rindang halaman rumah sakit. Napasnya bergetar, tapi senyumnya dipaksakan. “Semalam… aku nyari kerja serabutan di warung pinggir jalan. Gak sengaja aku lihat ada orang kecelakaan. Aku bantu dia, Yah. Bahkan aku mendonorkan darahku karena stok darah kosong."

Ardi tertegun. Wajah putrinya memang pucat, lalu pandangannya turun ke tangan Kevia. Plester kecil yang menempel di sana seolah menjadi bukti tak terbantahkan. Ia hanya bisa menghela napas panjang.

Kevia melanjutkan. "Tak disangka… mereka memberiku uang.”

Ardi menelan ludah. “Kamu… dapat uang berapa?”

Kevia menunduk, menggenggam erat roknya. “Seratus juta,” jawabnya pelan, mencoba tersenyum.

“Apa?!” Ardi membelalak, tubuhnya seolah diguncang badai. “Se… seratus juta? Kamu gak bohong, 'kan?”

“Enggak, Yah.” Kevia menggeleng cepat.

Ardi terdiam, menatap ponsel di genggaman putrinya. “Coba Ayah lihat mobile bankingmu…”

Kevia tersentak, buru-buru menyembunyikan layar ponselnya. “Ah… ponselku habis baterai, Yah. Tapi beneran, uangnya ada. Nih…” Ia membuka tasnya, mengeluarkan segepok uang tunai dan menyodorkan ke ayahnya. “Aku sudah ambil sebagian buat obat Ibu, juga kebutuhan mendesak lainnya.”

Ardi tercekat. Tangannya bergetar saat menerima uang itu. Ia menatap wajah pucat putrinya, lalu mengelus rambutnya penuh iba. “Kevia… berapa banyak darah yang kamu donorkan sampai pucat begini?”

Kevia menunduk, menggenggam tangan ayahnya erat. “Cuma sedikit lebih banyak dari seharusnya, Yah. Aku ikhlas kok. Mereka cuma ngasih sebagai ucapan terima kasih.”

Ardi meraba tangan Kevia yang diplester, dadanya sesak. “Pulanglah untuk istirahat. Biar Ayah yang jaga Ibu.”

Kevia menelan ludah, mencoba menahan air matanya. “Hari ini aku harus urus kuliahku, Yah…”

Ardi menatapnya penuh kasih. “Kau yakin sanggup? Wajahmu pucat, Sayang.”

Kevia mengangguk, meski tubuhnya gemetar. “Aku masih kuat, Yah.”

Ardi hanya bisa menghela napas, percaya pada putrinya yang selama ini tak pernah berbohong. Tak tahu, kepucatan wajah Kevia bukan karena donor darah… melainkan karena malam penuh rahasia yang ia sembunyikan rapat-rapat.

***

Sore itu, Kevia melangkah menyusuri trotoar. Ia baru saja menutup telepon dari pihak kampus dan menyelipkan ponselnya ke dalam tas ketika—

Bugh!

“Akh!” serunya terhuyung ke belakang.

“Maaf!” suara berat seorang pria menyusul cepat.

Seorang pria yang berdiri di pinggir trotoar tiba-tiba berbalik, langkahnya tanpa sengaja menabrak tubuh Kevia. Gadis itu hampir jatuh, namun tangan kokoh pria itu sigap meraih pinggangnya.

Waktu seakan melambat. Tatapan mereka bertemu. Mata hitam pekat pria itu menahan, sementara Kevia membelalakkan matanya.

“Om…?” gumamnya lirih, nyaris tercekat. Kedua matanya berkilat, berbinar penuh pengakuan.

Pria itu, Yoga, mengernyit pelan. “Kau… mengenalku?” tanyanya, perlahan melepaskan genggamannya agar gadis itu tak terjatuh.

“Tentu saja,” Kevia mengangguk cepat, senyum cerianya merekah tulus. “Om pernah menyelamatkan nyawaku.”

Alis Yoga berkerut, seolah menggali memori yang lama terkubur. “Menyelamatkanmu?”

“Iya,” Kevia mengangguk penuh semangat. “Sekitar lima setengah tahun lalu. Om mengantarku pulang saat aku hampir tertabrak mobil. Dan… Om juga yang menyelamatkanku waktu hampir jatuh dari jembatan penyeberangan. Waktu itu, aku masih SMP.”

Sejenak hening. Lalu, senyum tipis menyelinap di wajah Yoga. Senyum yang perlahan melebar, menyingkap ketulusan yang jarang ia tunjukkan.

“Jadi… kau gadis kecil itu?” suaranya sarat rasa takjub. “Astaga, pantas saja aku tak mengenalimu lagi. Kau sudah tumbuh… dan semakin cantik.”

Pipi Kevia memerah, senyum kikuknya tak bisa disembunyikan. Ia menunduk, menatap ujung sepatunya, tapi jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

Tanpa banyak pikir, Yoga meraih tangannya dengan alami. “Ayo… kita ngobrol sebentar,” ajaknya lembut namun pasti.

Kevia hanya tersenyum, lalu mengikuti langkah pria itu. Wajahnya berbinar, langkahnya ringan.

Kebetulan kafe mungil di sudut jalan seolah menjadi saksi pertemuan yang tak pernah ia duga.

“Gadis kecil, pesanlah apa saja,” ujar Yoga dengan senyum hangat yang membuat wajahnya tampak teduh.

Kevia mengangguk sambil membalas dengan senyuman ceria. Mereka pun memesan minuman dan makanan ringan.

Tak lama setelah pelayan meninggalkan meja, Yoga membuka percakapan. “Kenapa setelah menolong aku tempo hari, kamu malah menghilang?”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Kyky ANi
kalau Kevia tahu dia sedang hamil,, pasti dian akan menghindari Yoga,,, karna dia mengandung anak pria misterius,, ayo,, pa Ardi,,, yakin kan Kevia,, supaya mau menikah dengan Yoga,,,
Kyky ANi
pa Ardi, sebenarnya ingin marah pada Yoga,, tapi,, melihat Yoga yg selama ini membanru hidup mereka, terpaksa diam dan menerima ini semua,,,
Kyky ANi
ayo Yoga,, jelaskan semuanya pada pa Ardi,,
Kyky ANi
untung,, Yoga, datang tepat waktu,, jadi ibu Kemala,, bisa diselamatkan,,,
Kyky ANi
tuh kan, Kevia hamil,, jadi siapa,, yang akan berterus terang,, ngomong jujur,,, apakah Yoga,, akan jujur sama Kevia,,,
Kyky ANi
Kevia semakin curiga pada sosok pria misterius yang mirip Yoga,,
Kyky ANi
ayo Yoga,, kapan kamu jujur pada Kevia,, kalau kamu adalah pria misterius itu,,,
Kyky ANi
pasti,, itu kak Yoga yang jemput,,,
Kyky ANi
ya,, ampun,,loe berdua,, masih ngak jera ya,, masih mau,, jahatin Kevia,,,,
Fadillah Ahmad
Kalau Novel DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahaaia) ini sudah pasti masuk Series Keluarga Nugroho kak Nana... Yang jadi pertanyaan sekarang itu cuma satu kak, apakah Novel DEBU (Demi Ibu) ini berdiri sendiri, atau masuk ke Series Keluarga Nugroho kak Nana? 🙏🙏🙏😁
Fadillah Ahmad
Kak Nana, Novel "DEBU (Demi Ibu) itu, apa masuk Series Keluarga Nugroho, atau berdiri sendiri kak Nana? 🙏🙏🙏😁
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama 🤗
total 3 replies
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
terimakasih tor.. sehat n sukses selalu love sekebon
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama Kak 🤗🙏🙏
total 1 replies
septiana
makasih kak udah menghadirkan cerita yg menarik dan begitu menginspirasi.. siap otw ke cerita selanjutnya see you kak n tetap semangat 💪🥰
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama Kak🤗🙏🙏
total 1 replies
Siti Jumiati
Terima kasih atas karya nya kak nana, tetap semangat berkarya,aku selalu menunggu dan siap membaca karya-karya kak nana.
🌠Naπa Kiarra🍁: Makasih Kak 🤗🙏
total 1 replies
Kyky ANi
Rasain lo,, Riri sama Popy,, hukumannya mau nambah lagi ,,,
Lusiana_Oct13
Makasih banyak author Nana semangat menciptakan karya² bagus yg lain nya 💪💪🤩🤩❤️❤️
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama Kak 🤗🙏
total 1 replies
anonim
Cerita yang bagus - banyak pelajaran di dapat.
Nova dan Kevin berjodohkah ?
Terima kasih Author, semangat dakam berkarya, sehat selalu, lancar rejekinya 🙏🏻💖
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin. Makasih Kak 🤗🙏🙏
total 1 replies
anonim
Konsekuensi yang harus di terima Riri dan Popy - memutus masa depannya sendiri tanpa ampun.
Terutama Riri sudah sangat keterlaluan perlakuannya terhadap Kevia.
Kyky ANi
nah,,, ketauan, kan lo,, rasain,, biar dapat hukuman kalian berdua,,
Kyky ANi
akhirnya, Kevia terbukti tidak bersalah,, tinggal mencari, siapa pelakunya,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!