Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Gracia.
Setelah melaporkan semua informasi yang didapatkannya hari ini, asisten Tiko berlalu meninggalkan apartemen Gilang hendak menuju ke rumah sakit untuk mengontrol perkembangan ayahnya Gracia.
Gilang duduk termangu. Sungguh, ia tidak menyangka anak dari salah seorang pengusaha ternama di kota ini menjalani kehidupan ekonomi yang sesulit ini. Bukan hanya perihal masalah ekonomi saja, tetapi Gra juga harus menguatkan mentalnya untuk menghadapi sikap buruk ibu tiri serta saudara tirinya. Entah mengapa, mengetahui semua fakta tentang kehidupan yang dijalani oleh seorang Gracia Kanaya membuat da-da Gilang terasa sesak, seperti ada batu besar yang mengganjal pada saluran pernapasannya.
"Permisi tuan...saya sudah menyiapkan makan malam untuk anda." kedatangan Gra sekaligus menarik kesadaran Gilang.
Gilang tak langsung menjawab, ia justru menatap intens wajah Gra untuk waktu yang cukup lama dan itu justru membuat Gra berpikir mungkin ia telah melakukan kesalahan yang tidak disadarinya. Gra meremat ujung baju yang dikenakannya, sedangkan pandangannya sudah tertunduk, siap menerima kemarahan Gilang. Tapi hingga lebih dari lima menit, Gra tak kunjung mendengar Gilang memarahi dirinya. Perlahan Gra mengangkat pandangannya, ternyata sofa yang tadinya ditempati oleh Gilang sudah kosong. Gilang sudah berjalan menuju meja makan.
Gra mengusap da-danya, ternyata dugaannya salah, Gilang tidak memarahi dirinya.
"Duduklah...!." Gilang meminta Gra menempati kursi yang berada di seberangnya. Gra pun menurut.
"Makanlah yang banyak, karena saya tidak berselera dengan wanita yang kurus kerempeng!." Kata Gilang yang sedang memandang pada Gracia. Sebenarnya bobot tubuh Gra tidak terbilang kerempeng ataupun gendut. Gadis itu memiliki berat badan lima puluh kilogram dengan tinggi badan seratus enam puluh tiga sentimeter, masih termasuk dalam kategori ideal sebenarnya.
"Baik, tuan." Kalau di bilang sedih sih sedih mendengar perkataan Gilang, kesannya terang-terangan jika dirinya hanya di jadikan sebagai pelampiasan na-fsu oleh pria itu, tapi mau bagaimana lagi itu sudah menjadi kesepakatannya bersama Gilang, bersedia melakukan apapun perintah pria itu jika bersedia membantu membayar biaya operasi ayahnya.
*
Tidak terasa sudah hampir satu bulan Gracia tinggal bersama Gilang di apartemen milik pria itu, dan selama itu pula Gra harus melayani Gilang di tempat ti-dur. Jujur, makin kesini Gra merasa menjadi manusia paling berdosa dimuka bumi ini karena terus menerus melakukan dosa Zina. Malam ini Gra memberanikan diri untuk berbicara serius dengan Gilang.
"Ada apa? Katanya kamu ingin membicarakan sesuatu, lalu kenapa masih diam saja?."
Padahal Gilang berbicara dengan nada pelan namun mampu membuat tubuh Gra semakin menegang dibuatnya.
"Sebelumnya saya minta maaf, jika apa yang akan saya katakan nanti membuat anda marah, tuan."
Gilang masih diam saja, memberikan kesempatan pada Gra untuk melanjutkan pembicaraannya.
"Tuan.... Bolehkah saya meminta anda untuk menikahi saya!." mendengar permintaan Gracia sontak saja Gilang menatap intens manik mata indah milik wanita itu, tanpa ekspresi.
"Anda jangan salah paham dulu, tuan! Saya mengutarakan permintaan ini hanya untuk menghalalkan hubungan kita, agar kita tidak terus menerus melakukan dosa, tuan. Demi Tuhan, saya sama sekali tidak berniat buruk, apalagi sampai ingin menjebak tuan. Jika suatu hari nanti anda telah bosan ataupun tuan sudah menemukan kekasih tambatan hati, tuan boleh menceraikan saya kapan saja." Sungguh, ketakutan terus menerus melakukan dosa Zina membuat Gra mengutarakan permintaan yang mungkin saja akan membuatnya kehilangan nyawanya akibat kemarahan Gilang. Kalaupun benar Gilang mengamuk akibat permintaannya dan pada akhirnya melenyapkannya dari muka bumi ini, setidaknya ia sudah tak lagi melakukan dosa, begitu pikir Gra.
"Kita hanya perlu menghalalkan hubungan kita di mata Tuhan, tuan, itu saja. Anda juga tidak perlu mengungkapkan status kita dihadapan siapapun, dan saya juga tidak akan mempermasalahkannya jika anda dekat dengan wanita di luar sana." Jantung Gracia semakin berdegup kencang menunggu jawaban dari Gilang.
"Baiklah. aku akan mengurus semuanya. Kau mau mahar apa dariku?." sungguh, jawaban Gilang diluar ekspektasi Gracia. Dalam hati ia sangat bersyukur karena Gilang bersedia menghalalkan hubungan mereka, agar kedepannya apa yang dilakukan Gilang kepadanya hampir setiap malam tersebut jatuhnya bukan dosa lagi.
"Seperangkat alat sholat saja sudah cukup, tuan." jawab Gra. Gilang langsung terdiam. Serendah itukah harga diri Gadis itu di matanya sendiri sehingga ia hanya meminta mahar berupa seperangkat alat sholat, begitu pikir Gilang.
Meskipun sudah tinggal bersamanya namun Gilang tidak melarang Gra untuk tetap bekerja. Tentu tujuan Gilang agar Gra tidak semakin banyak pikiran jika hanya berdiam diri di apartemen sepanjang hari.
Tiga hari kemudian, Gilang mengajak Gracia menuju kantor urusan agama untuk menghalalkan hubungan mereka. Bukan hanya meresmikan hubungan mereka secara agama tapi Gilang juga meresmikan hubungan mereka secara hukum negara. Keduanya menikah tanpa kehadiran kedua orang tua masing-masing. Mengingat ayahnya Gra masih tak sadarkan diri, maka perwalian Gra diambil alih oleh wali hakim.
Gra terkejut mendengar penghulu mengucapkan mahar yang diberikan oleh Gilang saat menikahinya, Yakni berupa satu unit rumah mewah serta uang tunai sebesar tiga ratus juta rupiah.
Setelah prosesi ijab qobul dilangsungkan itu artinya kini Gilang dan Gracia telah resmi menjadi pasangan suami-isteri.
Setelah semua urusan di kantor urusan agama selesai, keduanya pun meninggalkan gedung tersebut.
"Seharusnya anda tidak perlu memberikan mahar sebesar itu untuk saya, tuan. Lagipula pernikahan kita hanya untuk meng_."
"Tidak perlu dibahas!." potong Gilang yang kini fokus mengemudi. Gra pun pada akhirnya tak berani lagi bersuara, padahal Gilang berkata dengan suara pelan. Sepertinya di mata Gracia aura yang dimiliki oleh Gilang begitu mendominasi sehingga setiap kali pria itu bersuara nyali Gra langsung menciut.
"Satu lagi, sekarang kita sudah resmi menikah, apa pantas seorang istri memanggil suaminya dengan sebutan, tuan?." dengan tatapan lurus ke depan, Gilang berujar.
"Lalu, saya harus memanggil anda dengan sebutan apa?." Ketimbang panggilannya pada pria itu salah nantinya, Gra memutuskan untuk bertanya terlebih dahulu.
"Terserah kamu saja!."
"Kalau saya memanggil tuan dengan sebutan mas, boleh?."
"Hm."
"Boleh apa enggak sih? hm doang jawabannya." batin Gracia.
"Boleh." Seakan bisa membaca pikiran Gracia, Gilang pun memperjelas jawabannya.
Meskipun Gra setuju untuk tidak lagi memanggil Gilang dengan sebutan tuan, tentunya itu hanya akan berlaku pada saat mereka berdua saja, bukan ketika mereka berada di kantor. Karena jika di kantor Gilang adalah bosnya.
Setelah mengantarkan Gra ke apartemen, Gilang kembali ke kantor. Gra sedang libur kerja hari ini, makanya Gilang mengantarnya ke apartemen setelah kembali dari KUA.
"Bagaimana kondisi perusahaan itu?." Yang dimaksud Gilang di sini adalah perusahaan milik ayahnya Gracia yang saat ini berada di bawah kendali ibu tirinya Gracia. Ya, seharusnya perusahaan jatuh ditangan Gra sebagai ahli waris, tetapi karena kelicikan ibu tirinya, perusahaan yang didirikan oleh sang ayah dari nol tersebut justru jatuh ke tangan wanita itu.
"Saat ini kondisi perusahaan milik ayah mertua anda sedang mengalami kesulitan keuangan. Hal itu diakibatkan oleh saudara tirinya Nona Gracia yang gemar berjudi dan menggunakan uang perusahaan dengan sesuka hati." jawab Asisten Tiko. Ya, satu-satunya orang yang mengetahui tentang pernikahan Gilang dan Gracia adalah asisten Tiko, karena pria itulah yang diminta oleh Gilang untuk mempersiapkan satu unit rumah yang dijadikan Gilang sebagai mahar untuk menikahi Gracia.
sehat2 kak, cuacanya lg kyk gini.
justru itu mau mu Gilang...
😝😆😆😆😆😆
acara ultah dclub. bukan berti OG
enggak boleh ngerayain ultah dclub
dulu sama adik tirimu
sekarang kasar terhadap Gracia
terkadang aku ingin kabur saja, jika jadi Gracia sungguh hidup melelahkan
tertekan batin,
bagaimana carannya membawa ayah yg sakit
pergi ke kampung pelosok Bila perlu,,
jika punya uang kabur ke Singapur
kerja sambil again ayah berobat
ya
jangan sampai Gracia berjumpa dengan Yogi...
Kalau pun Yogi menumbalkan Gracia ke Gilang bagus juga,biar Yogi di hajar Gilang...
makasih udah up banyak hari ini kk othor Selvi 💕