Kecelakaan satu tahun yang lalu, telah mengakibatkan kaki kiri Arsy menjadi cacat, Arsy seorang ibu satu anak ini telah di selingkuhi oleh suaminya dengan wanita lain.
"Mas, apa salahku sampai kamu tega mengkhianatiku?"tanyanya sampai menangis tersedu.
"aku sudah bosan dan muak hidup dengan wanita cacat sepertimu, kau sudah tak mampu melayaniku di atas ranjang, sebaiknya kita bercerai saja!" Jawabnya tanpa memperdulikan perasaan Arsy yang masih berstatus istri sah nya.
Suatu ketika Arsy dipertemukan dengan seorang pria paruh baya dalam kondisi sekarat, Arsy menyelamatkan nyawanya, siapa sangka pria yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu, sebut saja Tuan Handoko menjadikan Arsy sebagai putri angkatnya.
Dan putra dari Tuan Handoko, yakni Galaksi Pramudya rupanya diam-diam menaruh hati kepada Arsy, meskipun di awal pertemuan mereka, Gala begitu membencinya.
Mampukah Arsy merubah takdir hidupnya dan menerima Galaksi sebagai pendampingnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjebak di dalam lift
hampir tiga puluh menit Gala dan Arsy terkurung di dalam lift, Gala mencoba menghubungi tim keamanan lewat interkom lift, namun tak ada satu pun yang merespon, Arsy semakin panik dibuatnya, tubuhnya yang gemetar tak bisa ia hilangkan.
"Tuan bagaimana ini? Sampai kapan kita akan terjebak di dalam lift ini?" kecemasan Arsy semakin tak terkendali, ia gelisah dan juga takut.
Lalu Gala kembali menenangkannya agar tidak panik.
"Kamu tenang Arsy, pasti sebentar lagi pihak security akan segera menolong kita!" Gala meletakan tangannya diatas kedua bahunya, ia berusaha meyakinkan dan menenangkannya.
Tak lama lampu di dalam lift padam, dan Arsy menjerit histeris.
Secara refleks Gala malah memeluknya.
"Aaarrrkkkhhhh... Saya takut Tuan, tolong keluarkan saya dari sini!" Arsy semakin tak bisa terkendali.
Gala bisa merasakan tubuh Arsy yang bergetar hebat, ia sangat ketakutan.
"Tenanglah Arsy, semua pasti baik-baik saja!"
Arsy tak menjawab perkataan dari Gala, tubuhnya masih saja gemetar.
"Arsy Kenapa kamu diam? Kamu baik-baik saja kan?" Gala mulai mencemaskan kondisi Arsy.
"S...saya takut Tuan, aku tidak mau disini!" Arsy sampai terbata mengatakan hal demikian kepada Gala.
Gala sempat berpikir jika Arsy memiliki trauma dengan kegelapan, karena sikapnya saat ini tidak sewajarnya, sama halnya dengan dirinya yang takut akan ketinggian.
"tenangkanlah dirimu Arsy, cobalah untuk relaks!" dalam kegelapan, Gala kembali menenangkan Arsy, dan ia menyalakan ponselnya agar adanya sedikit penerangan.
Nafas Arsy kian tidak beraturan, jantungnya berdebar dan dadanya tiba-tiba saja menjadi sesak.
Gala bisa merasakan hal itu, apalagi saat ini Arsy begitu dekat dengannya, ia merasakan setiap hembusan nafasnya dan tubuhnya yang gemetar.
Setelah melaksanakan Apel sore dan pergantian shift antara petugas keamanan pagi dengan malam, kini petugas keamanan mulai kembali untuk bekerja, dan saat petugas kemanan mengkroscek monitor CCTV yang berada di setiap lantai, mereka melihat kamera CCTV yang terdapat di dalam lift telah mengalami masalah, ditambah penerangan di dalam lift tersebut telah padam, petugas kemanan segera pergi menuju lantai delapan untuk mengecek apakah masih ada karyawan di dalamnya, tidak lupa petugas kemanan memanggil bagian Maintenance untuk membetulkan lift yang bermasalah di lantai tersebut
kurang lebih lima belas menit kemudian, empat orang termasuk dua orang petugas Maintenance dan dua orang security tiba di lantai delapan dengan menggunakan tangga darurat karena tiba-tiba saja lift tidak bisa di gunakan.
Mereka berempat bergegas menuju arah pintu lift.
Dan benar saja, ternyata ada orang yang terjebak di dalamnya.
Gala bisa mendengar suara langkah kaki dari arah pintu lift.
Gala pun memanggil petugas kemanan sambil berteriak.
"Wah, itu seperti suaranya Tuan Gala!" ujar salah satu security sebut saja Jono.
"iya Jon, itu suaranya Tuan Gala! Wah bisa mampus kita, Jon!" sahut Agus panik, Agus bertugas sebagai Danru(Komandan Regu) Security
Sedangkan kedua maintenance, mereka terlihat pucat dan juga gugup, pasti mereka berdua lah yang akan terkena semprot dan omelan Bos besar mereka karena tidak becus membetulkan lift, padahal tadi pagi sebelum karyawan perusahaan tiba, pihak dari Divisi Maintenance sudah membetulkan lift yang sempat mengalami trouble.
"Arsy, sebentar lagi kita akan keluar dari dalam lift ini?" ucap Gala kepada Arsy.
" Syukurlah Tuan!" jawabnya, namun tiba-tiba saja Arsy jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri, Gala semakin panik di buatnya, ia menepuk-nepuk kedua pipinya namun tak ada reaksi.
Dan akhirnya Gala meminta pihak keamanan dan juga Maintenance untuk secepatnya membuka pintu lift.
Tak lama akhirnya pintu lift terbuka, sembari membopong tubuh Arsy yang sudah lemah tak berdaya dan tidak sadarkan diri, Gala buru-buru pergi dari tempat tersebut dan bergegas menuju arah pintu keluar lobby kantor.
Gala sangat panik melihat kondisi Arsy yang seperti ini, ia sangat mengkhawatirkannya.
"Arsy, kau tenang saja, aku pastikan kau akan baik-baik saja!"
Kemudian Gala membawa Arsy ke Rumah sakit terdekat untuk segera mendapatkan tindakan medis.
.
.
Adnan mulai merengek kepada Bu Sanusi, ia terus saja menanyakan ibunya, namun sayangnya ponsel Arsy tak bisa di hubungi, sedangkan pak Sanusi pergi ke toko kue Mochi untuk mencari keberadaan Arsy di sana, namun yang ia dapatkan adalah toko kue tersebut telah tutup sebelum Maghrib, ia pun semakin cemas dibuatnya.
"Bu, Bunda Arsy Kemana? Kenapa jam segini belum pulang juga dari toko?" Adnan terus saja menangis dan Bu Sanusi berusaha menenangkannya.
Rumah Sakit
Gala terus saja memandangi Arsy yang saat ini sedang tertidur lelap karena pengaruh obat penenang dari dokter, dan Gala sempat terkejut saat mendapatkan diagnosa dari Dokter bahwa Arsy mengalami Nyctophobia, yakni trauma yang sudah dikategorikan cukup parah, apalagi tadi Arsy sempat mengalami kecemasan yang berlebih seperti jantung yang berdebar, sesak nafas, bahkan tubuhnya sampai gemetar, sehingga membuatnya tidak sadarkan diri.
Gala semakin penasaran dengan Arsy, trauma seperti apa yang telah membuatnya menjadi seperti ini?
Kemudian Gala berinteraksi untuk segera memberikan kabar kepada keluarga pak Sanusi, pastinya mereka dan juga Adnan akan merasa cemas akan kondisi Arsy saat ini.
Karena malam sudah semakin larut, akhirnya Gala memutuskan untuk menjaga Arsy semalaman di Rumah Sakit.
.
.
Kediaman Handoko.
Nyonya Maria sampai di buat geram ketika mendapatkan kabar dari suaminya bahwa saat ini putranya berada di Rumah Sakit, menemani Arsy.
"Pah, cepat suruh Gala pulang! Apa-apaan dia sampai mau-maunya menunggu wanita kampungan itu!" Nyonya Maria tidak segan-segan mengomeli suaminya, namun Tuan Dimitri malah tersenyum bahagia, karena rencananya berjalan dengan sempurna, ia sudah tidak sabar melihat putranya secepatnya menikah lagi dan tentunya dengan Arsy yang sudah menjadi pilihannya, sementara itu, Aluna yang mendapatkan kabar dari kakeknya bahwa Papahnya sedang berada di rumah sakit bersama dengan Arsy, ia turut berbahagia meskipun sempat merasa khawatir dan juga cemas akan kondisi Arsy.
Setelah memberikan kabar kepada cucunya, Tuan Dimitri bergegas menuju Rumah Sakit, dan ia juga sangat penasaran, apa yang menyebabkan Arsy sampai bisa seperti ini, ia pun tampak khawatir.
Setibanya di rumah sakit, Tuan Dimitri bergegas menuju kamar pasien, dan ia menemukan putranya di sana sembari terus memperhatikan Arsy yang masih memejamkan kedua bola matanya.
"Bagaimana keadaan Arsy saat ini, Gala?" tanyanya sembari mengedarkan pandangannya ke arah Arsy yang masih terbaring lemah di atas tempat pasien.
"Sejauh ini sudah mendingan Pah!" jawabnya merasa jauh lebih tenang.
Kemudian Tuan Dimitri menanyakan apa sebenarnya yang telah terjadi sehingga membuat Arsy menjadi seperti ini, dan Gala pun akhirnya menceritakan semuanya termasuk saat Mamahnya dan juga Soraya datang ke Toko Kue Mochi, keduanya telah mengatakan hal yang tidak-tidak.
Mendengar hal itu, Tuan Dimitri semakin meradang atas sikap dan tingkah laku istrinya, terutama Soraya, ia semakin membenci wanita itu.
Bersambung...