NovelToon NovelToon
Bukan Istri Kedua

Bukan Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Widia

Hidup tak berkecukupan, memaksakan Alana mengubur impiannya untuk berkuliah. Dia akhirnya ikut bekerja dengan sang ibu, menjadi asisten rumah tangga di sebuah rumah cukup mewah dekat dari rumahnya. Namun masalah bertubi-tubi datang dan mengancam kehidupan dirinya dan sang ibu. Dengan terpaksa dirinya menerima tawaran yang mengubah kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketegaran Bu Joko

"Suami saya memang sejak dulu tak pernah berubah. Makanya, saat saya mendengar orang-orang yang membicarakan hubungan anda dengan suami saya, saya sepenuhnya tak percaya. Karena suami saya, dia lebih menyukai perempuan berusia lebih muda."

Alana dan Ira saling memandang, Bu Joko tak tahu saja jika awalnya sang suami mengincar Alana.

"Bu Joko, mendengar kabar itu awalnya dari siapa?" Tanya Ira penasaran, karena selama ini dirinya dan Joko hanya berinteraksi di rumah majikannya.

"Dari Bu Nunik, dia istri Pak Satrio tukang kebun keluarga Tuan Bara."

Ira hanya bisa menghela nafas, keteledoran dirinya dan Joko membuat rahasia ini akhirnya sampai ke telinga Bu Joko.

Alana memandang wajah ibunya, seolah tenggelam dalam bayangan dan pikiran dari perbuatannya yang tak patut di maafkan oleh Bu Joko. Apalagi Bu Joko sendiri nampak tegar dan terlihat sudah siap dengan segala kemungkinan kenyataan yang akan di sampaikan Ira.

"Maaf Bu Joko, maafkan saya. Saya tidak tahu lagi harus menutup wajah saya dengan apa di hadapan anda. Hukuman apa yang pantas untuk saya karena telah menjadi istri siri Pak Joko," ucap Ira sambil menutup wajahnya. Suaranya yang sesak dan tangisan yang tak pernah Alana dengar, kini dia saksikan sendiri bagaimana ibunya menanggung malu atas perbuatannya.

Bu Joko nampak menelan ludah sambil menghela nafas, seolah menahan rasa sakit yang kini telah menemukan kebenarannya. Cibiran dan sindiran tetangga bukanlah isapan jempol belaka.

"Kalau begitu, saya pergi... "

"Sebentar Bu Joko, saya belum selesai bercerita alasan saya menikah siri dengan suami anda," ucap Ira menahan kepergian wanita itu.

Bu Joko pun duduk kembali, dengan siap mendengar alasan di balik pernikahan diri suaminya dan juga Ira.

"Semuanya demi Alana, saya menerima persyaratan apapun darinya agar suamimu tak bisa menyentuh putriku. Dia menginginkan Alana menjadi istri keduanya setelah lulus sekolah, karena dia bersedia membayar uang SPP sekolahnya sampai lulus."

Bu Joko memegang dadanya, ada alasan yang lebih menyakitkan di banding pernikahan diri antara suaminya dan juga Ira. Terbayang putrinya juga yang masih sekolah.

"Setelah Alana lulus dan bekerja, saya sudah meminta talak padanya. Tapi dia selalu beralasan dan mengatakan akan mengincar Alana jika saya memintanya lagi."

Alana dan Bu Joko yang mendengar penuturan Ira, hanya bisa menahan amarah pada pria itu. Joko, supir dari Bara yang memang terkenal selalu merayu gadis muda tanpa tahu malu itu ternyata memang tega membuat kehidupan orang lain menderita.

Bu Joko pun pergi, meninggalkan dua wanita di rumah kontrakan sempit dan juga kumuh itu dengan keadaan bingung. Sedih, marah, namun juga simPATI. Walau hanya mendengar cerita dari satu sisi, tapi Bu Joko mempercayainya. Apalagi jika memang suaminya mengincar Alana.

Ira hanya membisu, tak lagi berbicara pada Alana dan tidur lebih awal. Sementara, Alana yang justru memikirkan nasib rumah tangga Bu Joko, tak bisa memejamkan mata. Kasur sempit yang di tempati ibu dan anak itu terasa makin sempit.

"Banyak sekali hal yang tak terduga, sepertinya aku harus mencari kerja di tempat lain. Kenapa aku harus satu lingkaran dengan dua pria yang ternyata bisa saja membahayakan hidupku?"

Alana pun mulai mengisi beberapa formulir persyaratan melamar kerja. Dia tak bisa peduli lagi tak punya uang saku, yang penting bisa jauh dari tempat yang membahayakan dirinya dan juga membebaskan sang ibu dari jeratan Pak Joko.

•••

"Kau akan berjalan kaki? Ibu khawatir kakimu yang dulu pernah cedera kembali sakit."

Alana hanya memandang ibunya, lalu menggenggam tangan wanita yang kulitnya sudah mulai mengerut.

"Aku hanya ingin ibu bebas dari rumah itu, dan juga Pak Joko. Setelah aku punya pekerjaan yang layak, kita bisa berpindah dari sini dan memulai kehidupan baru di tempat baru."

Ira tak bersuara, karena tujuan Alana yang juga jadi impiannya. Lepas dari jeratan Joko dan juga bisa hidup layak.

"Ibu mendoakan yang terbaik untukmu. Kedepannya ibu akan melakukan yang terbaik, dan jauh dari perbuatan kurang menyenangkan dan merugikan orang lain," ucap Ira sambil mencium kening sang anak.

Alana pamit, dengan pakaian rapi sambil membawa CV untuk melamar kerja. Tak lupa bekal makan siang agar tak jajan di luar sana. Uang yang dia pegang pun hanya cukup untuk ongkos pulang pergi.

Semangatnya membuat Ira tak bisa menahannya, walau nantinya Alana akan kesulitan karena motor yang sudah di sita pihak bank. Ada rasa sesal wanita itu menggadaikan harta peninggalan mendiang suaminya, namun dia lakukan semuanya demi sang putri agar bisa menebus ijazah.

"Joko, sudah 3 bulan ini dia tak memberiku nafkah bulanan yang hanya seperak itu. Tapi aku harus tetap melayaninya, kalau tidak... "

Ira masih teringat dengan penganiayaan terhadapnya 6 bulan lalu, setelah Alana lulus dari sekolahnya. Dia merasa tak butuh lagi dengan bantuan Joko dan meminta talak padanya. Namun, penolakan Joko malah berujung pada penganiayaan yang hampir merenggut nyawanya, yang pada akhirnya Ira tak bisa lepas dari jeratan pria manipulatif itu.

Wanita itu berjalan sendiri menuju rumah sang majikan. Tak lagi bersama Alana membuatnya lebih leluasa jika tetangga kembali mencibirnya. Namun, hal tak di duga terjadi. Para ibu-ibu yang tengah berkumpul di warung Bu Saidah tak lagi mencibir Ira. Bu Joko yang melihat Ira, memberikan senyum yang juga di balas senyuman olehnya.

"Aku semakin merasa bersalah, semoga setelah ini Alana benar-benar bisa membawaku pergi dari sini," gumamnya dalam hati.

Sementara, Alana masih berjalan mencari pabrik ataupun tempat yang membuka lowongan pekerjaan. Sudah beberapa yang dia datangi, namun tak ada hasil. Sampai dia berhenti di sebuah salon kecil yang di depannya terdapat sebuah plang lowongan pekerjaan.

Alana masuk ke dalam sana, gadis itu melihat seorang pria yang tengah bermain ponselnya duduk di meja kasir.

"Permisi," sapa Alana yang membuat pria itu melihat ke arahnya.

"Ya silakan duduk, anda ingin treatment, keramas, atau potong rambut?" Tanya pria itu antusias, namun nampak canggung bersamaan.

"Tidak.Saya kemari mau melamar pekerjaan."

"Ahh," keluh pria itu dengan wajah kecewa.

"Maksud saya, duduklah. Jadi kamu mau jadi karyawan salon saya, skill apa yang kamu bisa? Haircut, treatment semacam rebonding atau smoothing?" Tanya pria itu dengan wajah penasaran.

Alana hanya melongo, pria di hadapannya cukup tampan. Membuat gadis itu agak grogi dan tak bisa menjawab dengan tenang. Gadis itu pun menggelengkan kepala, membuat pria di hadapannya menghela nafas cukup dalam.

"Baiklah, karena kau bersedia datang kemari sepagi ini dan juga berpakaian rapi, Aku akan memberikan training khusus untukmu selama 2 bulan. Tenang saja, aku akan memberikan upah separuhnya. Setelah kau lulus training dan bekerja baru aku akan memberikan upah full padamu."

Alana tersenyum senang dan mengangguk, dia pun berterima kasih karena telah di beri kesempatan untuk bisa bekerja di sana.

"Setidaknya aku tak akan bertemu lagi dengan Tuan Bara dan Pak Joko."

1
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
Fitri Widia: Terima kasih 🥺🙏
total 1 replies
partini
waduh waduh imbalannya tempik
partini
ibunya lagi main kah
partini
good
Fitri Widia: terimakasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!