Ketika membuka mata, Dani menemukan dirinya berada di sebuah kamar. Ia tak mengingat apapun tentang dirinya. Di sana dia bertemu dengan pria yang mengaku sebagai bosnya. Pria itu mengatakan kalau Dani merupakan personal trainer di gymnya yang diketahui juga melakukan pekerjaan p|us-p|us.
Namun semua itu tak berlangsung lama, karena ingatan Dani perlahan pulih setelah bertemu wanita yang mengetahui masa lalunya. Saat itulah Dani menggunakan keahlian hipnotisnya dan mengambil alih bisnis gym. Siapa yang menduga? Bisnis itu menjadi sukses besar saat dikelola oleh Dani.
"Layanan trainer-trainer di gym 24 luar biasa. Pokoknya bikin lemas dan banjir lendir. Eh, maksudnya lendir keringat. Hehe..." ucap salah satu tante langganan gym 24.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13 - Tertegun
Klub malam itu gemerlap, diselimuti cahaya strobo berwarna ungu dan biru yang menyambar-nyambar ruangan gelap. Musik menghentak keras, membuat dada bergetar dan kaki otomatis ingin ikut bergoyang. Deva dan Lexy baru saja masuk, dan Lexy langsung menatap sekeliling dengan mata berbinar.
"Wow... ini gila banget!" serunya. Wajahnya penuh rasa takjub dan senyum lebar tak lepas dari bibirnya. Ia langsung menggandeng tangan Deva, menariknya masuk lebih dalam ke tengah kerumunan.
Deva sedikit kikuk. Ia belum pernah masuk klub seperti ini, apalagi menemani gadis seperti Lexy. Tapi ia tahu harus tetap waspada. Lexy bukan tipe yang bisa duduk diam dan mengamati. Ia tipe yang berani terjun langsung ke pusaran keramaian.
"Minum yuk!" seru Lexy lagi. Dia langsung menuju bar dan memesan dua gelas minuman beralkohol dengan santai, seperti sudah sering datang ke tempat seperti ini.
“Lexy… kamu yakin mau minum?” tanya Deva hati-hati. Tapi Lexy hanya tertawa dan menyodorkan satu gelas padanya.
"Relax! Hidup cuma sekali!" ucap Lexy sebelum menenggak habis gelasnya.
Deva tak mau membuat Lexy merasa dia membosankan, jadi ia minum juga—walau hanya seteguk. Ia tak ingin kehilangan kendali seperti Lexy yang mulai tampak sangat menikmati suasana.
Lexy mulai menari. Awalnya dia hanya menggoyangkan tubuh pelan, tapi lama-kelamaan, gerakannya menjadi lepas dan liar. Dia menari bersama siapapun yang mendekat, tertawa-tawa sambil terus menenggak minuman dari tangan orang-orang asing yang menawarinya.
Deva berdiri tak jauh, mengamati sambil menjaga jarak. Wajahnya tegang. Ini bukan lagi tentang bersenang-senang. Dia tahu ini bisa berujung pada bahaya.
“Lexy!” panggilnya di tengah keramaian, mencoba mendekat ketika melihat Lexy mulai didekati oleh tiga pria asing. Salah satu dari mereka tampak mencurigakan—mata sipitnya menatap Lexy penuh hasrat.
Lexy hanya melambai ke arah Deva, lalu mengabaikannya. Ia malah tertawa dan memeluk salah satu pria itu. Deva mengepalkan tangan.
“Jangan mabuk di tempat asing, Lexy…” gumamnya kesal.
Beberapa menit kemudian, suasana berubah. Deva kehilangan pandangan terhadap Lexy. Ia berkeliling, menyibak kerumunan orang yang menari, dan akhirnya melihat Lexy di salah satu sudut gelap ruangan. Dia setengah terbaring di sofa dengan tiga pria mengerumuninya. Salah satu dari mereka tengah menyentuh paha Lexy, dan yang lain mencoba membuka ritsleting bajunya.
“Hentikan!” teriak Deva keras.
Para pria itu menoleh, sebagian mendengus kesal, sementara yang lain tertawa sinis.
"Ini cewek mabuk, Bro. Santai aja," kata salah satu dari mereka.
Deva mendekat tanpa pikir panjang. "Dia datang bersamaku. Lepaskan dia!"
"Serius? Kau pikir kau itu siapa?" Pria bertubuh besar berdiri menghadang Deva.
Namun Deva sudah siap. Dia bukan hanya sekadar supir atau bodyguard bayangan—Deva punya latihan fisik yang cukup dari masa lalunya. Dengan satu gerakan cepat, dia mendorong pria besar itu dan langsung menarik tubuh Lexy dari sofa.
Lexy mengerang lemah. Matanya setengah terbuka, tubuhnya lemas. “Deva… aku… pusing…”
“Tenang. Aku di sini,” bisik Deva.
Tapi para pria itu tak tinggal diam. Salah satunya mencoba menarik lengan Deva, dan yang lain mengayunkan tinju. Deva sempat menghindar, namun serangan selanjutnya datang bertubi-tubi. Dengan tenaga seadanya, Deva melawan. Satu pukulan tepat menghantam wajah pria yang pertama kali menyentuh Lexy, membuatnya terjatuh.
Salah satu pengawal keamanan klub yang melihat keributan segera datang. “Hey! Hentikan! Semua keluar sekarang!”
Deva memanfaatkan kesempatan itu untuk menyeret Lexy keluar. Gadis itu kini hampir tak sadarkan diri, kepalanya bersandar di bahu Deva. Aroma alkohol yang kuat menusuk hidungnya.
Setelah keluar dari klub, Deva membawa Lexy ke mobil dengan tergesa. Jantungnya masih berdebar. Ia memasukkan Lexy ke dalam kursi penumpang dan mengamankan sabuk pengamannya.
Lexy membuka mata setengah sadar. “Maaf… Deva… aku… cuma pengin senang…”
Deva menghela napas panjang. “Kau hampir celaka. Jangan pernah lakukan itu lagi.”
Dia menatap wajah Lexy yang pucat. Ada sesuatu dalam dirinya yang menghangat. Bukan hanya rasa khawatir sebagai penjaga... tapi juga lebih.
Ia mengusap rambut Lexy perlahan, lalu menyalakan mesin mobil. “Sekarang, kita pulang.”
Lexy tertegun. Bagaimana perlakuan Deva terhadapnya membuat dirinya tertarik pada cowok itu. Sementara Deva, dia sendiri bingung rasa ketakutannya terhadap wanita hilang begitu cepat. Mungkin kehadiran Lexy membuatnya terbiasa.
semoga nanti bisa bersatu dengan Dani .
bahagia bersama anak mereka
jangan-jangan nanti Lexy juga hamil...