Damian, duda muda yang masih perjaka, dikenal dingin dan sulit didekati. Hidupnya tenang… sampai seorang cewek cantik, centil, dan jahil hadir kembali mengusik kesehariannya. Dengan senyum manis dan tingkah 'cegil'-nya, ia terus menguji batas kesabaran Damian.
Tapi, sampai kapan pria itu bisa bertahan tanpa jatuh ke dalam pesonanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisdaa Rustandy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengantin baru
DUA HARI KEMUDIAN
Damian menyesap kopinya yang masih mengepulkan asap dengan aroma tajam kopi yang khas. Ia juga mengisap sebatang rokok di tangannya yang kemudian mengepulkan asap yang melayang di udara. Matanya menatap lurus ke taman belakang rumahnya, cahaya bulan menerangi taman hingga bunga-bunga di sana terlihat samar-samar di kegelapan malam.
"DORRR!"
Tiba-tiba saja Aletha datang dan mengejutkan Damian hingga pria itu tersentak dan rokok di tangannya terjatuh.
"Astaga! Ngagetin aja!" omel Damian kesal sambil memungut rokoknya kembali.
"Sorry, sorry. Hahaha!" Aletha meminta maaf lalu tertawa renyah.
Damian mendengus, ia kembali mengisap rokoknya walaupun masih merasa kesal pada wanita yang kin jadi istrinya itu. Aletha masih tertawa, lalu duduk di kursi di samping Damian dan berhenti tertawa.
"Kamu pecandu rokok juga ternyata. Aku baru tahu," kata Aletha.
"Aku memang perokok, tapi gak sering. Aku merokok kalau lagi sendirian kayak gini dan gak ada kegiatan," jawab Damian.
"Memangnya enak? Kok, cowok pada suka?"
Aletha menatap rokok di tangan Damian dengan penasaran. "Kayaknya biasa aja. Aku gak ngerti kenapa cowok-cowok suka banget sama rokok. Asapnya aja gak enak dihirup, apalagi rasanya."
Damian meliriknya sekilas sebelum mengisap rokoknya lagi. "Mau coba?" tanyanya dengan nada menggoda.
Aletha mengerucutkan bibir, ragu sejenak, lalu akhirnya mengulurkan tangan. "Coba deh, biar tahu rasanya. Heran, kenapa kaum Adam pada suka."
Damian menyeringai, menyerahkan rokok itu padanya. "Jangan kaget kalau kamu batuk."
Aletha mengambil rokok itu dan menirukan cara Damian mengisapnya. Namun, begitu asap masuk ke tenggorokannya, ia langsung terbatuk hebat. "Uhuk! Uhuk! Astaga! Ini apaan sih?! Kenapa rasanya gini?!"
Damian tertawa melihat ekspresi terkejut Aletha. "Udah aku bilang, kan? Jangan kaget kalau kamu bakalan batuk."
"Uhuk! Uhuk!"
Aletha masih terbatuk-batuk sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah, seolah berusaha mengusir rasa tidak nyaman di tenggorokannya. "Gimana bisa kamu menikmati ini?! Rasanya pahit, terus bikin dada panas!"
Damian terkekeh, meraih rokok dari tangan Aletha dan kembali mengisapnya santai. "Makanya, ini bukan buat pemula. Biar aku aja yang ngerokok, kamu cukup melihat aja."
Aletha mendengus kesal sambil meneguk air putihnya. "Aku kapok. Gak bakal nyoba lagi!"
Damian tersenyum miring. "Bagus, istriku bukan perokok."
Aletha meliriknya sekilas, lalu tersenyum kecil. "Tapi kamu juga jangan sering-sering ngerokok. Aku gak mau nanti kamu batuk-batuk kayak aku barusan. Apalagi kata orang rokok juga bahaya buat kesehatan, aku gak mau kamu sakit."
Damian menoleh padanya, terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Kamu takut aku mati karena rokok dan jadi janda?"
Aletha mendengus. "Ya iyalah! Aku baru nikah dua hari, masa iya udah jadi janda gara-gara suaminya mati karena efek buruk rokok!"
Damian kembali terkekeh, ia mengisap rokoknya semakin dalam dan menghembuskan asapnya. Aletha masih menatapnya, memperhatikan Damian memainkan asap rokok itu dengan mulutnya.
"Memangnya, kamu gak bisa berhenti merokok?" tanyanya. "Iya sih, mungkin kamu memang jarang merokok. Tapi tetap aja kan ada efek buruk dari rokok yang kamu isap sesekali," kata Aletha, seolah mulai perhatian pada kesehatan suaminya.
Damian menatapnya. "Buat sekarang belum bisa, aku merasa rokok bisa sedikit menghilangkan stress. Kalau aku lagi galau, kalut atau semacamnya, rokok cukup membantu."
"Apa gak ada cara lain buat meredakan perasaan-perasaan itu selain rokok?"
"Sampai saat ini belum."
"Aneh."
"Apanya?"
"Ya aneh. Padahal bisa kan kamu mengalihkan pikiran kamu ke sesuatu yang lebih baik dan gak akan mengganggu kesehatan kamu."
"Contohnya?"
Aletha tak langsung menjawab, wanita berambut cokelat itu mulai berpikir mencari jawaban. Sedangkan Damian masih menikmati rokoknya dengan tenang selagi Aletha berpikir.
"Udah nemu jawabannya?" tanya Damian.
Aletha menggeleng. "Nggak. Au ah, gelap!"
Damian tersenyum kecil dan menoleh. "Kalau kamu bisa memberikan aku solusi untuk itu, aku akan berhenti merokok."
Aletha tertegun, menatap Damian dengan serius. "Aku harus apa?"
"Terserah. Kamu cari caranya biar aku benar-benar bisa berhenti merokok."
Aletha berpikir lagi sebelum berkata, "Oke, kalau gitu aku akan selalu ada di samping kamu untuk mendengarkan keluh kesah kamu. Dengan begitu, kamu gak usah merokok lagi."
"Belum cukup."
"Kenapa? Maunya apa?"
"Kalau hanya mendengarkan keluh kesah aku, itu memang keharusan, di mana istri harus mendengarkan keluh kesah suaminya dan sebaliknya. Jadi, itu gak akan berpengaruh apapun," Damian menjelaskan.
"Terus, maunya gimana?"
Damian mengangkat kedua bahunya. "Cari tahu sendiri."
Aletha lagi-lagi harus berpikir keras mencari solusi tepat. Aletha sebenarnya tak suka Damian merokok, selain karena tak suka dengan baunya, ia tahu bahwa rokok memang berefek buruk pada kesehatan setiap penikmatnya. Sebisa mungkin Aletha harus menghentikan Damian, demi kebaikannya juga.
"Gimana kalau begini?" kata Aletha tiba-tiba.
"Maksudnya?" tanya Damian.
Aletha kemudian menatap Damian dalam-dalam dan tanpa aba-aba langsung mengecup bibir suaminya. Damian terkejut dengan itu, bibir lembut Aletha kini menempel di bibirnya. Hanya sebentar, Aletha menarik dirinya lagi, namun Damian mematung setelah Aletha mencuri ciumannya.
"Kalau kamu merasakan perasaan yang gak nyaman atau kamu merasakan apapun yang ingin kamu lampiaskan ke rokok, langsung minta aku buat cium kamu aja. Aku janji akan mencium kamu setiap kamu mau," tutur Aletha dengan senyum lebar seolah solusi darinya adalah yang terbaik.
"Gak ngaruh," ucap Damian yang akhirnya mencair dari kebekuan, pria itu langsung memalingkan muka menyembunyikan rona merah di pipinya.
"Kenapa? Apa kurang dalam ciumannya?" tanya Aletha polos.
Damian tak menjawab, dia diam dan berusaha bersikap normal lagi. Sebelum Damian bisa menyembunyikan lebih dalam perasaannya yang kini sedang dilanda kegugupan, Aletha membalikkan wajah Damian hingga berhadapan dengannya. Lalu, tanpa aba-aba lagi ia mencium bibir Damian untuk kedua kalinya.
Mata Damian membulat, kali ini Aletha tak hanya menempelkan bibirnya dengan bibir Damian, tapi juga mengulum bibir bawah pria itu dengan lembut. Damian lagi-lagi terpaku, yang Aletha lakukan diluar dugaannya. Ia tak menyangka gadis itu agresif juga.
Tidak membuang kesempatan, Damian tiba-tiba membalas ciuman Aletha dan mengulum bibir atas istrinya dengan penuh hasrat dan gairah yang memuncak. Tanpa sadar, tangan-tangan Damian mengusap punggung istrinya, nafsunya bangkit dan Damian ingin lebih dari itu.
Namun, di saat Damian tengah menikmati pergumulan mereka, tiba-tiba sebuah tepukan di bahu mengejutkannya hingga Damian menoleh pada Aletha yang ternyata masih duduk dengan tenang di sampingnya.
"Kamu kenapa, Dam?" tanya Aletha dengan tatapan heran.
Damian mengerjap beberapa kali, menyadari bahwa semua yang baru saja terjadi hanyalah khayalannya. Ia menatap Aletha yang masih duduk di sampingnya dengan ekspresi bingung.
"Kamu ngelamun?" Aletha mengangkat alisnya, menyadari ada sesuatu yang aneh pada suaminya.
"Ekhem!"
Damian berdeham, berusaha menenangkan diri dari sisa-sisa imajinasinya yang begitu hidup. "Enggak. Cuma kepikiran sesuatu aja."
Aletha mendengus kecil. "Apa kamu udah nemuin solusi buat bisa berhenti merokok?"
Damian menatapnya, kali ini dengan ekspresi yang sulit ditebak. Aletha benar-benar tidak menyadari betapa jauh pikiran suaminya tadi melayang.
"Oh iya, kalau aku berhasil bikin kamu berhenti merokok, aku dapat hadiah nggak?" Aletha bertanya iseng sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.
Damian menyeringai kecil. "Hadiah? Mau apa?"
Aletha berpikir sejenak sebelum menatap Damian dengan tatapan penuh tekad. "Kalau aku bisa bikin kamu berhenti merokok, kamu harus traktir aku liburan ke tempat yang aku mau."
Damian tertawa kecil, mengisap rokoknya lagi sebelum membuang puntungnya ke asbak. "Baiklah. Tapi kalau kamu gagal, kamu harus melakukan sesuatu untukku."
Aletha menyipitkan matanya curiga. "Apa itu?"
Damian mencondongkan tubuhnya mendekati Aletha, menatapnya dengan sorot mata penuh misteri. "Rahasia."
Aletha mendengus. "Curang!"
"Tawaran udah diajukan. Terima atau nggak?" Damian menantangnya.
Aletha mendesis pelan, lalu mengulurkan tangannya. "Baiklah, aku terima tantangan kamu. Aku akan bikin kamu berhenti merokok, lihat aja nanti!"
Damian menjabat tangan Aletha dengan senyum penuh arti. "Kita lihat siapa yang menang. Aku atau kamu? Kalau aku yang menang, kamu harus siap-siap melakukan apa yang aku mau."
"Iya, iya... Asal jangan minta aku buat ngukur jalan tol aja. Aku gak mau!" jawab Aletha.
Damian tersenyum simpul sambil menatap Aletha yang mengoceh sambil berpikir hal apa yang bisa membuat Damian berhenti merokok.
Dalam hati, Damian bertanya-tanya, apakah Aletha benar-benar bisa menghentikannya? Atau justru dia yang akan menang dan mendapatkan sesuatu darinya? Yang jelas, satu hal yang baru disadarinya malam ini—istrinya ini jauh lebih menarik daripada yang ia kira.
Damian kemudian bangkit dan mengajak Aletha masuk ke dalam karena udara malam semakin dingin. Aletha menurut, ia bangkit dan berjalan bersama suaminya masuk ke dalam rumah.
Pasangan pengantin baru itu sedang menikmati masa-masa bebas sebagai pengantin baru. Mereka memanfaatkan waktu cuti bulan madu untuk beristirahat di rumah sebelum sibuk kembali dengan pekerjaan kantor.
Damian dan Aletha tidur di kamar yang sama, tetapi belum ada yang terjadi pada mereka sekalipun keduanya sudah menikah. Aletha sadar suaminya tidak suka pada lawan jenis, sehingga tak menuntut apapun pada Damian untuk nafkah batinnya. Sementara itu, Damian yang juga mengaku tak suka lawan jenis pun tak bisa menuntut Aletha melayaninya, ia terlalu malu mengatakan bahwa dirinya normal dan harus menahan diri setiap kali melihat Aletha melakukan sesuatu yang dapat menghidupkan hasrat lelakinya.
Damian juga tak bisa begitu saja meminta haknya pada Aletha, gadis itu akan berpikir berulang-ulang untuk menyerahkan kesuciannya pada lelaki yang 'tidak normal' seperti Damian.
BERSAMBUNG...
padahal Damian sudah menemukan pelabuhannya
selesaikan dulu masa lalumu dam
kamu harus menggunakannya cara yang lebih licik tapi elegan untuk menjaga Damian yang sudah jadi milikmu