Warningg !! Dibawah umur 18 tahun harap baca yang bijak karena ada adegan yang ++ !!
"Saya terima nikahnya Larasati Ardhiana dengan mas kawin tersebut tunai!" Ucap laki laki itu dengan lantang.
"Bagaimana para saksi? Sah!" Ucap penghulu.
"Saahh"
"Sahh"
Teriak para tamu undangan, termasuk
teman-teman nya.
"Alhamdulillah" ujar penghulu, lalu mengangkat kedua tangan untuk membaca doa kepada pengantin baru ini.
********
Laras harus menelan pahit dalam kehidupan yang seharusnya masih menikmati masa remajanya, namun ia di paksa menikah oleh seseorang yang terkenal dengan sebutan Playboy dan ketua geng terkenal. Siapakah laki-laki tersebut? la merupakan anak tunggal dari keturunan keluarga Mahendra yang bernama Arjuna Geofino Mahendra, beliau juga merupakan anak emas. Namun, karena kenangan masa lalu yang membuat nya ia trauma akan pada wanita yang berucap setia padanya.
Ingin tahu kelanjutan kisah nya?
Yuk buruan baca cerita nya😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri prisella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab: 13 POV : Arjuna Geofino Mahendra
Setelah mengendara selama dua puluh lima menit, motor sport Geo memasuki pekarangan Mansion Mahendra. Kening Geo menyengit saat melihat tiga motor sahabatnya sudah terparkir rapih disana. Tak ambil pusing Geo pun setelah memarkir motornya ia langsung masuk kedalam rumahnya itu.
Yang di sambut oleh sindiran Reynald.
"Tumben sudah pulang kamu!" Sindir Reynald.
"Ck, nih tua bangka pengennya gue gimana sih!" Gumam Geo dengan sangat pelan sehingga tak ada orang yang mendengarkannya.
"Sini kamu" ujar Reynald.
Mau tak mau kaki Geo melangkah mendekati ayahnya itu yang tangannya sibuk berkutat di I-Pad nya untuk melihat laporan-laporan tentang pekerjaan.
"Kenapa, Yah?" Tanya Geo.
"Kamu hari Senin, sudah harus bersekolah di tempat milik ayah!" Ucap Reynald lalu menutup I-Pad nya, kemudian menoleh ke wajah anaknya dengan serius dan tegas.
"Kalau aku nolak gimana, Yah?" Tanya Geo dengan lantang.
"Its oke, ngga papa! Mungkin emang udah saat kamu ngga butuh fasilitas dari ayah" jawab Reynald dengan tenang.
Geo tak paham apa yang di ucapkan oleh Ayahnya ini, sehingga ia bertanya "Maksudnya?".
"Ya semua fasilitas yang ayah kasih, akan ayah tarik kembali termasuk Apartemen milik mu!" Tegas Reynald.
"Ngga bisa gitu dong, Yah!" Jawa Geo dengan cepat, bukannya tak mau. Tapi Apartemen miliknya sudah di berikan pada Vano dan itu ia belum meminta perijinan dari Reynald.
"Yasudah, turutin saja kemauan ayah!" Balas Reynald dengan acuh.
Geo bungkam, ia diam.
Pikiran terus berperang untuk memberikan jawaban pada Reynald, satu sisi ia mengambil resiko tapi disisi lainnya ia khawatir jika Vano tak punya tempat tinggal lagi.
"Yaudah yaudah, Geo ikut ucapan ayah aja!" Putus Geo.
Diam-diam Reynald menyeringai entah apa yang ada di pikirannya, melihat wajah putus asa dari Geo membuat kesenangan untuk dirinya sendiri.
"Apa masih ada yang mau dibicarakan lagi ngga, Yah?" Tanya Geo.
"Ngga ada" balas Reynald singkat, padat, dan jelas.
"Geo, pamit ke kamar dulu kalau ngga ada lagi yang mau di bicarakan, Yah!" Pamit Geo.
Reynald bukannya menjawab ia hanya menganggukkan kepalanya saja, lalu tangannya terulur untuk membuka I-Pad nya kembali.
Kaki Geo melangkah untuk memasuki kamarnya yang berada di lantai 2.
Klek
Geo membuka pintunya, ia melihat jika ketiga sahabatnya itu sedang memainkan PS. Geo berjalan dengan langkah luntang lantung mendekati kasur empuknya yang ada di isi pikirannya.
"Lo kenapa, Ge?" Tanya Dion.
"Ngga bisa nolak lagi gue buat ngga sekolah di milik Ayah" jawab Geo dengan wajah yang amat sangat pasrah.
"Emang bikin perjanjian apa sama lo, sampai-sampai lo pasrah gini?" Tanya Bima.
"Dia bakalan menyita seluruh fasilitas gue! Kalau cuma itu sih gue bodo amat, lah ini dia juga minta Apartemen yang udah gue kasih ke Vano! Ya jelas gue ngga bisa lah, mempertaruhkan Apartemen itu demi keegoisan gue doang" jawab Geo panjang lebar.
Vano yang mendengarkan pun jadi haru, tadi siang Dion juga mengatakan seperti itu.
Biarpun keluarga Vano membuangnya, tapi Vano masih bersyukur jika ada keluarga ketiga sahabatnya ini yang masih mau menampungnya.
Bahkan, ayah Geo yang tak lain Reynald pun membiayai dirinya sampai ia lulus begitupun dengan Bima dan Dion.
"Sumpah, gue ngga tahu lagi dengan cara apa gue ngebales kebaikan kalian" ujar Vano dengan terharu.
"Cukup lo tahu diri dan ngga jadi pengkhianat di antara kita" balas Geo dengan asal. Ia pun tak ada kepikiran kesana bisa-bisa Vano memikirkan hal itu.
Puk
Lagi-lagi Bima melempar tisu kearah Vano yang ingin mengeluarkan cairan beningnya itu.
"Ck, rusak suasana aja lo!" Ketus Vano.
"Lap dulu anj*ng, geli gue lihatnya!" Sarkas Bima.
Srottt
Vano mengeluarkan cairan bening itu lalu melempar tisu bekasnya ke arah Bima.
Puk
"Jorok banget lo set*n! Sia*an lo emang, bang*at, ba*i, anj*ng!" Umpat Bima sejadi jadinya.
Sedangkan Vano memasang wajahnya yang tak bersalah,
"Kalian udah pada makan?" Tanya Geo.
"Belum, kita nungguin lo dari tadi" balas Dion.
"Yok lah, gue udah lapar" ajak nya pada ketiga sahabatnya untuk turun.
Mereka bertiga pun mengikuti Geo di belakangnya.
Saat mereka turun, mereka berpapasan dengan Prissia yang selalu tersenyum.
"Kalian mau kemana?" Tanya Prissia dengan lembut.
"Mau makan, Mah! Kenapa?" Tanya Geo.
"Kirain, kalian mau pergi-pergi lagi! Yaudah sana, mumpung makanannya belum di pindahin sama bibik!"
Beritahu Prissia.
"Iya, mah"
"Iya, Tante"
"Iya, Tan"
Jawaban mereka berbeda namun kompak, lalu meneruskan tujuan mereka untuk turun kebawah.
Singkatnya mereka sudah tiba di ruang makan, di sambut hangat oleh pembantu yang sudah sangat lama di Mansion.
"Malam, den" sapa Bibik itu.
"Malam juga bik jum" balas Geo.
"Mau makan ya? Mau minum apa, biar bibik buatkan" ucap bik Jum sekalian bertanya.
"Hmm, ngga pengen apa-apa bi" jawab mereka dengan kompak.
"Yasudah, bibik tinggal ya Den" pamit Bik Jum.
"Iya, Bik" balas mereka semua.
Mereka semua mulai mengambil masing-masing porsi mereka. Lalu mereka memakan dengan nikmat tanpa mengeluarkan suara apapun hanya dentingan suara sendok dan garpu saja.
"Eeee, alhamdulillah" sendawa Bima.
"Iwwwwyyuuu, jorok banget sih lo anj*ng!" Umpat Vano.
"Ya namanya juga orang kekenyangan gimana, sih!" Balas Bima acuh.
"Jaga image dong, bangs*t!" Ketus Vano.
Geo dan Dion hanya diam saja sambil menyaksikan pertengkaran antara kedua sahabatnya ini yang yak bisa akur sama sekali.
"Lo pada berantem mulu ntar saling jatuh cinta lama-lama lo!" Goda Geo.
Vano dan Bima saling pandang lalu..
"Najis banget, cewek gue ada dimana-mana juga!" Protes Bima.
"Dih amit-amit gue juga! Kayak gue ngga laku aja, bang*at!" Jawab Vano tak kalah ketus.
Merek terus berdebat hingga tak sadar jika Geo dan Dion sudah lebih dulu meninggalkan mereka.
"Maaf den Bima den Vano, bibik mau beresin meja makannya" ucap Bik Jum tak enak.
Mereka berdua menoleh ke arah Bik Jum yang sedang memasang wajah tak enak sudah menegur kedua nya, lalu menoleh kearah kursi Geo dan Dion tadi.
"Lah, Geo sama Dion kemana Bik?" Tanya Bima.
"Anu, den Geo sama den Dion sudah naik keatas dari lima menit yang lalu" jawab Bik Jum.
Bima dan Vano menganga, lalu mereka berdua segera berlarian ke arah kamar Geo berada.
Bima lari sambil berteriak meminta maaf pada Bik Jum jika sudah membuat kekacauan di ruang makan. Bik Jum bukannya marah ia malah geleng-geleng melihat tingkah laku dari sahabat anak majikannya ini.
"Hadehhh, den Geo bisa aja milih teman" gumam Bik Jum, tangannya sambil merapikan piring kotor yang akan siap di pindahkan ke wastafel, lalu merapihkan sisa makanan yang ada di atas meja.
*Bersambung*
* Masih di POV: Arjuna Geofino Mahendra yah jangan bosen untuk para pembaca 😊*
*Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar*
*Salam manis dari AUTHOR 🤭*
*ig @vera_miceela
@putri488241.