NovelToon NovelToon
Heavenly Body, Broken Trust!

Heavenly Body, Broken Trust!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno / Fantasi Wanita
Popularitas:597
Nilai: 5
Nama Author: kimlauyun45

Banxue tidak pernah meminta kekuatan—apalagi anugerah terkutuk berupa Tubuh Surgawi—kekuatan kuno yang diburu oleh sekte-sekte suci dan klan iblis sekaligus. Ketika masa lalunya dihancurkan oleh pengkhianatan dan masa depannya terancam oleh rahasia, ia memilih jalan sunyi dan pedang.

Dalam pelarian, dikelilingi oleh teman-teman yang tak sepenuhnya bisa ia percaya, Banxue memasuki Sekte Pedang Azura… hanya untuk menyadari bahwa kepercayaan, sekali retak, bisa berubah menjadi senjata yang lebih tajam dari pedang manapun.

Di tengah ujian mematikan, perasaan yang tak diucap, dan badai takdir yang semakin mendekat, Banxue harus memilih: berjuang sendirian—atau membiarkan seseorang cukup dekat untuk mengkhianatinya lagi?

Di dunia di mana kekuatan menentukan nilai diri, sejauh apa ia akan melangkah untuk merebut takdirnya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mulai Membuka jalan

Aula latihan kembali dipenuhi. Matahari menembus celah jendela tinggi, menyinari lapangan batu dengan cahaya keemasan yang menyilaukan.

Hari ini, bukan sekadar pelatihan—melainkan pertarungan resmi. Tantangan terbuka dari Mo Yanzho, murid utama dari Keluarga Mo.

Suasana aula berbeda. Para murid berbisik pelan, menahan napas. Di tengah arena, Banxue berdiri tenang, mata setajam es, menatap lawannya tanpa rasa gentar.

Di seberangnya, Mo Yanzho tersenyum tipis—senyum yang tidak pernah hangat.

"Aku hanya ingin menguji seberapa dalam kekuatan tubuh surgawi yang katanya begitu hebat itu," katanya sambil memutar pedang di tangannya.

Banxue tidak menjawab.

"Tidak ada yang perlu dibuktikan," ucapnya datar. "Tapi jika kau ingin mencoba, silakan."

Fengyu berdiri di sisi aula, bersandar di tiang batu, ekspresinya gelap. Wayne menggigit bibir, resah. Linrue berbisik pelan, "Kenapa murid seperti dia boleh menantang Banxue begitu saja?"

Tetua Mo maju ke depan. "Ini tantangan sah. Keduanya murid resmi. Pertarungan sampai satu menyerah atau tak mampu melanjutkan."

Mo Yanzho mengangguk penuh percaya diri. "Kalau begitu—siaplah!"

Tanpa aba-aba, pedang Mo Yanzho melesat, memecah udara dengan tekanan qi berwarna perak. Banxue menahan serangan pertama dengan tangan kosong, suara benturan terdengar nyaring.

"Apa kau takkan gunakan pedangmu?" cibir Mo Yanzho.

Banxue melompat ke belakang, lalu berkata, "Aku tak butuh senjata untuk lawan yang hanya bisa bicara."

Serangan demi serangan bergulir. Mo Yanzho menyerang cepat, menebas dari segala arah. Tapi Banxue... bergerak seperti air. Luwes, tenang, dan dingin. Setiap serangan dibaca, setiap celah ditangkap.

Tiba-tiba, saat Banxue menghindari satu tebasan ke lehernya, tangannya menyentuh tanah, dan aura keemasan menyala dari telapak tangannya.

“A-Apa itu...?” gumam salah satu murid.

Cahaya tipis keemasan melingkari tubuh Banxue dalam kilatan singkat. Itu bukan jurus—itu adalah respon tubuhnya sendiri. Sebuah aura yang tak bisa dikendalikan sepenuhnya. Aura surgawi.

Mo Yanzho terhuyung. Tekanan qi-nya berantakan. Ia menyerang dengan putus asa, menusuk ke arah jantung Banxue—tapi...

Banxue menangkisnya dengan telapak tangan terbuka, dan ledakan energi kecil melemparkan Mo Yanzho beberapa langkah ke belakang.

"ARGH!!" Mo Yanzho jatuh, terguncang.

Semua terdiam. Aura itu menghilang. Banxue berdiri di tengah arena seperti bayangan yang tak terusik oleh gemuruh dunia.

Tetua Mo berdiri, wajahnya serius. "Pertarungan selesai. Mo Yanzho kalah."

Terdengar bisik-bisik dari para murid.

"Dia bahkan tak menghunus pedangnya..."

"Banxue... apa dia manusia?"

Wayne berlari mendekat. "Kau baik-baik saja?"

Banxue menoleh, mengangguk pelan. Tapi dari matanya, terlihat jelas: tubuh surgawi itu mulai tumbuh, mulai bangkit... dan mulai menjadi ancaman.

Di kejauhan, Jingyan berdiri bersandar di balik pilar batu tinggi di luar aula. Tatapannya tak pernah lepas dari Banxue sejak awal pertarungan. Ia menyilangkan tangan di dada, mata setenang dan sedingin air telaga malam.

"Menarik..." gumamnya lirih. "Jauh lebih cepat dari yang kuduga."

Dari balik jubahnya yang bersih dan elegan, ia menyentuh sebuah liontin kecil berbentuk bunga teratai yang tergantung di lehernya—simbol yang tak dikenal banyak murid, namun familiar bagi segelintir pihak... termasuk sekte-sekte tertentu yang sudah lama mengintai tubuh surgawi.

Ia tersenyum miring, hampir seperti menikmati pertunjukan yang akhirnya dimulai.

"Banxue... jika kau benar-benar pemilik tubuh itu, maka semuanya akan bergulir lebih cepat." Ia menunduk pelan. "Kita akan segera bertemu. Tapi kali ini, bukan di bawah langit sekte ini."

Suara langkah mendekat dari arah kanan membuatnya melangkah pergi sebelum siapa pun menyadari kehadirannya. Namun, di tempatnya berdiri tadi, embusan angin terasa lebih dingin, seolah membawa pertanda—bahwa pengamat dalam bayangan telah bergerak.

1
Daisy
Keren banget sih cerita ini! Baca sampe subuh aja masih seru.
Winifred
Wow! 😲
Axelle Farandzio
Bahasanya halus banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!