Sinopsis :
Berkisah tentang Berlian yang bucin dengan tunangannya tapi menikah dengan kakak tiri tunangannya.
Seorang wanita bucin bernama Berlian Puspa Lingga mengalami amnesia setelah mencoba bunuh diri. Ketiga kakak Berlian, Miko, Dirli dan Vito sepakat merahasiakan tentang tunangan Berlian yang toxic, Nino Atmaja. Takdir membawa Berlian bertemu kakak tiri mantan tunangannya pada satu malam yang romantis dan panas. Malam itu menjadi awal tumbuhnya benih cinta di hati seorang Saka Cakra Tama yang anti wanita.
Dengan berbagai cara, Saka mengikat Berlian dengan tali pernikahan. Lambat laun hati Berlian pun tertawan, cinta Saka bersambut. Namun, rintangan hubungan mereka datang silih berganti. Berkat itu, ikatan cinta antara mereka malah semakin kuat.
Tak ada yang dapat memisahkan mereka, selain maut. Apakah perasaan Berlian akan berubah jika seandainya ingatan Berlian tentang Nino kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Mangsa Masuk Perangkap
Nino mendirikan perusahaan properti miliknya dengan uang Berlian, kemudian Miko menanam modal di dalamnya. Perusahaan Nino di beri nama PT Atmaja Abadi. Kenapa masih berupa PT, karena perusahaan Nino belum mampu mendirikan group. Bidang usaha properti perusahaan Nino mencakup berbagai aktivitas terkait kepemilikan, pengelolaan, dan transaksi tanah dan bangunan. Contohnya meliputi jual beli rumah, penyewaan apartemen, pengembangan perumahan, serta pengelolaan properti komersial seperti ruko dan perkantoran.
Sekarang Nino tengah membangun sebuah gedung apartemen mewah. Dia baru menyadari bahwa dana pembangunan gedung apartemen perusahaannya tidak cukup. Dulu masih ada Berlian yang membantu, sekarang karena mereka berpisah, Nino kalang kabut mencari dana. Terlebih, dirinya memang payah dalam urusan bisnis.
"Kalian ini sebenarnya bisa kerja apa tidak? Kenapa dana 50 milyar yang ada tidak cukup untuk membangun proyek itu? Bahkan setengah pembangunannya saja tidak cukup?" Nino marah besar pada manager-manager di perusahaanya.
Pagi ini dia memanggil semua petinggi perusahaan miliknya hanya untuk memarahi mereka. Semua orang yang Nino panggil berbaris di depan meja Nino. Peluh mereka menetes tanpa henti karena memasang wajah seram.
"Presdir, uang segitu memang tidak cukup. Perumahan komersial yang anda bangun setahun yang lalu saja memerlukan dana 70 milyar, apalagi sebuah gedung apartemen mewah tiga lantai," jawab sekretaris pribadi Nino dengan takut.
"Kalian saja yang boros. Aku bilang gunakan bahan dan tukang bangunan yang murah!" kata Nino lagi, dengan nada yang sangat tinggi.
"Itu sudah yang murah, Presdir, apalagi ..."
Plak
Nino tanpa aba-aba menampar wajah sekretarisnya. Dia kesal karena sang sekretaris menjawab perkataannya, seolah yang yang diberikan Nino memang tidak cukup dari awal.
"Kamu saya pecat! Berani sekali kamu bicara begitu padaku! Angkat kaki dari ruanganku!" titah Nino.
"Baik, mulai hari ini saya berhenti. Saya juga tidak betah bekerja dengan anda. Dasar pebisnis gila!" umpat sang sekretaris.
"Apa kamu bilang?" Nino semaki naik pitam. Namun, sekretaris itu tidak menyesal mengatai Nino.
"Salah anda sendiri karena tidak dengar." Dia pun keluar dari ruangan Nino dengan bangga.
"Siapa lagi diantara kalian yang ingin di pecat! Biar ku pecat sekarang juga!" tantang Nino.
Semua tidak ada yang menyahut. Nino pun puas. "Kalian semua, selesaikan masalah ini secepat mungkin. Siapa yang berhasil menyelesaikan masalah ini, akan ku beri bonus besar," tawar Nino.
Mereka semua saling pandang. Terlihat, mereka tergiur dengan tawaran Nino.
"Baik, Presdir," jawab manager keuangan.
"Presdir, saya punya teman yang bekerja di perusahaan investasi di Singapur, sepertinya pemilik perusahaan itu tertarik dengan usaha apartemen mewah. Saya pernah menawarkan investasi padanya. Setelah saya lobi, dia bilang sangat tertarik dan akan menanam modal sebanyak yang perusahaan kita butuh," jelas Manager pemasaran.
"Bagus, suruh dia menanam 50 milyar, kalau dia sanggup, akan ku berikan 30 persen saham kita," jawab Nino.
"Baik, Presdir," jawab manager pemasaran lagi.
"Lihatlah Berlian, tanpa kamu aku baik-baik saja. Aku memang hebat," puji Nino pada dirinya sendiri, dalam hati.
Tanpa Nino sadari, dia telah masuk ke perangkap Saka. Nino pikir sudah berhasil mengatasi masalah keuangan perusahaan, padahal itu awal kehancurannya sendiri. Nino memang tidak tau diri.
Setelah para petinggi perusahaan keluar satu persatu dari ruangan Nino, Raima pun datang.
"Sayang ..." Raima langsung lari ke pelukan Nino, dia bersikap manja dan membelai wajah Nino.
"Kamu masih kerja?" tanya Raima bersuara manja.
"Tadi sih iya, sekarang ada kamu, semua waktuku hanya untukmu," jawab Nino. Dia mengecup sekilas bibir merah Raima.
"Sayang, aku mau beli tas baru. Belikan untukku ya," pinta Raima.
"Maaf sayang, perusahaan ku sedang ada proyek besar, jadi membutuhkan dana yang besar juga. Nanti kalau proyek itu berhasil, jangan kan satu tas, sepuluh tas pun pasti ku belikan," jawab Nino, tidak enak.
"Ih, kok kamu jadi pelit?" Raima bangun dari paha Nino. Dia merajuk karena Nino tidak memberikan apa yang dia mau untuk pertama kalinya. Raima pun memasang wajah masam.
"Tolong mengertilah sayang, sekali ini saja," bujuk Nino.
"Bukannya kamu udah janji akan membuatku bahagia jika aku jadi milikmu, masa beli tas saja tidak bisa?" keluh Raima.
"Sayang, aku cinta ... Sama kamu. Please, sekali ini saja. Aku janji kedepannya akan memberikan semua yang kamu mau."
"Ya udah, awas kalau ingkar janji."
"Sayang, nanti kalau proyek aku berhasil, kita nikah ya?"
Raima terdiam mendengar ajakan nikah Nino, pasalnya dia tidak mencintai Nino, dia hanya ingin merebut Nino dari Berlian. Dia juga ingin uang Nino.
"Tergantung, kalau kamu bisa membahagiakan aku, aku mau nikah sama kamu," jawab Raima. Dia sengaja menjawab begitu, agar Nino tetap dalam kendalinya.
"Pasti sayang, aku pasti menepati janjiku," sahut Nino.
"Oh ya, aku lupa. Berlian rupanya sudah tau tentang kamu. Tapi dia masih amnesia. Sekarang ketiga kakaknya sudah mendoktrin otak Berlian untuk membenci kamu," kata Raima mengadu. "Dan pagi ini, aku di tatap seram oleh Vito. Vito sepertinya marah sama kamu," lanjut Raima.
"Biarkan saja. Aku sudah tidak butuh Berlian lagi. Aku juga tidak butuh Vito menjadi temanku. Asalkan kamu ada di sisiku, bagiku sudah cukup."
"Nino sayang, kamu memang pria terbaik," puji Raima. Nino sekarang sepenuhnya menjadi budak cinta Raima. Tapi awas saja, jika Nino tidak bisa mengeluarkan uang untuknya, Raima tidak segan-segan meninggalkan Nino.
Di tempat lain, Saka sedang bersama Berlian di sebuah toko pakaian pengantin yang terkenal. Saka menyewa toko sehari penuh, agar tidak ada yang mengganggu mereka. Saka memesan gaun pengantin termahal dan tercantik untuk Berlian. Karena bagi Saka, Berlian sangat berharga, jadi harus memakai gaun yang berharga pula.
"Presdir, Nino sudah setuju menerima investasi dari kita," lapor Juan.
"Bagus, kerjakan dengan baik rencana kita," jawab Saka.
Saka duduk di kursi depan gorden pemakaian gaun pengantin. Seorang pelayan toko memberitahu Saka bahwa Berlian sudah selesai mengenakan pakaian yang Saka pilih. Mereka akan memperlihatkan penampilan Berlian yang sedang mengenakan pakaian pengantin.
Gorden pun di buka.
Saka terpesona melihat penampilan Berlian. Terbukti matanya tidak berkedip sedikitpun, selama beberapa saat.
"Nona Berlian cantik sekali," puji Juan, yang masih berada di sana.
"Hm," Saka berdehem. Bukan deheman biasa, melainkan kode. Juan mengerti arti deheman Saka. Juan pun menutup mulutnya.
"Maaf Presdir, saya masih ada pekerjaan, saya permisi dulu," ucap Juan. Dia mencari alasan untuk pergi. Tepatnya, di usir halus oleh Saka. Saka tidak rela gadis pujaannya di lihat oleh pria lain, sekalipun itu Juan.
"Juan benar, kamu sangat cantik," puji Saka. Meskipun suaranya dingin, tapi perkataan itu keluar dari mulut Saka dengan tulus. Entah kenapa Berlian suka pada pujian Saka. Dia merasa menjadi wanita tercantik di dunia ini, dengan memakai gaun pengantin pilihan calon suaminya. Wajah Berlian memerah karena malu.
Miko aja la kk Thor,kan dia yang berjumpa di awal
jadi ingat kata suamiku waktu aku op SC darurat,dia bilang istri saya yang utama dok,tanpa dia saya gak akan punya anak ☺️
biar ketahuan biang kerok mu