Hanya ada di noveltoon, bila ada yang lain maka plagiat.
Desa pandan Arum mendapatkan teror yang amat mengerikan selama satu tahun terakhir anak anak atau pun remaja, banyak yang meninggal dalam keadaan mengerikan dan itu hanya untuk berjenis kelamin laki laki saja.
Mereka di temukan dalam keadaan anus rusak parah, semua nya sudah tidak bernyawa ketika sudah kembali pada keluarga nya.
siapa yang sudah membunuh mereka?
siapa pula yang membuat teror mengerikan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Mencari emas
Tiga wanita cantik yang tidak bisa di pandang oleh mata biasa segera turun lapangan, di tengah hari yang sangat panas ini mereka keliling sawah untuk mencari emas milik nya Purnama yang kata dia jatuh. ini bisa tidak bisa harus di temukan, kalau tidak maka nanti nya akan tantrum karena harga yang sangat tinggi.
Lagi pula kalau memang jatuh di sini maka sudah pasti lah ketemu, yang jadi pertanyaan itu jatuh nya di sini atau dia sangat mengamuk ketika leher nya mau di robek oleh hantu taring. untung memang Maharani ikut sejak awal, jadi dia tau lokasi mana saja Purnama berdiri sejak pertama datang.
Kalau Maharani tidak mengikuti dia maka sudah pasti tidak akan tau di mana letak nya Purnama sedang mengamuk, dari yang pertama pencarian adalah sawah dulu. tempat dia menghajar Bardi yang kurang ajar itu, mungkin saja jatuh di sana saat dia menjambak dan menampar wajah Bardi berulang kali.
Mana saat itu kan Bardi sempat menarik tangan nya Purnama juga untuk memohon bantuan agar di lepaskan dari hantu muka rata, jadi kemungkinan besar emas tersebut ada di sini. tiga tiga wanita cantik ini saja yang harus kerja keras mencari emas itu sampai dapat, bila tidak dapat maka akan kena amuk.
Ratu ular biar pun berduit dia sangat sayang barang, lagi pula orang kaya mana yang mau buang uang dalam bentuk perhiasan dengan harga yang lumayan tersebut, jadi sudah pasti dia akan mencari nya sampai dapat entah bagai mana pun cara nya karena yang penting dia dapat lagi emas yang amat berharga itu.
Ada member yang bisa di suruh juga untuk berkelana mencari barang yang dia mau, terserah mau bagai mana pun mencari nya karena Purnama bodo amat. yang penting nanti pulang barang ada, kalau ketua sudah begitu maka anak buah lah yang akan tersiksa saat tidak dapat apa yang di mau.
"Panas nya Ndak karuan, aku lupa pakai sunscreen pula." keluh Nilam yang kepanasan.
"Bisa hitam lah kita ini nanti, setan mana yang keliaran di tengah sawah panas panas begini." keluh Maharani.
"Ya kita lah setan nya, justru setan mana yang pakai sunscreen." Arini menatap dua teman nya.
"Lah ya pakai lah aku, biasa nya juga kan pakai skincare tiap malam." sahut Nilam.
"Dasar kau saja yang tidak tau, Rin! Nana saja harus pontang panting jual rokok demi beli skincare." seru Maharani.
"Ah gila kalian, mana ada setan yang sibuk akan printilan kecuali kalian itu sendiri." Arini malas mau menanggapi nya.
Arini malas lagi mau debat dengan mereka yang pasti tidak akan ada sudah nya, lebih baik dia sibuk mencari saja emas milik Ratu ular. pasti kalau tengah hari kena matahari akan mengkilat kena sinar, jadi memang lebih baik cari nya siang begini walau harus kepanasan juga pasti nya.
"Eh guys, banyak keong loh! Purnama mau enggak di carikan keong?" tawar Nilam.
"Lebih baik cari emas saja dulu, apa kata dia nanti kalau kita pulang tidak bawa emas tapi malah bawa keong." seru Arini.
"Iya kau ini, ayo lah cari dulu emas dia yang jatuh entah di mana." Maharani sibuk mondar mandir di atas pematang sawah.
"Sayap mu itu loh, Ran!" teriak Arini karena dari tadi sayap Maharani membawa lumpur.
"Eh Masya Allah, kok bisa muka mu penuh lumpur begini?" Maharani niat mau mengambil lumpur tapi malah jadi satu muka.
"Hahahaaaa kau pakai masker lumpur!" Nilam tertawa terbahak bahak.
"Sialan, aku malas sekali kalau sudah dengan kalian!" Arini merutuk dan segera cari air untuk cuci muka.
"Kau pun usil sekali, Ran! muka teman malah kau kasih lumpur, sayap mu itu loh di buang dulu." Nilam juga agak ngeri melihat sayap Rani yang sangat panjang serta tajam lah tentu nya.
Lama mereka bertiga sibuk di sana mencari benda kuning yang sangat mahal itu, namun tak kunjung ketemu membuat lelah juga lama lama, mana di bagian sana sudah mulai ada orang yang turun ke sawah untuk tanam padi sehingga pasti nya bagian sini akan di tanami juga oleh mereka yang punya sawah.
Emas nya tak kunjung ketemu membuat mereka bingung harus bagai mana lagi mu mencari nya, andai saja bisa maka langsung di ambil emas lain lalu di bawah pulang dan di berikan pada Purnama, tapi Ratu ular itu pasti tau sehingga dia pasti akan menolak pemberian yang bukan milik nya.
"Tidak ada loh, aku rasa bukan jatuh di sini." ujar Nilam.
"Jadi di mana lah, tadi malam dia tuh di sini dan memang menjambak rambut orang juga." ujar Maharani.
"Ini loh tidak ada, ku rasa bukan di sini jatuh nya! lagian kenapa sih dia pakai emas segala, tumben pakai perhiasan." ujar Arini yang agak heran.
"Kan baru di belikan sama Zidan, jadi ya di pakai lah sama dia." sahut Maharani.
"Apa ada lokasi lain? mungkin saja jatuh nya bukan di bagian sini." ucap Nilam yang sudah menebak duluan.
"Ada lah, tempat dia mengamuk pada hantu taring ada di ujung sana." tunjuk Maharani pelan.
Segera mereka pindah tempat untuk mencari keberadaan nya emas di tempat lain, agak pusing juga tiga member ini karena masih harus kesana kemari mencari. nanti kalau tidak ketemu maka sudah pasti akan kena amuk, jadi mereka memang harus teliti agar bisa menemukan di mana emas itu berada.
"Itu kenapa orang yang lewat barusan, Ran?" Nilam menatap Ucok dengan gaya petentengan itu.
"Anak nya mati, maka nya dia tak terima." jelas Maharani.
"Loh kenapa bisa mati? apa di bunuh dengan orang sini." kaget Arini.
"Warga sini tidak ada yang beres, mereka semua sangat kejam dan tidak punya otak! yang mereka bunuh itu jadi hantu." jelas Maharani.
"Purnama tidak ada niat membantu kah?" tanya Nilam.
"Tidak, karena yang di bunuh itu juga sama sama tidak punya otak alias manusia kejam." tegas Maharani.
"Desa apa ini kok rusak sekali, panta saja ya terpencil gini. kalau tinggal di desa kita maka habis lah sudah!" ucap Arini.
"Ini lebih parah dari desa mu, Rin." ujar Maharani.
Arini mengangguk karena memang desa ini sepi sekali seperti desa mati, tapi beda kasus dengan desa dia. desa Arini di sebut mati karena semua warga nya di bantai oleh Arini, sedangkan ini memang sudah mati tanpa di bantai oleh siapa pun.
Hallo guys, jangan lupa like dan komen nya ya.