Kau Khianati Aku, Kugoda Bos-mu

Cheril menatap hujan lebat diluar, dia berjalan bolak-balik mengkhawatirkan adiknya. "Kemana perginya Ameera, tadi bilang akan ke kamar tapi malah gak ada."

"Coba kamu telepon Kendrick lagi, Cheril. Apa dia sudah menemukan adikmu?"

"Bah! Anak tak tau diri, sejak dulu kelakuannya hanya membangkang! Jika bukan kamu yang memintanya, Papa gak akan ijinkan adikmu itu menginjak rumah ini lagi! Sekarang malah membuat semua orang dirumah ribut, maunya apa anak itu?!" teriak marah sang Ayah.

"Pah, kita sudah sepakat. Bukan aku yang meminta Ameera pulang dan bekerja di Perusahaan tapi Kendrick yang memintanya, dia bilang sayang bakat Ameera dalam berbisnis. Perusahaan akan bisa maju dengan pekerja seperti Ameera berada di Perusahaan, apa Papa mau menolak permintaan Kendrick? Kalau iya, bicara langsung padanya." Ucap Cheril.

"Kau pikir aku akan berani sekarang menolak keinginan pria itu! Bah sekarang dia bisa menyombongkan kekayaannya, tapi dulu dia hanya pekerja kasar bekerja di bengkel dan di restoran hanya sebagai staff rendahan. Dia dulu dengan percaya diri saat Papa mendatanginya untuk meninggalkanmu, dia malah meminta restuku untuk menikahimu. Pria hina dan rendahan berani-beraninya ingin menjadi menantu seorang Anton Prawijaya! Bahkan setelah aku menyuruh preman memukulinya sampai masuk rumah sakit, dia masih tetap berkata akan menikahimu! Ibunya yang miskin bahkan mati kelelahan saat bekerja mencari biaya untuk biaya rumah sakitnya! Sekarang dia menyombongkan dirinya di depanku! Tak tau diri! Jika bukan karena butuh uangnya, mana mau aku merendah di hadapannya!"

Tubuh Cheril bergetar mendengar ucapan sang Ayah, "Apa maksud Ayah memukulinya sampai masuk rumah sakit?! Apa maksudnya Ibunya meninggal saat mengurusnya? Pah!"

"Seperti yang kau dengar! Dia masuk rumah sakit karena patah tulang saat preman suruhanku memukulinya. Dulu aku terus memantaunya di rumah sakit agar pernikahanmu dan Derik berjalan lancar. Aku tidak pernah tau lagi keadaannya setelah dia keluar dari rumah sakit!"

"Papah! Kenapa baru mengatakannya padaku sekarang! Dulu kupikir dia menyerah padaku, lalu aku memberikan undangan pernikahanku tanpa tau apa yang terjadi padanya. Pah! Kenapa?!"

"Sekarang itu semua sudah berlalu, kau cukup diam tak membahasnya lagi dan menikah dengannya. Apa kau ingin kehilangan pria itu?!"

"Pah! Hikss..." Cheril memegang dadanya yang sakit, dia merasa bersalah karena sudah menikah dengan pria lain sekarang bahkan kenyataan sebenarnya menamparnya.

"Apa kau tidak ingin menikah dengan Kendrick?!" tanya Ayahnya.

Cheril menggigit bibirnya, "Aku mencintainya, aku tak akan melepaskannya lagi." Cheril menggeleng.

"Kalau begitu lupakan semua yang kau dengar tadi! Hidup bersama pria itu dengan baik."

Cheril mengangguk.

Suara mobil terdengar berhenti di depan rumah, Cheril melihat tubuh kebasahan Kendrick keluar dari dalam mobil. Dia berlari keluar menghampiri pria itu, "Kenapa kamu harus hujan-hujanan, ayo masuk. Kamu sepertinya tidak menemukan adikku?"

Kendrick mengangguk, "Aku sudah memutar di sekitar sini tapi dia tidak ada."

Cheril menarik Kendrick masuk, "Aku akan menyiapkan baju gantimu. Pakaian Papa gapapa?"

Kendrick mengangguk.

"Ada, Ameera ketemu..." Ibunya datang dari dalam berjalan tergesa-gesa.

"Ketemu, dia dimana Tante?" Kendrick bertanya khawatir.

Kedua alis Cheril menyatu mendengar rasa khawatir Kendrick yang menurutnya berlebihan.

"Ada di rumah Lela, itu tetangga Tante terhalang 5 rumah dari sini. Lela telepon katanya keponakannya yang baru pulang kerja melihat wanita pingsan di jalan, jadi dia membawanya ke rumah. Cheril, jemput adikmu sana."

"Saya ikut pergi, saya akan membawa mobil." Kendrick dengan cepat keluar rumah menyalakan lagi mobilnya.

"Kamu ganti baju dulu, kendrick!" teriak Cheril tapi sepertinya pria itu tak mendengarnya.

Cheril menyipitkan matanya curiga, tapi dia mengikuti Kendrick dan masuk ke dalam mobil.