NovelToon NovelToon
The Forgotten Princess Of The Tyrant Emperor

The Forgotten Princess Of The Tyrant Emperor

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Mengubah Takdir / Raja Tentara/Dewa Perang / Putri asli/palsu
Popularitas:97k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Sejak usia tujuh tahun, Putri Isolde Anastasia diasingkan ke hutan oleh ayahandanya sendiri atas hasutan selir istana. Bertahun-tahun lamanya, ia tumbuh jauh dari istana, belajar berburu, bertahan hidup, dan menajamkan insting bersama pelayan setia ibundanya, Lucia. Bagi Kerajaan Sylvaria ia hanyalah bayangan yang terlupakan. Bagi hutan, ia adalah pewaris yang ditempa alam.
Namun ketika kerajaan berada di ujung kehancuran, namanya kembali dipanggil. Bukan untuk dipulihkan sebagai putri, melainkan untuk dijadikan tumbal dalam pernikahan politik dengan seorang Kaisar tiran yang terkenal kejam dan haus darah. Putri selir, Seravine menolak sehingga Putri Anastasia dipanggil pulang untuk dikorbankan.
Di balik tatapannya yang dingin, ia menyimpan dendam pada ayahanda, tekad untuk menguak kematian ibunda, dan janji untuk menghancurkan mereka yang pernah membuangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyerangan

Anastasia melangkah anggun menuju taman paviliun. Kakinya sempat terhenti saat melewati lorong, keningnya mengernyit. Istana pagi ini terasa tenang, terlalu tenang seolah badai kemarin hanyalah ilusi. Semua gosip tentang Anastasia dan Jenderal Alexius lenyap dalam semalam, seperti disapu tangan tak kasat mata.

“Kakak Ipar…” Langkah Alexius terdengar mendekat, ia berhenti tak jauh di belakang Anastasia.

“Gosip itu,” katanya perlahan, “Bukankah menghilang terlalu cepat?”

Anastasia tidak menoleh. “Dan?” jawabnya datar.

“Dan itu tidak masuk akal,” lanjut Alexius, kini menatap lurus ke arah wanita itu. “Di istana, kabar seburuk itu tak pernah mati dalam semalam, kecuali seseorang… membuatnya mati.”

Anastasia mengangkat alis, masih tanpa ekspresi. “Sungguh analisis yang menarik, Jenderal. Tapi aku tidak peduli siapa yang membunuh gosip. Selama aku bisa duduk bersantai dan makan dengan tenang, aku tak keberatan jika seluruh istana membisu.”

Alexius menatap wajah itu lama, tidak ada kepura-puraan di sana. Ia terlalu tenang, terlalu dingin untuk seorang wanita yang baru saja jadi bahan fitnah. Ia tahu Anastasia bukan wanita biasa, tapi tetap saja ada sesuatu yang ganjil di sini. Pikirannya berputar, gosip itu muncul dengan cepat lalu menghilang begitu saja. Satu-satunya orang yang punya kekuatan mengendalikan alur rumor di istana hanyalah Kaisar Lexus. Namun untuk apa ia melakukannya? Kaisar Lexus tidak pernah peduli soal rumor murahan seperti ini.

Alexius menelan kata-katanya sendiri, memilih diam. Ia mengembuskan napas pelan, lalu berkata dengan nada ringan, “Kau selalu tampak tenang, Kakak Ipar. Padahal kita bisa saja dihukum mati karena gosip ini.”

Anastasia menatapnya sekilas, tampak santai. “Tidak ada yang perlu ditakuti selama itu fitnah. Faktanya aku tidak memiliki perasaan apa pun padamu, Jenderal.”

Alexius terdiam kaku, ia menatap wajah itu sekali lagi sebelum memalingkan pandangan, mencoba menyembunyikan perasaan tidak nyaman dalam hatinya entah untuk alasan apa.

Senja menjelang di kediaman Mesiu, Selir Bahrana datang tergopoh tak peduli jubah sutranya menyeret lantai. Wajahnya pucat oleh amarah yang hampir menenggelamkan kecantikannya. Lagi dan lagi, ia gagal menyingkirkan Anastasia. Bahkan gosip itu hanya bertahan satu malam. Ini sungguh tidak masuk akal.

“Ayahanda!” sergahnya, napasnya masih terengah. “Jika kau tak bertindak malam ini, aku yang akan menyingkirkannya sendiri.” Bahrana mengepalkan tinjunya di kedua sisi, tatapannya penuh ancaman. Amarah seorang wanita yang terbiasa mendapatkan apa yang ia inginkan.

Councillor Mesiu menatap putrinya dengan wajah yang tak memperlihatkan gelombang emosi. Ia menghisap cerutunya lalu menghembuskan asapnya perlahan. “Tenanglah, Bahrana. Kontrol emosimu.” Lalu menyentuh peta yang terbentang di meja, jarinya menunjuk titik-titik pintu rahasia, jadwal pergantian pengawal dan rute yang jarang dilintasi. “Malam ini, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan. Tetaplah tinggal di kediamanmu hingga pagi hari, jangan memancing kecurigaan.”

Bahrana mendengus, gelora keinginan dalam jiwanya tak mudah padam. Namun saat melihat ketenangan licik sang ayah, ia tahu harus tunduk sementara. “Kalau malam ini gagal…” suaranya tercekat, suara mulai melembut di balik topeng amarah.

Mesiu mengangguk pelan, tersenyum menyeringai. “Tidak akan gagal. Semua langkah sudah aku perhitungkan. Malam ini ia pasti akan mati.”

Anastasia bergelung di bawah selimut sutra kediaman Trianon, matanya terpejam namun pikirannya terjaga. Sejak senja, perasaan aneh menggantung di udara seolah ada mata-mata asing yang mengintai dari balik kegelapan.

Krek…

Matanya tebuka lebar. Sayup-sayup derit ringan di kusen jendela, seperti kuku kucing mencakar kayu.

Anastasia menahan napas, inilah jawaban dari keresahan hatinya. Langkah kaki itu pelan, teratur, penuh niat. Ia menajamkan pendengaran, menghitung langkah-demi langkah dalam diam. Tiga… empat… tidak, lebih dari itu.

“Siapa yang mengirim para pecundang ini?” gumamnya dalam hati.

Bayangan hitam itu mendekat dengan senjata masing-masing.

“Tugas ini terlalu mudah.” bisik satu orang pada yang lainnya. Ia mengangkat pedang, mengarah tepat ke dada wanita itu yang tampak terlelap di atas dipan. Namun sebelum ujung baja menembus kulit, Anastasia berputar ke sisi lain, gerakannya tenang seolah masih di dalam mimpi. Pedang itu hanya menembus bantal, robekannya mengeluarkan serbuk bulu yang beterbangan seperti salju.

Kemarahan meluap di dada sang pria dibalik pakaian hitam. Ia menggeram pelan lalu mengayunkan pedangnya lagi… dan lagi Anastasia bergerak seperti bayangan yang tahu ke mana maut datang. Kesabarannya diuji, lalu dua orang lainnya berlari dari sisi kiri dan kanan ranjang, menikam bersamaan.

Namun yang mereka tusuk hanya udara. Anastasia melompat seperti angin dan sudah berdiri di belakang mereka dalam sekejap. Rambut panjangnya terurai liar, matanya menyala seperti batu safir dalam cahaya bulan.

“Apa itu kekuatan terbaik yang kalian punya?” suaranya terdengar seperti ejekan. Ia tertawa pelan, tawa yang menampar harga diri semua orang dibalik pakaian hitam.

“Bunuh dia!” seru salah satu dari mereka.

Tubuh-tubuh berbalut hitam melompat serempak. Anastasia melompat ke atas meja, menendang lentera hingga ruangan gelap separuhnya. Dalam kegelapan itu ia menebas, menusuk, dan menendang. Gerakannya cepat dan lincah, seperti tarian kematian. Pedang lawan ia tangkis dengan gagang lilin perak, lalu dengan cekatan menusuk balik menggunakan belati kecil yang tersembunyi di pergelangan kakinya.

Namun jumlah mereka terlalu banyak. Satu menendang keras dari belakang, persis mengenai lututnya. Anastasia terjatuh, tubuhnya menghantam lantai lantai. “Sial….” bisiknya pelan. “Jumlah mereka terlalu banyak.”

Pedang tajam berayun cepat, mengincar jantungnya. Anastasia memejamkan mata, namun tidak… sebuah tangan telanjang menahan ujung pedang itu dengan cepat. Darah segar menetes dari sela jari-jari besar yang mencengkeram ujung baja dingin yang tajam.

Anastasia membuka mata lalu menoleh, “Kaisar Lexus.”

Sorot matanya redup tapi mengerikan, seperti bara api yang tertiup angin malam. Tanpa sepatah kata, ia melepaskan pedang itu dari tangan pembunuh payaran dengan paksa, lalu menebasnya cepat, bersih dan tanpa keraguan. Kepala berguling di lantai emas, membentur kaki meja dengan bunyi tumpul.

Anastasia terdiam sesaat, lalu bangkit dan menarik pedangnya sendiri. Ia menebas satu demi satu lawan di sisi kanan. Mereka bertarung berdua dalam diam, hanya bunyi napas dan denting baja yang memenuhi ruangan. Sesekali Anastasia melirik ke arah Lexus. Darah segar masih mengalir dari telapak tangannya namun gerakannya tetap tenang, presisi dan mematikan. Ia menebas seolah sedang menulis tinta di atas kertas.

Satu demi satu tubuh jatuh. Yang terakhir berusaha kabur ke jendela, namun Lexus memutar pedang dan melemparkannya mengenai punggung hingga terkapar. Anastasia bergerak cepat, mengayunkan pedangnya ke leher pria itu.

“Hentikan!” perintah Kaisar dingin.

Anastasia menoleh, penuh tanda tanya.

“Dia hidup untuk menunjuk siapa pelakunya.”

Perlahan, pedang Anastasia turun dari udara.

Sunyi kembali merayap ke dalam kamar. Anastasia terengah di antara tumpukan mayat, pandangannya fokus pada satu titik. Tangan sang kaisar yang masih meneteskan cairan merah karena... dirinya.

1
Eskael Evol
mantap thor👍❤
btw siapa ya sir Wilhelm 🙏
Yunita Widiastuti
angin lexusss...
Kustri
mana bala bantuaaaaan... cepatlah datang!
Kustri
qu koq lali wilhem i sopo yaa🤔🤔🤔
Kustri
waduh, anas mudun ng medan perang... ati" nduk! 💪
Aprilia Zakiah
ka bisa ngga update nyaa 5 bab? seru bgtt masaa/Scowl/ kurangg 3 bab wkwk
Be Mine
😍 aku bayangin pesona Lexus di medan peran.
Icka R
walaupun dah update 3 bab tetap kurang thor...suka banget sama tokoh yang g menye menye..semangattt thorrr
Be Mine
semakin menarik.. 🥰
Demar
Don’t forget to like and comment readers😍
Demar
Don’t forget to like and comment readers
Asriani Rini
Anatasia cepat bantu lexus untuk membasmi 3 kerajaan itujgn sampai imperial agtha kalah
Lauren Florin Lesusien
Yes, I always read if the actors are badass and not naive, stupid and weak, continue, keep up the spirit thur 😍😍😍😍
Mineaa
kereeeeennn Anastasia....💅
Asriani Rini
Semangat lafy walaupun kamu perempuan kamu harus buktikan jika kamu bisa ikut berprrang juga jadi ingat film india jodah akbar
Angeljahan
di tunggu berhari hari up cuma satu
Eskael Evol
kereennnn Lady 👍💪❤
Yunita Widiastuti
smangaaaaaatttttt💪💪💪
Be Mine
Keren dan semangat ya ka author.. 🥰
💜⃞⃟𝓛Jb.Adindaˢ⍣⃟ₛ 𝐀⃝🥀§𝆺𝅥⃝©
ya putri kamu harus bangkit dan rebut apa yg menjadi hakmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!