seorang sena baru mengetahui kalau dia adalah hanya anak angkat dari seorang kiyai, ia diasuh dalam lingkungan pondok sejak usianya tiga tahun, setelah dewasa dan mendapatkan gelar sarjananya ia malah mendapatkan tugas dari sang kiyai untuk kembali pada orang tua kandungnya yang wajahnya saja sena lupa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imam Setianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
"Pak, bapak tahu rumahnya lukman anaknya pak darmanto?" tanya sena saat mereka dalam perjalanan pulang.
"Lukman yang sedang mondok, ya tahu sen, itu nanti setelah pertigaan rumah deretan ke 4 kita berhenti!" Jawab bapak.
Dan setelah melewati pertigaan sena menghentikan vespanya tepat di depan rumah yang di tunjukan bapaknya.
"Assalamualaikum dar, kamu ga kerja apa?" Ucap bapak menyapa pak darmanto yang sedang menambal lantai terasnya dengan semen.
"Waalaikumsalam, udah ga kerja kang, gara gara ban mobil bocor jadi telat kirim barang, malah suruh ga kerja sekalian, tumben ke sini kang, mau ngajak kerja apa?" Jawab pak darmanto lalu balik bertanya pada bapak.
"Pak dar, ada salam dari lukman di pondok!" Ucap sena menyambung obrolan bapak dan pak darmanto.
"Lho, njenengan siapanya kang dayat, dan kok tahu anak saya lukman lagi mondok!?" Kata pak darmanto bingung.
"Ini anakku sena dar, yang dulu waktu pas pengajian maulid di minta ikut pulang kiai nya!" Ucap bapak menjelaskan.
"Oooh, iya, ingat aku kang, udah bujang sekarang ya, berarti si lukman satu pondok sama mas sena?" Ucap pak darmanto bertanya pada sena.
"Iya pak, lukman satu pondok sama saya, sekarang dia sudah banyak temannya," jawab sena.
"Alhamdulillah kalau begitu, mudah mudahan betah sampai nanti lulus SMA!" Ujar pak darmanto.
"Pak dar lagi ga kerja?" Tanya sena kali ini.
"Iya mas, kena PHK kemarin, padahal bulan kesalahan saya sepenuhnya, cuma gara gara ban bocor jadi kirimannya telat, pelanggan komplain sama bos, bos marah marah, say dua orang di pecat!" Jawab pak darmanto.
"Panggilnya jangan pake mas pak, panggil nama saja, kerja dimana memangnya pak?" Tanya sena lagi.
"Di catering sen, bagian antar antar, dulu juga suka ikut bapakmu nguli!" Jawab pak darmanto.
"Ya wis, pak dar kalau mau mulai sekarang kerja bantuin bapak bikin kandang bebek, mungkin sebentar lagi materialnya di kirim!" Ucap sena menyuruh pak darmanto kerja bikin kandang bebek.
"Bikin kandang bebek di mana sen, kang?" Tanya pak darmanto.
"Di samping rumah dar, sena mau bikin peternakan bebek petelur, kalau kamu mau aku tunggu di rumah!" Jawab bapak.
"Iya kang, mau, aku beres beres ini dulu, nanti langsung ke rumah!" Ucap pak darmanto.
Sena dan bapaknya serta galih pun pulang kerumah.
Sampai rumah utari sudah pulang, ia sedang menangis di peluk mamak, sena dan bapak langsung turun setelah vespa terparkir sempurna.
"Ada apa mak, kok tari nangis?" Tanya sena yang sudah ada di samping mamak.
"Tari di tuduh nyuri uang sama gurunya, sebab ga biasanya ia bawa uang apalagi banyak dan juga bisa beliin jajan dini dan temannya yang lain!" Jawab mamak sambil tetap menenangkan tari.
"Memang gurunya bilang apa dek, sini bilang sama mamas!?" Ucap sena lalu membawa tari dalam dekapannya.
"Bu gurunya bilang sama tari, kamu nyuri uang di mana tar, ga biasanya bawa uang dan apalagi bisa traktir teman temanmu jajan!" Ucap tari menirukan ucapan gurunya.
"Terus adek jawab apa?" Tanya sena lagi masih memeluk tari.
"Tari jawab uang ini di kasih sama mas sena, tapi ibu gurunya ga percaya dan malah di suruh manggil mamak atau bapak buat datang ke sekolahan, katanya ibu gurunya mau lapor sama bapak sama mamak!" Jawab tari masih terisak.
"Ya wis, mamas yang akan ke sekolahan tari, biar mamak masak aja dan bapak nungguin material yang mau di kirim, kamu tenang aja dek, mamas nanti yang bilang sama ibu guru dan kalau perlu sama kepala sekolah, ayo berangkat!" Ucap sena kemudian mengajak tari untuk kembali ke sekolahan.
Sampai di sekolahan tari, sena dan tari langsung menuju ke ruang kepala sekolah, sementara guru yang menuduh tari masih mengajar dalam kelas.
"Assalamualaikum pak, bisa saya bertemu kepala sekolahnya? Ucap sena setelah sampai di depan pintu ruang kepala sekolah dan bertemu dengan salah satu guru laki laki.
"Waalaikumsalam, oohh silahkan mas, bapak kepsek kebetulan ada di dalam!" Jawab guru itu lalu mengetukan pintu ruang kepala sekolah.
Setelah memberitahu kepada kepala sekolah bahwa ada yang ingin bertemu bapak guru itu mempersilahkan sena untuk masuk, sena pun masuk dengan tangan merangkul pundak tari.
"Assalamualaikum pak!" Ucap sena saat sudah di dalam ruangan kepala sekolah.
Kepala sekolah yang sedang fokus memeriksa laporan jadi tidak melihat siapa yang datang, hanya ia merasa tidak asing dengan suara tersebut, maka sebelum menjawab salam ia dengan cepat melihat siapa yang datang.
"Wa.... waalaikumsalam, lho gus sena, eh mas sena, alhamdulillah ketemu di sini, tapi kenapa mas sena bisa ada di sini, dan......ini...... sama murid sekolahan saya!?" Ucap pak kepsek yang bernama hartanto, ada rasa bahagia bisa di kunjungi sena yang ia kenal adalah gus atau anak kiai yang selama ini ia kagumi, tapi ada rasa heran kenapa sena bisa sampai di sekolahan tempat ia mengajar, terlebih datang dengan salah satu murid yang dari wajahnya terlihat takut dan habis menangis.
"Lho pak har ternyata kepala sekolahnya, gimana kabarnya pak, sehat, udah lama ya ga ketemu?" Ucap sena santai.
"Alhamdulillah gus, eh mas, saya sekeluarga sehat, alhamdulillah juga sekarang istri saya sudah sembuh total dan bisa beraktivitas normal berkat pertolongan mas sena!" Jawab pak hartanto.
"Alhamdulillah kalau begitu pak, itu semua karena Allah, saya cuma jadi perantara saja," ucap sena bijak.
"Silahkan duduk mas, jujur saya merasa senang sekaligus penasaran kenapa mas sena bisa sampai sini, ada keperluan apa dan apa yang bisa saya bantu buat mas sena?" Tanya pak hartanto setelah mempersilahkan sena duduk.
"Duduk sini dek!" Ucap sena mengajak tari duduk.
"Begini pak har, saya kesini karena adik perempuan saya satu satunya ini pulang sambil nangis, katanya di suruh pulang buat memanggil walinya sebab dia di tuduh mencuri sama ibu gurunya, jadi saya ke sini memenuhi panggilan dari ibu guru itu sebagai wali dari adik saya ini, eh malah ketemu pak har di sini!" Jawab sena menjelaskan maksud kedatangannya.
Pak haryanto masih bingung dengan penjelasan dari sena, sehingga ia diam sesaat mencoba mencerna setiap perkataan dari sena.
"Adik, gus sena punya adik yang sekolah di sini, bukankah semua keluarganya ada di kota S!?" Monolog pak hartanto dalam hati.
"Ga usah bingung pak, biar saya jelaskan!" Ucap sena lalu menceritakan kisah kehidupannya dari awal ia di bawa ke pondok sampai sekarang ia di sini karena perintah khusus dari abah yai.
"Begitu ceritanya pak!" Ucap sena mengakhiri ceritanya.
"Iya mas, sekarang saya paham kenapa panjenengan selalu menolak kalau di panggil gus, tapi bagaimana pun itu saya tetap hormat dan banyak banyak terimakasih pada panjenengan, sebab panjenengan lah yang bisa merubah kebiasaan saya yang buruk menjadi sekarang yang penuh berkah, keluarga sehat, pekerjaan halal dan lancar, tidak seperti dulu saat saya masih kecanduan judi, selalu saja ada masalah yang menimpa!" Ucap pak hartanto mengingat masa lalunya yang buruk sebelum di sadarkan oleh sena.
