Senja merasa menderita dengan pernikahan yang terpaksa ia jalani bersama seorang CEO bernama Arsaka Bumantara. Pria yang menikahinya itu selalu membuatnya merasa terhina, hingga kehilangan kepercayaan diri. Namun sebuah kejadian membuat dunia berbalik seratus delapan puluh derajat. Bagaimana kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
Senja membuka pintu rumah dengan kunci duplikat. Langkahnya terasa ringan sekaligus berat. Ringan karena di tangannya kini ada ponsel baru yang mengkilap, sebuah simbol perhatian yang tidak pernah ia terima dari suaminya sendiri. Akan tetapi terasa berat, karena ia tahu betapa tipisnya garis batas antara menerima kebaikan dan terjebak dalam perangkap emosi terlarang.
Ia mulai menyadari ada celah lebar yang suaminya sendiri ciptakan. Dan siapa pun bisa terperangkap di sana, termasuk dirinya.
Udara di dalam rumah yang sederhana itu terasa dingin, tidak hanya karena suhu menjelang malam, tetapi juga karena ketiadaan kehangatan emosional. Ia melirik ke arah kamar Saka, pintu itu masih tertutup rapat, seolah-olah menggarisbawahi jarak ribuan kilometer yang membentang di antara mereka. Sebuah jarak yang Senja yakin sengaja diciptakan suaminya karena alasan yang semakin lama semakin jelas. Ya Saka menikahinya hanya karena terpaksa dan kini ia berusaha keras menyingkirkannya demi kekasih hatinya.
Jika cinta itu seperti musik, maka pernikahan mereka adalah keheningan, begitu kontras.
Senja berjalan menuju kamar, langsung duduk di tepi ranjang. Ia mengeluarkan ponsel baru dari kotaknya. Merek premium, harganya sudah pasti fantastis. Rasa bersalah mulai merayapi benaknya. 'Anggap saja ini hadiah pernikahan,' ucapan Zein tadi berulang di telinganya, menyiratkan bahwa pria itu mengetahui betapa pahit pernikahan yang ia jalani, sehingga merasa berhak menambal lukanya dengan kemewahan ini.
Ia memutuskan untuk menepis pikiran berat itu sejenak dengan menyalakan ponselnya.
Tangannya yang cekatan, mulai mengatur akun dan menginstal aplikasi yang diperlukan. Yang pertama dan terpenting adalah menghubungi teman karibnya sejak SMA.
jari telunjuknya mengusap ikon panggilan. Tidak lama, suara cempreng khas itu terdengar di ujung sana.
“Halo, ini siapa?” suara di seberang sana nada penuh selidik.
Senja tersenyum sedikit lega mendengar suara sahabatnya. "Ra… ini aku, Senja. Suaranya terdengar sedikit bergetar.
Di seberang sana, terdengar ledakan kegembiraan. "Senja? Ya ampun, ke mana aja kamu?!"
"Hmm, kamu kok gak nyimpan nomor aku?"
"Hehehe handphone ku rusak kemasukan air, baru seminggu bisa beli baru. Nomor mu hilang, Ja," Paparnya dengan antusias. "Oh ya... Aku baru dengar, katanya kamu baru menikah dengan seorang pengusaha ya?... wah senangnya... jadi orang kaya ya, sekarang!"
Haha Senja tertawa coba menutupi realita pahit yang sedang ia jalani."Kamu kayaknya bahagia, banget, Ra!"
"Oh... bahagia dong, siapa yang tak senang mendengar temannya yang dulu sering sedih, galau, merana karena hidup sebatang kara, kini telah menikah dengan seorang pria yang mapan... dan aku yakin sekali, pasti kamu sangat bahagia dengan pernikahan kamu, kini kamu gak sendiri lagi, gak tertekan sama tante kamu itu, hidup bergelimang harta... "
Kata kata ceria dari Rara seperti bilah tajam yang menciptakan luka yang tak berdarah di hati Senja. Bibirnya bergetar hebat mendengar kenyataan tak sesuai ekspetasi sang Sahabat. Tak tahan ia pun kembali menangis, suara isaknya terdengar samar, meskipun coba ia tahan.
Rara berhenti mengoceh. "Senja.. Kamu menangis?" tanyanya. "Kamu pasti terharu ya, setelah melewati ujian bertubi-tubi akhirnya kamu bahagiakan?"
"Ngak.. Ra.. " tangis Senja pecah. "Aku masih sama seperti Senja yang dulu, hiks!" Air mata kembali meleleh di pipinya. "Aku masih Senja yang kelabu, Ra! Hidup ku tak berubah meskipun sudah menikah, aku tetap sedih, aku tetap kesepian dan saat ini aku masih merasa tertekan," Ujar Senja sambil bersingut menarik cairan yang keluar dari hidungnya. .
"Astaghfirullah! kamu serius, Ja? kamu gak bahagia dengan pernikahan kamu?"
Senja tak langsung menjawab dia meraih tisu dan membersihkan wajahnya. "Iya Ra! pernikahan ini tak merubah apapun dari diriku, kecuali tekanan batin," Jawabnya dengan suara serak yang getir.
"Astaghfirullah! tapi kenapa Ja?!"
"Ceritanya panjang Ra! besok kamu sempet gak datang ke sini? temani aku Ra, ada banyak hal yang ingin ku ceritakan."
"Oke! kamu kirimkan saja alamat kamu, besok aku akan ke sana!"
"Iya, makasih ya, Ra!'
'Sama sama Senja, kamu gak usah sedih lagi ya, aku yakin kamu pasti kuat."
"Aamiin, iya insya Allah, aku kuat kok. Sudah dulu ya, assalamu'alaikum."
"Waalaikum salam!"
Senja menutup teleponnya, kemudian melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Setelah selesai ia kembali merebahkan diri di atas tempat tidur. Klik seketika lampu ruang itu menjadi redup.
Baru saja ia akan terlelap dalam kegelapan yang menenangkan, ponsel barunya yang terletak di meja samping tiba-tiba menyala, memancarkan notifikasi pesan masuk yang terang. Ia mengambil ponsel itu kembali dan membuka pesan tersebut. Jantungnya mulai berdetak tak keruan saat ia membaca isinya. "Senja, kamu sudah tidur?"
Seketika Senja duduk tegak di atas ranjang. Melihat inisial pengirim pesan tersebut yang ternyata adalah Zein.
Tapi bukan itu yang membuat ia terkejut hingga tangannya gemetar. Sebuah pertanyaan besar muncul di benaknya, pertanyaan yang lebih menakutkan daripada rayuan pria mana pun.
Bagaimana Zein bisa mendapatkan nomornya, padahal mereka baru saling mengenal dan tak pernah bertukar nomor.
Siapa? dan apa maksudnya orang tersebut memberikan nomornya pada Zein?
ku rasa jauh di banding kan senja
paling jg bobrok Kaya sampah
lah ini suami gemblung dulu nyuruh dekat sekarang malah kepanasan pakai ngecam pula
pls Thor bikin dia yg mati kutu Ding jangan senja
tapi jarang sih yg kaya gitu banyaknya gampang luluh cuma bilang i love you